Sekejam itukah dirimu, Ibu
hingga dengan teganya mengusirku dari kehidupanmu?-Amel
◇◇☆◇◇
Malam bertandang menghias kembali cetakan alam semesta dalam kegelapan yang membulat sempurna. Malam dimana Rayyan mengatakan segalanya. Menceritakan secara detail seluruh kisah Pak Abdullah, Abi mereka.
Dalam diam, Amel menyimak dengan antusias. Dalam hatinya terekam jelas harapan bahagia akan menantinya di ujung sana. Kebahagiaan saat ia akan bersua kembali dengan Ayah kandungnya. Sosok Ayah yang hampir 16 tahun lebih meninggalkannya dalam jutaan tanya menggelayut.
"Lalu apa rencana kakak untuk membebaskanku dari tempat terkutuk ini? Aku ingin segera bertemu Abi, Kak. Amel sangat rindu sama Abi."
Bening kristal itu meluncur mulus di pipinya yang tembam. Entah sudah tetes keberapa kristal itu jatuh. Yang pasti sejak pertama kali Rayyan bercerita air matanya sudah tak berhenti mengalir.
"Kita temui Bunda dulu. Bukankah Bunda sudah pulang dari kantor?"
Rayyan memastikan. Amel mengangguk cepat.
Keduanya keluar dari kamar Rayyan menuju lantai bawah. Saat mereka akan menuruni tangga, tampak Bu Santi tengah bersantai di ruang keluarga. Terlihat wanita itu tengah berbincang dengan Manda dan Ieyza.
"Bunda." Panggil Rayyan membuat Bu Santi menoleh dan menghentikan obrolannya.
"Ada apa?" Suara itu masih sama. Datar tanpa selipan kelembutan seorang Ibu.
"Ada yang ingin Rayyan bicarakan sama Bunda."
"Katakan." Jawabnya tanpa menoleh.
Rayyan dan Amel duduk di salah satu sofa kosong. Manda dan Ieyza saling pandang.
"Mereka mau ngomong apa sih?" Bisik Ieyza.
"Entah. Palingan juga hal nggak penting gitu." Jawabnya tersenyum sinis.
Amel melirik Kakaknya. Ada rasa takut dan cemas dalam bening matanya.
"Bunda, Rayyan ingin Amel berangkat mondok." Ujarnya tanpa basa-basi.
Ia tau Bundanya tak pernah suka basa-basi ketika berhadapan dengan Rayyan dan Amel. Berbanding terbalik ketika ia berbincang dengan Manda dan Ieyza. Dengan nada lembut dan penuh kasih. Senyum dan perhatian yang berlebih. Suatu impian yang tak pernah sedikitpun diperoleh oleh Rayyan dan Amel sejak mereka masih kecil.
"Bicara apa kamu ini?" Tatapan mata Bu Shanti membuat Amel menunduk. Ia selalu takut ketika Bunda menatapnya tajam.
"Benar Bunda. Sudah saatnya ia mendalami Ilmu agama agar dia bisa menjadi wanita solehah."
"Mau jadi apa dia? Ustadzah? Ibu Nyai? Sudahlah Rayyan. Anak itu tidak ada gunanya. Percuma kamu berharap dia mondok. Mau dapat apa? Yang ada bakal nyusahin banyak orang." Seru Manda di sofa sebelah.
Rayyan diam. Tak berminat menanggapi ejekan Kakak sulungnya itu.
"Bagaimana, Bunda?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Syauqillah (Terbit E-BOOK)
Spiritual#1 In Ponpes: 21 Dzulhijjah 1439 #1 In Gus : Senin, 14 Syawal 1440 #1 In Wattpadbaper: Senin,14Syawal1440 #1 In Akad: Kamis, 08 Dzulqo'dah 1440 #1 In Neng : Kamis, 30 Rajab 1443 TERBIT EBOOK di @Aedigitalbook. BEBERAPA BAB DI WATTPAD DI UNPUBLISH ...