10. Gus Naufal

6.3K 286 14
                                    

Aku percaya apa yang terjadi pada hidupku adalah salah satu cara Allah mencintaiku.


-GUS Naufal

◇◇☆◇◇

Gus Muhammad Naufal Kautsarullah.

Begitulah nama yang tersemat pada sosok pemuda tampan yang kini tengah duduk bersila di samping dua gundukan tanah yang telah di tumbuhi rumput kecil.

Mereka adalah kedua orang tua Gus Naufal, panggilan pemuda itu. Dalam bias mentari senja, pemuda itu masih betah disana. Air matanya tak pernah berhenti mengalir setiap kali ia mengunjungi makam keduanya.

Gus Ahmad Kautsarullah dan istrinya Neng Sayyidah Asma' meninggal ketika Naufal berusia tujuh belas bulan. Sebuah kecelakan besar menimpa keduanya kala mereka akan berkunjung ke Bandung. Rumah kediaman Ummi Gus Naufal. Beruntung kala itu, Gus Naufal dititipkan pada Nyai Fitroh, Ummi Neng Afrin.

"Abah, Ummi. Maafkan Naufal yang sampai saat ini belum bisa menjadi anak soleh. Naufal selalu kalah oleh ego. Maafkan Naufal yang sering kali lalai mendoakan kalian." Bisiknya setelah selesai berdoa.

"Semoga Allah menempatkan kalian dalam riyadul jinan-Nya. Naufal sayang kalian. Naufal pamit dulu. Insya Allah kalau ada kesempatan ke Bandung, Naufal akan langsung mengunjungi kalian."

Semilir angin sore berhembus pelan. Sambil menaburkan rangkaian bunga yang baru saja ia petik di taman belakang rumah Ummi Asma'.

Sekelebat ingatan tentang pesan Ummi Fitroh ketika usianya baru menginjak 7 tahun membayang.

"Sayang, Rosulullah pernah lewat disebuah makam. Saat itu, beliau mendengar sebuah tangisan dalam kuburan tersebut. Ketika Rosulullah menaruh pelepah kurma yang masih hidup, suara tangisan itu menghilang. Kamu faham nggak hikmah dibalik kejadian tersebut?"

"Nggak, Ummi." Jawabnya polos.

"Maknanya, Ketika orang meninggal ditaburi tumbuhan yang masih hidup diatas kuburannya maka niscaya tumbuhan itu akan mendoakan orang tersebut selama tumbuhan itu belum kering." Jawaban Ummi Fitroh membuat Gus Naufal kecil terdiam. Mencoba mencerna ucapan Ummi Rodho'nya tersebut.

"Faham, nggak?"

"Belom, Ummi."

Ummy Fitroh tertawa kecil.

"Intinya tumbuhan yang masih hidup itu bisa mendoakan orang yang sudah meninggal. Suatu saat kamu akan faham kok."

Gus Naufal kecil manggut-manggut. Entah faham atau tidak. Yang pasti dia adalah pendengar yang baik.

"Den Naufal, sudah sore. Mari kita pulang."

Sebuah suara membuyarkan ingatan beberapa tahun silam.

"Iya, pak." Jawabnya pelan.

◇◇◇

"Aden, mari makan dulu. Bibi sudah siapin masakan kesukaan Aden."

Bi Inah, pembantu setia Keluarga mengetok pintu kamar pribadi Naufal.

"Iya, Bi. Bentar lagi Naufal keluar."

Syauqillah (Terbit E-BOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang