Bab 11

31 7 1
                                    

Rasa kecewa yang begitu berat menimbulkan gejolak kesal yang begitu dalam yang tersimpan di dalam hati ku. Terpendam sangat jauh di hati yang begitu mudah rapuh.

Rasa sayang yang begitu besar, rasa cinta yang begitu indah ku rasakan. Mengukir sebuah senyuman indah di bibirku. Dan pada akhirnya rasa cinta itu pun padam, karna banyak nya air yang menyirami cinta itu.

Dikhianati itu sakit, lebih sakit daripada terjatuh dari motor dan terluka. Luka yang ditimbulkan oleh cinta mampu membuat orang yang mengalaminya sakit. Iya,sakit jiwa.
***
Pagi ini, rasa nya aku tak mau ke sekolah. Aku tidak mau lagi, melihat orang yang aku sayang, jatuh ke pelukan perempuan lain.

"Sampe kapan aku harus menunggu mu, kembali ke dalam hidupku. Aku nggak kuat lagi menahan rasa sakit ini. Kalau pun kamu mendengar semua jeritan dalam hati ini, tolonglah kembali padaku. Kalau itu tidak bisa, tolong jangan khianati cinta ini." gumam ku dalam hati, sambil melangkah menuju sekolah. Ya emang benar kalau kalian pikir bahwa aku nggak mau pergi ke sekolah hari ini, tapi, demi pelajaran akhirnya aku mau juga. Setelah dipaksa bunda sebelumnya.

"heii.. " sapaan seseorang sambil menyentuh pundakku dari belakang.

"Iya." aku berbalik badan dan mendapati seseorang yang aku sayangi berdiri di hadapan ku saat ini.

"Kamu kenapa menghindari kaka"

"Nggak kenapa-kenapa. Aku ke kelas dulu ya kak, nanti ada ulangan." aku bohong. Terpaksa, sih...

"Yaudah deh. Mau bareng nggak? Kelas kita kan deketan."

"Nggak usah deh kak. Aku pengen sendiri"

"Oh, yaudah" setelah mendengar kalimat itu. Aku langsung pergi meninggal kan kak Fadli.
                                ***
Sesampainya di kelas, aku melirik ke seisi ruangan itu. Yang aku dapati hanya lah anak-anak yang tengah asik dengan handphone nya masing-masing, dan ada juga yang lagi ngerumpi.

Aku lebih memilih untuk duduk manis di tempat duduk ku, sambil membaca sebuah novel yang baru aku beli kemaren.

"tasya..." ucap raisa menggoyahkan konsentrasi ku yang tengah sibuk membaca novel.

"apaan sih raisa, ganggu orang aja"

"Hehehe... ke ganggu ya?"

"Masih nanya." aku hanya tetap melihat ke arah novel tidak melihat ke arah dia.

"Eh, kamu itu mau dengar sesuatu tentang kak Fadli nggak?"

"Nggak mau."

"Yakin?"

"Iya"

"Serius?"

"Seriuss iihh.... Dasar ya nih anak. Orang bilang nggak ya nggak." aku langsung berdiri dari bangku dan menghakimi raisa. Dia hanya diam tak berkutik pada akhirnya dia bicara juga, mana bisa seorang raisa hanya diam duduk manja disana.

"Yaudah deh, aku yang salah. Maafin aku ya sya..." dia berkata sambil membuat wajah se imut mungkin yang ia bisa. Aku rasa tidak imut-imut banget. Malahan aku muak melihat wajahnya yang sok imut itu.

"Sok imut!"

"Emang imut kan"

"Nggak." setelah mengucapkan kalimat yang jutek dari ku itu, buk guru langsung masuk dan mengucapkan salam, kami langsung belajar, aku mengikuti pelajaran dengan baik, nggak sebaik biasanya, soalnya... Ya kalian pasti udah tau tuh jawabannya.
                               ***
Setelah pulang sekolah, biasanya aku melihat kak Fadli di gerbang entah itu menunggu ku atau menunggu pacarnya, tetapi sekarang, aku tidak melihat dia menunggu di gerbang dengan sepeda motor kesayangan nya itu.

"Kamu lihat kak Fadli nggak?" tanya aku ke raisa.

"Nggak tuh. tumben kamu nanya-nanya kak Fadli, ada apa gerangan? Nggak bisa move on yaa..."

"Yang bilang aku mau move on dari dia siapa?"

"Ya nggak ada sih. Hehehe..."

" yaudah, pulang yuk. Udah bunyi-bunyi nih perut" ajak ku ke raisa.

"Ayuk"

Kami berdua berjalan kaki menyusuri jalanan menuju ke halte dekat sekolah.

Saat aku tengah berjalan aku melihat kak Fadli bersama seorang cewek. Aku tak bisa melihat wajah cewek itu, karna dia memeluk erat tubuh kak Fadli dari belakang.

"itu kak Fadli kan raisa? Dia sama cewek? cewek itu siapa?" tanya ku ke raisa.

"Iya itu kak fadli. mereka mesra banget ya. Aku rasa itu pacarnya deh
Yang namanya kak Ririn itu."

"Kak ririn?"

"Iya, yang pernah aku ceritain ke kamu dulu. Kamu itu sekarang pelupa ya sya..."

"Owh."

"Tuh mata kenapa berkaca-kaca?" tanya raisa sambil memajukan wajah nya ke arah wajah ku, dia melihat mataku kayak orang bego.

"Nggak kenapa-kenapa. Udah sana..."
Ucapku menggeserkan wajah raisa dengan tangan ku.

"Iiihh, sakit tau."

"Emang aku pikirin? Ya nggak lah."

"Kamu jahat sekarang sya." ucap raisa mengerucutkan bibirnya, kesal.

"Biarin."

"Raisa, boleh curhat nggak?"

"Nggak, kamu jahat."

"Yaudah deh. aku nggak mau sahabatan lagi sama kamu"

"Eeehh... Jangan kayak gitu dong. Nanti siapa yang beri tau aku tugas sekolah? Nanti siapa yang ngasih kamu gosip terhangat tentang kak Fadli?"

"kalau gitu, dengerin curhatan aku. Gampang kan.."

"Iya-iya. Kamu mah ngancem terus."

"Nggak ngancem raisa. cuman..."

"Cuman apa?"

"Nggak jadi. Pulang yuk, angkot nya udah dateng tuh."

"Ayuk. Nanti aku ke rumah kamu ya, abis ganti baju."

"Okeh, aku tunggu."
                
Bersambung...

mohon maaf kalau ada kesalahan dalam penulisannya. Saya masih pemula yang masih belajar mengenai novel. Vote ataupun coment sangat saya butuhkan.

penantian yang panjangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang