Who Are You?*1

41 6 5
                                    

Siapa kamu? Mengapa aku terus memikirkanmu? 
Harga diriku terlukai. Aku kesal.

°
°
°

Kriingg... Kriingg... Kriingg...

Suara alarm seolah berteriak padaku untuk segera bangun.

Ah... Bukankah aku baru saja terlelap? Kenapa alarm ini berbunyi lebih cepat?

"Hello kitty lebih baik kau diam atau akan ku sumpal mulut bawelmu itu!" bentakku.

Aku meraihnya dan menekan tombol yang ada dibelakangnya agar alarm ini diam.

Aku menyebutnya hello kitty karena memang alarm itu berbentuk hello kitty. Tapi tunggu, bukan kah hello kitty tak memiliki mulut?

Terserahlah.

Aku hanya ingin kembali pada mimpiku yang tadi tertunda.

•        •        •

Sinar hangat mentari menyentuh pipiku dengan lembut membuatku terbangun dari mimpiku.

Dengan malasnya aku berjalan ke arah jendela dan membuka lebar tirai pink ini, membiarkan cahaya matahari masuk.

Mandi, berpakaian cantik dan menyiapkan sarapan untuk dia, setidaknya itulah jadwalku untuk pagi ini.

Ah... Aku baru ingat. Hari ini aku harus menengok klinikku.

Dengan langkah penuh semangat aku berjalan menuju kamar kecil disudut kamarku.  Tapi langkahku terhenti saat melihat jam dinding berwarna pink tua yang tertempel apik disalah satu tembok yang berwarna pink muda dikamarku.

Aku memandangi jam itu dengan mulut terbuka.

"10.23?!!! Kenapa aku bisa bangun sesiang ini?!"

"Ya!!!  Hello kitty!  Kenapa kau tidak membangunkanku?!!  Karena kau aku jadi telat!!! Kau ini!!!" Bentakku sambil menatap tajam ke arah jam hello kitty.

Dengan panik, aku berlari secepat mungkin ke sudut kamarku.

•         •          •

"Good... M-morning." sapaku diiringi senyum yang ramah.
Sebenarnya aku ragu untuk mengucapkannya, karena aku ragu kalau ini masih pagi.

Dia hanya tersenyum tipis menanggapi sapaanku.

Aku membawa nampan berisi sup hangat untuknya.

"Kenapa lama sekali? Hampir saja aku mati kelaparan disini." Keluhnya.

Dia memegangi perutnya dan merubah ekspresi wajahnya seolah dia benar-benar akan segera mati. Itu sangat menggemaskan. Aku hanya terkekeh geli sambil menaruh nampan di meja samping ranjangnya.

"Joesonghamnida (maaf(formal)). Semalam aku tak bisa tidur."

Dan itu karena mu, aku berbicara dalam hati.

"Bagaimana keadaanmu?" sambungku.

"Lebih baik" sahutnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 21, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Wall Of DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang