1

3.3K 299 8
                                    

Soojung membuka pintu kaca butik besar itu dengan kasar. Dia berjalan cepat dan mengabaikan tatapan beberapa pegawai butik itu ataupun baju-baju yang ada di pajang di rak-rak dalam butik itu. Rambut panjangnya berkibar seiring dengan langkah cepatnya menuju sebuah ruangan yang berada di lantai dua butik itu. Ia menerobos pintu putih itu dan menemukan jika ada tiga orang wanita yang dikenalinya di dalam sana. Yang pertama adalah orang yang dicarinya sekaligus pemilik tempat iniㅡBae Irene. Yang kedua adalah ibunya sendiri dan ketiga adalah ibu Joohyun sendiri atau wanita yang merupakan kakak dari ibunya.

Soojung mengabaikan tatapan kaget dari ketiga wanita itu. Matanya hanya menatap lurus pada Irene yang juga menatapnya dengan mulut yang sedikit terbuka saking terkejutnya dengan kehadirannya.

Soojung berhenti tepat di depan Irene. Dia diam sebentar dan kemudian melayangkan tamparannya sekencang mungkin pada pipi mulus wanita itu.

"Jung Soojung!" bentak ibunya. Tapi Soojung mengabaikannya.

"Dasar pengkhiat! Bisa-bisanya kau berniat menikah dengan Luhan minggu depan?!" maki Soojung yang sudah tak kuasa menahan emosinya.

"Jaga perkataanmu, Soojung!" Bukan Irene yang menjawab. Gadis itu hanya diam sambil memegangi pipinya yang baru saja ditampar Soojung. "Jangan salahkan Irene kalau Luhan lebih memilih dia daripada kau. Lihat saja kelakuanmu sekarang!"

Kalau saja yang berkata begitu adalah ibu Irene, Soojung mungkin masih bisa membalas. Tapi ibunya sendiri yang berkata begitu. Yang mana membuat Soojung merasa tertohok. Hatinya benar-benar sakit karena bahkan ibunya sendiri tidak ada dipihaknya. Selalu Irene, Irene, dan Irene.

Tanpa berkata apapun Soojung meninggalkan ruangan terkutuk itu. Air matanya yang sudah ia tahan sejak tadi pagi akhirnya terjatuh.

Sebelum benar-benar meninggalkan ruangan itu, dia sempat mendengar ibunya dan ibu Irene bertanya pada Irene apakah dia baik-baik saja. Yang mana membuat Soojung merasa semakin sakit. Dialah yang seharusnya ditanya begitu sekarang. Dialah yang dikhianati oleh dua orang itu. Dia yang tidak baik-baik saja saat ini.

Ditempat lain, Sehun berjalan cepat memasuki sebuah studio foto. Ia mendorong kasar beberapa orang yang berusaha menahannya dan mengatakan padanya jika selain staff tidak diperbolehkan masuk. Dia hanya terus berjalan lurus sampai ia menemukan Luhan yang sedang memotret seorang model dengan kameranya. Sehun langsung memertimbang cara terbaik untuk menghabisi pria itu ketika melihatnya.

Sehun memegang bahu Luhan. Dan ketika Luhan menoleh, dengan reflek Sehun langsung meninju wajahnya membuat Luhan terjatuh dan sesi pemotretan itu terhenti. Orang-orang mulai mendekat untuk menolong Luhan, tapi Luhan memberi kode pada mereka untuk menjauh.

Luhan bangun dan memberanikan diri untuk menatap ke arah Sehun yang mungkin saja akan meninjunya lagi. Tangan pria itu masih terkepal di masing-masing sisi tubuhnya. Napas pria itu memburu dan dia tampak benar-benar berniat menghabisi Luhan saat itu juga.

"Sejak kapan kau kembali ke Korea?" tanya Luhan.

"Sejak adikku bilang dia mendapat undangan pernikahan Irene dan kau," jawab Sehun. Dia menarik napas dalam-dalam berusaha untuk lebih tenang. "Kupikir itu lelucon, tapi ternyataㅡ" Sehun kehilangan kata-katanya.

"Aku benar-benar minta maaf, Hun. Tapi sungguh, aku sangat mencintai Irene."

"Kau pikir aku tidak?" Sehun balas dengan berteriak. Emosi kembali memenuhi dirinya membuat Luhan langsung terdiam. "Kau tahu sendiri seberapa besar aku mencintainya. Seberapa berharga dia untukku. Tapi kau juga... kau juga yang malah merebutnya. Kau, orang yang sudah kuanggap kakakku sendiri!"

"Sehunㅡ"

Tapi Sehun tak membiarkan Luhan melanjutkan perkataannya. Dia menyerang lagi.

"Dasar brengsek!"

RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang