8

1.5K 255 13
                                    

Itu bukan suara Irene melainkan suara Luhan. Pria itu baru saja memasuki ruangan beberapa saat yang lalu dan betapa terkejutnya dia mendengar apa yang dikatakan Sehun.

"Kenapa, Luhan-ssi? Kau merasa keberatan dengan itu?" tanya Sehun menyeringai puas. Ini adalah respon sesungguhnya yang dia tunggu dari Luhan. Bahkan tanpa perlu dijawab, Sehun tahu dengan jelas apa jawabannya.

Luhan mengabaikan Sehun dan malah menatap Soojung meminta penjelasan. Dia pikir kata-katanya waktu itu cukup untuk membuat Soojung berpikir dua kali tentang hal ini. Tapi ternyata tidak. Buktinya Soojung sampai senekat ini.

Soojung memilih menghindari tatapan Luhan padanya. Dia tidak tahu kenapa dia kehilangan keberaniannya ketika menatap Luhan. Dia tidak bisa menatap Luhan dengan cara yang sama dia menatap Irene tadi. Luhan masih menatapnya dengan cara yang sama seperti ketika mereka masih menjadi sepasang kekasih dulu; lembut dan penuh kasih sayang. Itu membuat Soojung kehilangan nyalinya untuk menatap Luhan menantang seperti yang Sehun lakukan saat ini.

"Jelas tidak, Sehun-ssi. Suamiku hanya terkejut karena kebetulan kami juga akan berangkat ke Jeju besok untuk berbulan madu." Irene menjawab pertanyaan yang Sehun lontarkan sebelumnya untuk menyelamatkan Luhan. Wanita itu kemudian berjalan mendekati suaminya itu dan mengaitkan lengannya dengan lengan Luhan.

Soojung yang melihat itu membuang muka. Dia tidak bisa menahan diri untuk tidak mendengus keras yang membuat orang-orang langsung menatap tanya padanya. Tiba-tiba saja, Soojung ingin sekali keluar dari ruangan itu sekarang juga.

"Oh, benarkah? Sepertinya kalian memang ditakdirkan untuk menghadirkan pernikahan kami. Benarkan, sayang?" Sehun dan Irene nampaknya benar-benar ahli dalam situasi seperti ini. Berbeda dengan Luhan dan Soojung yang hanya bisa terdiam disaat seperti ini.

Soojung yang sudah tak tahan lagi akhirnya berkata, "Sehun-ah, bukankah kau bilang kita harus mengurus undangan setelah ini? Bisakah kita pergi sekarang?" Dia benar-benar berharap kalau Sehun akan mengerti arti tatapannya; tatapan memohon untuk segera pergi dari tempat itu.

Awalnya, Sehun hanya menatapi Soojung bingung. Dia sudah menyerahkan urusan pernikahan ini pada adiknya. Mereka tak perlu mengurus apapun lagi terkait pernikahan mereka. Tapi tatapan memelas Soojung seakan meminta menyuruh mengiyakan kata-katanya saja.

"Ya, kau benar."

Soojung langsung bisa bernapas lega ketika Sehun ternyata mengerti maksudnya. Pemuda itu langsung merangkulnya dan membawanya keluar dari tempat itu setelah berpamitan dengan keluarganya.

.

.

.

Soojung tidak tahu kemana Sehun membawanya. Pria itu tak mengatakan apapun lagi setelah mereka memasuki mobil. Walaupun begitu, Soojung tak mau ambil pusing tentang tempat tujuannya saat ini. Selama itu bukan rumahnya, rumah Irene ataupun rumah Luhan, Soojung akan dengan sangat senang hati berada di sana.

Kejadian tadi membuatnya kembali teringat dengan kata-kata Luhan padanya. Tiba-tiba dia merasa apa yang Luhan katakan ada benarnya juga. Semua ini, hanya akan semakin menghancurkannya. Soojung tidak tahu seberapa lama lagi dia bisa tahan dengan segala kebohongan ini. Semua kebohongan yang disusun hanya untuk membalaskan dendam.

"Hei," panggil Sehun. Soojung tidak menoleh ataupun merespon. Dia hanya diam dan tak bergeming dari posisinya saat ini.

Melihat Soojung yang mengabaikannya, Sehun mendengus keras. Pemuda itu kemudian mencoba lagi, "Kau tahu? Cepat atau lambat seseorang harus membawamu ke psikiater."

RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang