Sehun mengeluarkan jas berwarna hitam dari lemarinya. Ia melirik pantulan dirinya di cermin sekilas. Setelah, menyisir rambutnya yang berantakan dengan tangannya. Sehun hanya bisa menatap datar pantulan dirinya di cermin. Dia benar-benar tidak bisa mengeluarkan senyumnya di hari terkutuk itu.
Sehun kemudian mengeluarkan ponselnya. Setelah menemukan kontak Luhan, pria itu segera membuat panggilan dengannya. Hanya perlu beberapa saat menunggu, Luhan langsung mengangkat panggilannya.
"Halo? Sehun?"
Sehun tak langsung menjawab. Dia menarik napas panjang dulu demi menahan segala macam emosi yang ia rasakan ketika mendengar suara Luhan. Ia sengaja memilih menghubungi Luhan lewat telepon karena tidak yakin akan sanggung menahan diri untuk tidak menghabisi pemuda itu jika bertemu secara langsung. Tapi ternyata menghubungi pemuda itu lewat telepon juga tidak membuat semuanya jadi mudah.
"Oh Sehun?"
"Sampai hari ini aku masih menganggap ini semua lelucon."
Satu kalimat Sehun itu cukup untuk membuat Luhan terdiam. Dia pikir Sehun menelpon karena sudah memaafkannya. Atau setidaknya sudah merelakan Irene untuknya. Luhan sudah membayangkan kalau Sehun mungkin akan bilang kalau dia akan mematahkan kakinya atau semacamnya kalau sampai ia menyakiti Irene. Tapi ternyata pria itu masih belum merelakan semuanya.
"Aku tahu kau pasti muak dengan kata maafku. Tapi aku benar-benar minta maaf, Sehun-ah."
"Minta maaf untuk orang yang menyesal, brengsek. Kalau kau memang menyesal, harusnya kau perbaiki semuanya bukan malah meneruskannya!"
"Aku memang menyesal karena telah melakukan ini semua padamu. Tapi aku tak bisa melepaskan Irene begitu saja.. aku.. aku sangat mencintainya."
Tangan Sehun langsung mengepal. Dia menahan dirinya begitu keras untuk tidak membayangkan cermin dihadapannya adalah Luhan dan meninjunya sampai hancur. Setelah menarik napas panjang untuk meredam emosinya, Sehun berusaha kembali terfokus pada tujuannya menghubungi Luhan.
"Beri aku satu alasan yang bagus, kenapa kau melakukan ini. Kenapa kau merebut Irene dariku."
"Aku tak bisa, maafkan aku. Tak ada alasan yang bagus kenapa aku berselingkuh dengan Irene dibelakangmuㅡitu semua terjadi begitu saja. Diluar kendaliku. Aku tak pernah bermaksudㅡ"
Namun Sehun langsung memutuskan panggilannya sekaligus mematikan ponselnya. Dia sudah mendapatkan apa yang dia inginkan dan dia tidak berminat mendengar alasan Luhan. Karena apapun alasan Luhan, dia akan tetap membenci pemuda itu seumur hidupnya. Dia akan tetap melakukan apapun untuk menghancurkan pemuda itu.
"Sehun? Sehun?!"
Panggilan seorang perempuan dari pintu kamarnya membuat pikiran Sehun teralihkan. Dia menoleh dan menemukan adik perempuannya yang sudah rapi dengan black dress tanpa lengannya. Rambutnya yang hanya sebahu dibiarkan tergerai. Wajahnya mengisyaratkan kekhawatiran sekaligus kekesalan karena tidak direspon sejak tadi pada Sehun.
"Kau yakin masih ingin datang?"
Sehun menjawab pertanyaan adiknya itu dengan gerakan mengambil kunci mobilnya. Dia berjalan mendahului adiknya, Oh Hayoung, menuju halaman rumahnya tempat di mana mobilnya di parkirkan. Hayoung dengan malas hanya mengikuti Sehun dari belakang. Kalau bukan karena hari ini adalah pernikahan mantan kekasih kakaknya itu, Hayoung tak akan mau repot-repot bersabar begini pada Sehun.
Diperjalanan, Sehun berusaha keras untuk mengalihkan pikirannya dari segala macam ide tentang mengamuk dan menghancurkan secara brutal pesta pernikahan Luhan dan Irene. Dia tidak boleh melakukan itu. Itu hanya akan memermalukan dirinya sendiri. Dia harus bisa mengontrol diri. Lagipula, dia sudah punya rencana dengan Soojung hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Revenge
FanfictionTentang Soojung dan Sehun yang ingin balas dendam terhadap mantan kekasih mereka, Luhan dan Irene, yang akan segera menikah. Soojung dan Sehun akan melakukan apapun untuk menghancurkan keduanya, sebagaimana kedua orang itu telah menghancurkan hati m...