Kiran Dinarta seorang cewek yang jaim jika dengan orang yang tak dekat dengannya. Kiran masih kelas 1 SMA, dan sekarang Kiran sedang duduk melamun di depan jendela kamarnya.
Entah, malam ini sugesti apa yang telah merasuki otaknya. Tiba-tiba saja ia teringat kembali apa yang membuatnya berdiri mematung di depan kelas X IPA 2 siang tadi. Dan hanya ada satu jawaban, ya, dia, seseorang cowok yang belum pernah Kiran kenal sebelumnya.***
"Ran, lo kemarin lihatin apa sih? Sampe bengong kek gitu?" pertanyaan yang tiba-tiba Kiran dengar saat memasuki kelas.
"Nggak lihatin apa-apa kok."
"Yaelah Ran, jangan bohong deh. Atau jangan jangan lo lihatin Adit ya?"
"Adit siapa sih, gue gak kenal juga."
"Aditya Revaldi, cowok kutu buku dan cuek banget."
"Kemaren gue itu cuma lihat ada cowok di kelas X IPA 2 lagi baca novel."
"Iya Ran, itu Adit keleus. Btw lo suka ya sama Adit?" goda Mela yang spontan membuat Kiran jantungan
"Eh, nggak. Udah deh jangan dibahas lagi."
***
Ting... Ting...
Dua pukulan lonceng menandakan jam pelajaran akan segera dimulai. Seperti biasanya, jam pelajaran berlangsung selama 3 mapel. Dan setelah itu istiharat sekitar 20 menit.
Bel istirahat telah berbunyi dan tampak seluruh siswa berhamburan menuju ke kantin. Kantin memang tujuan pertama bagi para murid, namun ternyata tidak untuk salah satu murid di sekolah ini. Saat Kiran tau ada seseorang cowok yang sedang menapaki jalan menuju ke perpustakaan, dan entah apa yang membuat kaki Kiran merasa ingin mengikutinya dibelakang layaknya seorang penguntit yang tak punya rasa takut atau malu sedikitpun jika dia mengetahui bahwa ia sedang mengikutinya.
Kiran menunggu selama beberapa menit setelah cowok itu memasuki perpustakaan yang kebanyakan penghuninya perempuan.
Tak lama kemudian cowok muncul dari perpustakaan dengan membawa sebuah buku."Eh kenapa gue malah ngikutin dia ya?" batin Kiran dalam hati.
Kiran merutuki perbuatannya yang tak masuk akal ini, sungguh tidak berfaedah baginya. Entah sugesti apa yang telah merasuki otak Kiran hingga seperti ini. Kemudian Kiran kembali ke kelas dengan perasaan yang menyesal karena telah membuntuti seorang cowok yang belum ia kenal. Pasalnya, Kiran tak pernah melakukan hal semacam ini sebelumnya, entah rasa malu bagaimana jika cowok itu mengerti bahwa telah dibuntuti oleh Kiran.
***
Ting... Ting...
"Lo kemana aja sih Ran? Dari tadi dicariin gak ada." tanya Mela yang sepertinya agak khawatir
"Cuma ada urusan bentar kok."
"Urusan apa? Sejak kapan seorang Kiran Dinarta punya urusan?" ledek Mela dengan agak tertawa kecil
"Apaan sih Mel? Ini kan sekolah jadi tenang aja, jangan lebay deh Mel."
"Btw kata Gina lo tadi ke perpustakaan ya?"
"I .. iya, kenapa?"
"Tumben lo ke perpustakaan sendirian? Terus kata Gina lo kayak lagi ngikutin Adit ya?" pertanyaan yang sempat membuat Kiran shock
"Iya tadi gue sempat ngikutin Adit sih habisnya gue penasaran. Eh, nggak maksudku ta.. tadi gue ketemu Adit di perpustakaan kok." sambung Kiran agak terbata-bata.
"Nah it-" ucapan Mela terpotong karena pak Agus datang.
"Selamat pagi anak-anak." sambut Pak Agus kepada seisi kelas.
Dan seketika seisi kelas yang tadinya ramai seperti pasar malam tiba-tiba menjadi sepi, begitu juga percakapan Kiran dengan Mela.
Untung saja Pak Agus segera datang ke kelas untuk mengisi jam pelajaran matematika. Sehingga Mela terdiam karena Pak Agus, yang terkenal dengan sebutan Guru killer saat pelajaran. Wajar saja jika Mela langsung diam, dan memang semuanya pun ikut terdiam selama 2 jam mapel berjalan.***
"Mel, anterin gue pulang dong?" sembari kutarik tangan Mela yang hendak pulang
"Sorry Mel, gue gak bisa. Ini aja gue mau nebeng."
"Oke, gak papa kok."
Sedikit demi sedikit siswa yang berhamburan di area sekolah, dan mulai sepi. Dan kini hanya tersisa ia saja, walaupun masih ada anak osis yang sedang rapat di dalam sekolah.
Tetapi tetap saja Kiran merasa sendirian disini, sudah 2 jam Kiran menunggu Papa untuk menjemputnya. Namun ternyata Papanya tak kunjung datang, Kiran bisa memaklumi jika Papanya yang terlambat menjemput, tetapi ini sudah 2 jam dan Papanya masih saja tak muncul didepannya.
Sedikit gelisah, karena langit mulai menampakan awannya yang tampak menghitam."Pasti bentar lagi turun hujan" gumamnya.
Bahkan sekarang Kiran lupa tak membawa handphone. Ia sudah terlalu lama menunggu, hingga akhirnya ia memutuskan pulang dengan jalan kaki. Mungkin cukup jauh jarak sekolah dengan rumahnya, berkisar 2 km dan Kiran harus sampai rumah sebelum hujan turun dan membasahinya.
Tak lama kemudian hujan turun dan Kiran masih belum sampai di rumah, ia pun memutuskan meneduh di halte dan mulai merasa dinginnya hujan sore ini."Kalau begini harusnya tadi aku naik angkutan umum saja" gerutunya.
Tiba-tiba ada seseorang yang berhenti didepannya dan menuju ke arahnya tepatnya duduk disampingnya. Dan saat Kiran menolehkan wajahnya kesamping karena daritadi ia hanya menunduk karena kedinginan, dan orang itu ternyata Adit. Seseorang misterius yang selalu muncul dibenaknya setiap malam, bahkan tak bisa membuatnya tidur nyenyak.
"Lo nungguin angkutan ya? Kalau udah sore begini agak jarang angkutan lewat sini, apalagi sekarang hujan. Kalau lo mau gue bisa anterin lo, itu pun kalau lo nya mau aja" tanya Adit memecahkan keheningan yang cukup lama selama dia duduk disamping Kiran.
"Gue nggak nungguin angkot, gue cuma neduh aja."
"Gue anterin mau?"
"Nggak, makasih. Gue bisa jalan sendiri ke rumah."
"Sendiri? Dalam hujan seperti ini?"
"Yaudah ayo pulang sama gue, jangan kebanyakan mikir nanti makin deras hujannya. Btw tenang aja gue anak baik-baik kok." Adit tertawa kecil yang sedang melihat Kiran agak ketakutan
"Gimana?" tawarnya lagi
"Iya, gue mau."
Bagaimana tidak, seseorang yang selalu muncul dipikiran Kiran tiba-tiba menawarkannya untuk pulang bersama. Hal yang tidak diduga sebelumnya oleh Kiran.
***
Semoga kalian suka ceritanya, ditunggu next chapter yaa.
Happy reading❤
KAMU SEDANG MEMBACA
LOSING
Teen FictionKita adalah sepasang manusia yang dipertemukan sementara, lalu dipisahkan oleh semesta. Karna sejatinya, pertemuan akan menemui perpisahan yang sudah ditakdirkan menjadi sepasang peristiwa.