Empat belas

21 3 0
                                    

Bagaimana bisa disebut kehilangan bila langkah kita belum bisa beriringan. Lantas mengapa harus berakhir merelakan jika kamu belum sempat kudapatkan?


  Adit tak menyangka jika kalimat yang diucapkan oleh ketiga temannya adalah kalimat sakral menurutnya. Adit yang awalnya sudah merasa cemas atas konsekuensi itu kini hanya berupa kekesalan pada teman-temannya.

Pasalnya Eza,Reno, dan Kevin memborong makanan di kantin cukup banyak. Mereka bagaikan orang yang belum makan bertahun-tahun, dan kini tamatlah isi dompet Adit sekarang.

"Lo semua belum makan berapa tahun sih?" gerutu Adit memandang teman-temannya yang sedang asik dengan makanannya.

"Seabad mungkin." jawab Kevin asal.

"Sableng!" ucap Adit kesal.

Tak lama kemudian Kiran dan Mela datang ke kantin. Kedatangan mereka disambut Eza,Kevin dan Reno yang cukup heboh di kantin.

Sorak-sorak, gebrak meja, dan memukulkan sendok ke mangkok bakso yang ada di mejanya ala-ala kang bakso keliling. Memalukan? Tak usah ditanya lagi.

"Wah tuan putrinya udah dateng nih!" sindir Kevin sambil menyenggol lengan Adit.

"Dimana-mana kalo disamperin sama bebebnya tuh seneng, lah ini malah datar gak ada seneng-senengnya!" cerca Eza keras hingga membuat seisi kantin menengok ke arahnya.

Tak kalah dengan Eza dan Kevin, Reno pun ikut andil dalam perbacotan ini.

"Gak usah sok cuek lo Dit, gue gebet Kiran tau rasa lo!". Adit yang awalnya diam kini wajahnya menatap Reno serius dengan tatapan tajam.

"Eh eh gak bang, gak bakal gue gebet kok. Selow, canda doang hehe." ucap Reno tercengir.

Kiran sempat kaget dengan perlakuan teman-teman Adit yang cukup absurd itu. Dan ia pun juga melihat ekspresi Adit saat menatap Reno tadi cukup lucu bagi Kiran, walau sebenarnya tak ada ekspresi lucu yang berasal dari Adit. Atau mungkin ini memang efek bucin?

Sebenarnya Kiran tak ada niatan untuk menemui Adit,ia hanya ingin makan siang di kantin. Dan semenjak tragedi memalukan tadi, rencana makan siangnya di kantin bersama Mela kini batal karena banyak sepasang mata terus mengawasinya di kantin. Kiran tak suka dan tidak nyaman dengan keadaan seperti ini.

Kiran dan Mela pun memutar balikan badan untuk kembali kelas, tetapi tiba-tiba Ervan datang.

"Kalian belum makan kan? Biar gue aja yang pesen nanti gue anter ke kelas." tawar Ervan kepada Kiran dan Mela.

"Gak perlu, Van. Kita gak mau ngerepotin lo." jawab Kiran.

"Gak ada kata ngerepotin buat lo, Ran."

"Eh?"

"Yaudah gak papa Ran, biar dia yang pesen. Lagian kita belom makan kan?" sambung Mela yang mencairkan suasana.

"Yaudah gue pesenin dulu." ucap Ervan lalu pergi untuk memesan makanan.

Disisi lain, Adit juga melihat interaksi antara Kiran dan Ervan. Namun Adit tetap diam, tak ada pemberontakan sama sekali atas kejadian tadi.

"Lo gak cemburu?" tanya Kevin kepada Adit.

"Gak." jawaban singkat, padat, dan jelas yang Adit lontarkan kepada Kevin.

Kevin terdiam dan begitupun Adit, hening antara mereka berdua namun tidak untuk Eza dan Reno yang kini masih berkeliling seisi kantin untuk merusak suasana orang.

***

Setelah menunggu, akhirnya Ervan datang ke kelas Kiran dan Mela untuk mengantarkan makanan. Kini Ervan duduk di kursi depan meja Kiran dan Mela sambil menyodorkan makanan itu.

"Makasih ya. Ini uangnya." Kiran menyodorkan uang dari sakunya untuk membayar itu kepada Ervan, namun Ervan menolak dengan senyuman.

"Lo lucu ya?" jawab Ervan yang tertawa kecil sembari menatap Kiran yang tak paham maksud Ervan.

"Hah?"

"Ini makanannya gratis buat lo sama Mela, gak pake bayar. Karena ini gue yang beliin, masa iya lo gak peka sih wkwk." ucapnya dengan ketawa kecil.

"Makasih." balas Kiran dengan senyuman.

"Sama-sama." Ervan pun menjawabnya dengan senyuman yang mungkin jauh lebih penuh arti.

Mela yang dari tadi hanya diam bak patung manekin kini ikut tersenyum melihat Kiran kini mulai bisa saling akrab walaupun sedikit canngung. Namun bagi Mela ia sudah lega, karena dengan sikap Kiran yang mulai bisa diajak berteman membuat Ervan senang.

"Syukurlah kalo gitu, Kiran sudah bisa berteman baik dengan Ervan. Setidaknya, ini akan membuat Ervan sedikit senang." batin Mela dengan senyuman lega.

***

Setelah pulang sekolah, seperti hari kemarin Adit mengantarkan Kiran pulang ke rumah. Namun kali ini Kiran merasakan ada sesuatu yang berbeda dari Adit.

Entah apa itu masalahnya, ia tak tau. Yang ia tau kini Adit sama sekali tak mengajak berbicara, walaupun pada dasarnya Adit pendiam namun kali ini terasa beda.

Kiran berharap Adit akan mengajaknya berbicara, namun ternyata hasilnya nihil. Adit tidak mengajaknya berbicara sama sekali.

Andai saja Kiran tipe cewek yang tidak pernah malu untuk memulai lebih dulu, ia yakin sekarang ia sedang mengajak orang yang ada di depannya ini untuk berbicara.

Suasan hening menghiasi perjalan pulang, angin yang semilir kini terasa dingin seperti suasana yang saat ini Kiran rasakan.

"Hawanya dingin ya, kayak hati lo!" batin Kiran sendu.

Setelah sampai rumah, Kiran berpamitan untuk masuk ke dalam rumah. Dan Adit mengangguk tanpa sepatah katapun.

Kiran tersenyum getir melihat Adit yang seperti ini. Kemudian Adit menyalakan motornya dan pergi pulang.

Sebenarnya Kiran tak perlu sedih atas kebisuan Adit yang mendadak ini, ia tau Adit memang bukan tipe cowok yang banyak omong atau banyak topik. Tapi setidaknya, ia pernah bilang bahwa ia akan berusaha berubah demi dirinya.

"Apa dia lupa sama ucapannya sendiri?" gumam Kiran pada keheningan sore hari.

****

Buat kalian yang nungguin cerita ini update, sekarang udah update dong hehe (walaupun telat banget)
Dan maaf kalo part ini ceritanya sedikit🙏

Jangan lupa tinggalkan jejak setelah baca, oke?
Happy reading❤

LOSINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang