prolog.

75 8 2
                                    

Angin senja membuat surai wanita itu melambai dengan indah. Berjalan dengan membawa dua kehidupan di dalam dirinya. Satu kehidupan yang akan lahir di dunia ini. Tapi raut wajahnya tidak memperlihatkan kebahagiaan yang akan menjadikannya seorang ibu, melainkan kegelisahan dan kekhawatiran yang menyelimuti dirinya

Wanita itu duduk sambil mengusap perutnya yang sudah sangat besar sambil meneteskan beberapa cairan bening dari matanya.

"Maafkan ibu"  ucapnya lirih.

Setelah beberapa jam lamanya ia duduk di tepi pantai, dia merasa sakit di bagian perutnya. Semakin lama semakin sakit dan ternyata ia akan segera melahirkan.

Beberapa wanita di sana menyadari ada seorang yang sedang kesakitan karena akan melahirkan. Beberapa wanita  menghampiri dan membawanya ke salah satu rumah penduduk dan membantunya melahirkan bayinya. Setelah beberapa menit, akhirnya seorang bayi laki-laki mungil lahir ke dunia ini.

Tangis bayi itu seakan menjadi penyemangat ibunya untuk tetap hidup walaupun sempat putus asa karena kesakitan dan kelelahan. Senyum wanita itu mengembang begitu juga dengan beberapa wanita yang membantunya melahirkan.

"Bayimu laki-laki" ucap salah satu wanita yang menggendong bayi itu.
"Sangat tampan" ucap wanita satunya lagi yang tengah mempersiapkan pakaian sang bayi.

"Aku ingin melihat wajah putraku" ucapnya lemas.

Lalu salah satu wanita yang menggendong bayi itu datang menghampiri ibu sang bayi dan memberikan bayinya kepada ibunya. Sang ibu tersenyum lembut dan bahagia melihat wajah menggemaskan bayinya.

Tapi senyum itu memudar saat mengingat bahwa bagaimana ia akan merawat nya seorang diri dan tidak mungkin ia bisa merawat bayinya dan melihat putranya tumbuh dewasa. Setetes air mata menetes di wajah bayinya.

"Kenapa kau menagis? Bukankah harusnya sekarang kau bahagia? Dan dimana ayah dari bayi ini?" Berbagai pertanyaan ini keluar dari mulut beberapa wanita yang ada di ruangan itu.

Wanita yang di tanya hanya berusaha menghentikan air matanya agar berhenti mengalir. Pertanyaan terakhir yang di tanyakan kepadanya membuat dadanya sesak.

"Tidak, ini hanya air mata kebahagiaan" jawabnya bohong.

"Lalu dimana suamimu"

"Ehmm... s-suamiku sedang bekerja di luar kota" jawabnya lagi-lagi berbohong.

"Apa kau tau berapa nomor ponselnya? Suamimu harus tau bahwa sekarang dia memiliki baayi tampan yang sangat menggemaskan"

"Tidak, jangan beritau dia"

"Kenapa?"

"Ka-karena aku ingin memberi kejutan untuk suamiku" ucapnya bohong lagi.

Wanita itu tidak ingin memberitau rahasia kehidupan pernikahannya yang menyedihkan. Biarlah disimpannya seorang diri.

"Ooh, baiklah terserah kau saja. Sekarang istirahatlah dengan bayimu" ucap satu wanita tua yang membantu wanita itu melahirkan.

Wanita itu lalu perlahan menutup matanya dengan bayinya di sampingnya. Setelah tidak mendengar suara lagi wanita itu membuka matanya dan keadaan di luar sepi. Ia hendak kabur dari sana. Dan membawa bayinya bersamanya.

Setelah sampai di luar ia melihat beberapa nelayan sedang terjaga padahal hari sudah sangat malam.

"Hey, kau mau kemana dengan membawa bayi itu malam-malam begini?" Tanya seorang laki-laki tua yang hendak menghampiri wanita itu.

"A-aku hanya ingin berjalan jalan di tepi pantai dengan bayiku" ucapnya gugup.

"Bayimu nanti bisa masuk angin. Angin malam di pantai ini sangat dingin dan kencang"

ARNEYVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang