2~Pertemuan Bulan dan Laut (2)

39 7 2
                                    

Disinilah Arney dan kakeknya sekarang berdiri. Di depan rumah yang lumayan besar dengan ukiran tradisionalnya. Bangunan yang terlihat seperti bangunan kuno tapi terlihat megah. Dan arney hanya menatap kagum rumah di depannya itu.

"Kek, apakah ini rumahmu?" Tanya Arney yang masih menatap rumah di depannya ini.

"Iya"

"Mengapa rumahmu sangat besar, berbeda dengan rumah kita di hutan?"

Kakeknya hanya tersenyum geli mendengar pertanyaan cucunya itu.

"Karena di hutan kita tidak punya alat dan bahan yang cukup untuk membuat rumah sebesar ini di sana" jelas kakeknya. Arneyva hanya mengangguk-anggukan kepala sebagai balasannya.

"Ayo kita masuk" ajak sang kakek sambil berjalan menuju pintu rumah yang masih terkunci. Lalu kekek membuka kunci gembok rumah itu dan masuk kedalam rumahnya diikuti Arneyva di belakangnya. Kunci rumahnya memang dibawa kakeknya ke hutan dan disimpan baik-baik. Agar saat dia kembali ke kota dia bisa kembali ke rumah ini.

Mata Arneyva seakan terhipnotis dengan isi rumah ini. Baru pertama kalinya ia masuk ke dalam ruangan seluas ini. Banyak barang-barang berjejer memenuhi ruangan ini. Foto-foto terpajang rapi di di sisi-sisi tembok rumah, piala juga tersusun rapi di lemari kayu yang lumayan besar di pojok ruangan.

Yang membuat Arney semakin kagum adalah ada foto yang sangat besar, ukurannya lebih tinggi darinya dan sangat lebar. Di foto itu terdapat gambar sebuah keluarga besar yang sedang memakai pakaian formal yang serupa. Sangat kompak. Karena sangat penasaran, Arney pun bertanya kepada kakeknya.

"Kek,  itu foto keluarga siapa?" Tanya Arney sambil menunjuk foto yang besar itu.

Sang kakek hanya tersenyum kecut, pertanyaan arney membuatnya kembali teringat masa lalunya yang suram.
"Itu foto keluargaku" jawab kakeknya.

Arney hanya mengangguk paham. "Lalu dimana sekarang keluargamu itu?" Tanya arney lagi.

"Mereka semua sudah tiada"

Arney sangat tertegun mendengar jawaban kakeknya. Dan kakeknya duduk di sofa yang berada di tengah-tengah ruang tamu itu.

"Kenapa mereka semua tiada?" Tanya arney pelan, takut mengusik kakeknya. Arney tau bagaimana rasanya kehilangan. Ia pernah kehilangan teman dekatnya yang di beri nama popo. Popo adalah seekor beruang madu. Sebenarnya popo adalah hewan yang cukup buas. Tapi Arney berhasil menjinakkan hewan itu. Tapi suatu hari popo di buru dan dibawa pergi oleh beberapa pemburu yang membuat Arneyva sangat sedih. Arneyva pun baru mengetahui sejak dua hari setelah Popo menghilang.

"Ada suatu kejadian di masa lalu yang membuat keluarga besarku tiada, kecuali aku dan keponakan perempuanku."

Lalu tanpa sadar setetes air mata jatuh dari mata kakek arney.  Arney pun terkejut melihat kakeknya bersedih seperti ini. Dan ia mengakui kalau ini adalah pertama kalinya arney melihat kakeknya menangis. Arney tahu bahwa kakeknya hanya manusia biasa yang mempunyai sisi lemahnya sendiri.

"Kek, tolong jangan menangis" mendengar ucapan arney, kakeknya cepat-cepat menghapus bekas air matanya dan kembali berusaha tersenyum.

"Kalau boleh tau, siapa nama keponakanmu itu?" Tanya arney penasaran.

"Maria".

***

"Kakak, liat flat shoes ku nggak?" Tanya lunar yang yang bingung mencari flat shoes yang menghilang entah kemana. Padahal ia ingat menaruhnya di rak sepatu miliknya, tapi sekarang tidak ada. Sangat aneh.

Luna yang mendengar teriakan lunar langsung keluar dari ruang ganti kamarnya karena untuk mengganti bajunya yang terkena cipratan kubangan air tadi. Sampai sekarang pun ia masih menyumpah serapahi bapak-bapak yang tidak sengaja membuat bajunya kotor.

ARNEYVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang