BAB 4-Mengusik Fatan

297 8 0
                                    

Setelah beberapa hari, Laras memutuskan untuk kembali bersekolah. Mulai hari ini dia bertekad untuk mendekati Fatan. Dia mulai tertarik pada Fatan sejak kejadian itu. Dia tersentuh dengan kebaikan Fatan, dia ingin mendengarkan bagaimana bisa Fatan dengan cepat menemukannya saat insiden itu. Saat dia izin sakit beberapa hari, dia terus mengirimkan pesan via Line kepada Fatan,

Hai Fatan! Thanks ya udah nolongin gue R

Lo mau apa sebagai ucapan terima kasih dari gue? R

Fatannnnn R

Ih kok di read doang? R

Hari ini gue udah minum obat yang terakhir lho R

Gue nggak sakit lagi, salep yang lo kasih juga mujarab R

Ih bales dong R

Ada yang mau gue omongin sama lo tentang kejadian

itu! R

Ada ya orang kayak batu, pelit pula. Ngetik aja susah

banget ya Fatan? R

TAN, SETAN! FATANNNNNNNNN R

Eh masa ya, kemarin kucing sebelah apartemen gue lahiran,

masa anaknya banyak banget R

Sialnya minyak goreng gue abis L, nggak niat nolong? R

Fatan, masa ya gue lapar lagi sehabis makan R

Pagi Fatan, jemput gue dong R

Au ah Fatan, lama banget nggak jemput-jemput R

Fatan mengerutkan kening membaca isi pesan Laras, dia merasa heran dengan banyaknya isi chat yang dikirimkan Laras. Dia sudah memutuskan untuk

tidak terlibat lagi dengan Laras, tetapi gadis itu justru dengan gencar merusuh di Linenya sejak izin sakit. Apa yang ada dipikiran Laras sehingga mengirimkan pesan-pesan kegiatannya? Dia jelas merasa terganggu dengan itu. Fatan hanya membaca seluruh pesan Laras tanpa membalasnya, dia merasa tidak perlu untuk memberikan balasan.

"Pagi Fatan, kok nggak jemput sih? Kan udah dibilangin lewat chat untuk jemput gue" ujar Laras sambil duduk untuk meraih kursi dihadapan meja Fatan.

Fatan hanya melirik Laras sekilas lalu melanjutkan kegiatan membaca buku biologi, dia tidak berminat meladeni kelakuan Laras yang tiba-tiba berubah saat ini.

"Ih Fatan jahatttttt, jawab gue dong" Laras melanjutkan sambil menampilkan ekspresi cemberut. Bel yang berbunyi mengintrupsi kegiatan Laras yang mencoba menarik perhatian Fatan, mau tak mau dia berbalik menuju mejanya sendiri dengan perasaan dongkol.

Sabar, ras. Sabar.

Bel istirahat berbunyi, Laras dengan cepat membereskan alat tulisnya dan berusaha mengejar Fatan keluar dari kelas namun ditahan oleh Alana. Alana meminta bantuan pada Kina dan Natalie untuk menarik Laras menuju kantin, mereka membuatkan pesanan untuk Laras yang sedari tadi tidak bisa tenang dan terus berusaha meninggalkan kantin.

"Ras, lo udah mirip cacing panas kesurupan" tegur Alana pada Laras setelah dia memesan makanan.

"Duh, gue tuh mau ngomong sama Fatan. Penting, please gue mau ketemu Fatan" ujar Laras memelas memandang teman-temannya.

"Gatel banget lo ngejar Fatan! Cukup ya Ras, kita makan dulu baru lo bebas lakuin aksi lo!" kata Kina memperingatkan Laras.

"Lo nggak lapar? Udah sarapan? Kalau maag lo kambuh bisa berabe, Ras" Alana menimpali dan Natalie memberikan anggukan pada teman-temannya sebagai tanda persetujuan akan opini yang disampaikan Kina.

"Gini ya Ras. Kami tahu kalau lo udah niat banget buat dapetin Fatan tapi dengan kelakuan lo yang agresif dan sikap cuek bebek yang diberikan Fatan sebagai balasan menunjukkan bahwa Fatan nggak tertarik sama lo. Lama-kelamaan, dia bisa menarik diri menjauh dari dunia lo karena lo udah kelewat batas" ujar Kina dengan nada memperingatkan dan ekspresi khawatir.

"Jadi gimana? Pesan lo ada yang dibalas nggak sama Fatan?" tanya Natalie sambil membantu menata pesanan yang datang.

"Pelit banget tuh anak, satu pun nggak ada yang dibales cuma diread doang" jawab Laras, kemudian mengaduk-aduk jus sirsaknya dengan gemas.

"Udah deh Ras, nyerah aja! Dia itu manusia es, nggak ada yang berani cairin dia" ujar Alana menimpali.

"Kalau gitu gue bakalan ngikis kebekuan dalam diri Fatan! Gue nggak bakal nunggu es itu cair tapi gue bakalan langsung mengikis es itu. Oya, gue nggak bakal nyerah karena dalam buku harian ibu gue tertulis bahwa orang yang nyerah termasuk pengecut karena dia nggak berani lewatin semua pintu untuk mencapai jalan keluar dan gue selalu percaya bahwa segala sesuatu punya jalan keluar" kata Laras layaknya orang yang berpidato dengan semangat yang menyala-nyala. Kemudian, dia memasukkan banyak sambal ke dalam mangkuk baksonya karena terlalu semangat.

20 menit berlalu setelah makan, Laras bersama Natalie, Kina, dan Alana berjalan menyusuri koridor sekolah. Hanya Laras yang bergerak gelisah dengan memegang perutnya sambil sesekali minum air dari botol karena rasa pedas yang dirasakannya belum hilang. Dia memutar kepalanya ke kanan dan ke kiri untuk mencari keberadaan Fatan. Saat dekat dengan kelas, dia berhasil menemukan Fatan yang berjalan menjauhi kelas. Laras mulai mengejar Fatan sambil memegang perutnya yang mulai terasa sakit, dia juga merasa pusing.

"Laras! Muka lo pucat woi" teriak Kina memperingatkan Laras saat Laras berlari mengejar Fatan.

Laras terus berlari mengejar Fatan tanpa mempedulikan panggilan dari teman-temannya, dia juga mengabaikan rasa sakit yang menghampirinya. Setelah berhasil menghadang Fatan, dia berdiri di depan Fatan lalu memberikan senyum manis yang tulus. Tiba-tiba pandangannya kabur dan gelap. Laras pingsan di hadapan Fatan.

Aku akan tetap berusaha mengetuk bahkan mendobrak hatimu, agar aku saja yang menjadi tamu dan tuan rumah di hatimu-Laras Hadiwijaya-


***

Pikirnya panjang ternyata kagak, huhuhu

DinsArd

Keping-keping Kata oleh Fatan & LarasWhere stories live. Discover now