Fatan segera mengintruksikan Marco untuk bersiap pulang. Fatan menganggap bahwa sudah saatnya Laras untuk beristirahat.
"Sudah jam 9 malam, Laras butuh tidur" Fatan berucap sambil melipat tangan di dada menghadap Marco. Marco hanya mengangguk seraya membereskan bukunya.
Laras hanya berdiri mengamati interaksi singkat yang dilakukan Fatan dan Marco, kali ini dia merasakan atmosfer yang berbeda dari sebelumnya. Sebelumnya, dia menganggap bahwa Marco dan Fatan mirip anak kecil yang tidak mau kalah kalau berdebat tentang superhero yang lebih kuat. Saat ini berbeda, dia merasakan dinding tebal yang menjadi penghalang keakraban keduanya.
"Mikirin apa?" Marco bertanya saat sudah berdiri di hadapan Laras, Fatan juga memandang Laras.
"Ha? Nggak, nggak ada" jawab Laras.
"Makasih ya, besok kalau ketemu di kantin kita bahas kapan belajar Matematikanya" ujar Marco lalu hendak memegang bahu Laras yang spontan ditepis oleh Fatan. Marco mendelik kesal pada Fatan, sedangkan Fatan membalas dengan ekspresi datar.
"Yayaya, kalian bakal kemalaman kalau nggak selesai acara tatap-tatapnya" Laras menyudahi adu pandang tersebut, sambil menyeret mereka berdua menuju pintu.
"Gue pulang ya, sampai jumpa di sekolah" Marco berujar pada Laras, dia melirik sebentar pada Fatan lalu berkata dengan penuh penekanan,
"Lo juga mesti pulang, sekarang. Laras butuh istirahat" Marco berlalu setelah melempar senyum pada Laras yang dibalas dengan senyum tulus Laras.
"Senyum nggak usah segitunya" Fatan mengomentari senyum Laras sambil mencubit pipi Laras karena gemas dan merasa cemburu.
"Hehehe" balas Laras, dia masih nyengir setelah cubitan itu dilepaskan.
"Istirahat, tidur. Lo butuh tidur, jangan telat bangun. Besok gue jemput" ujar Fatan lalu meninggalkan Laras yang bergeming di tempatnya.
Fatan sudah menjauh. Samar-samar dia mendengar teriakan Laras yang menanyakan apakah dia hanya bercanda atau tidak, tapi dia terus saja berjalan tanpa berbalik lalu tersenyum. Laras senang, sangat sangat senang. Dia selalu percaya bahwa hari itu akan tiba, hari ketika Fatan akan terbuka padanya. Dia terus tersenyum hingga ke tempat tidur, terus membayangkan ekspresi Fatan saat menawarkan diri untuk menjemputnya. Tiba-tiba ponselnya berbunyi, ada line yang masuk.
Tidur, jangan senyum terus sampai telat bangun.
Chat dari Fatan! Betapa bahagianya Laras saat ini. Dia lalu berupaya untuk tidur sambil sesekali tersenyum, dia terlalu bahagia.
Senin pagi, Fatan memarkir mobil lalu hendak masuk kedalam bangunan yang tinggi menjulang menuju apartemen Laras tetapi terhenti karena Laras menghadangnya sambil tersenyum menampilkan baris giginya yang rapi. Laras bangun pagi dengan semangat, dia bahkan sempat membuatkan bekal untuk Fatan. Pukul 07.00 dia sudah rapi menunggu Fatan di depan bangunan apartemen yang terdiri dari beberapa lantai tersebut. Sebut saja dia sangat gugup hingga bangun pagi menjadi pagi sekali.
"Tumben, biasanya juga hampir telat" ucap Fatan kemudian membuka pintu mobil dan mengintruksikan Laras untuk segera masuk.
"Hehehe, tiba-tiba aja gue berhasil ngalahin alarm buat bangun" balasnya bangga. Fatan tersenyum, dia bahagia melihat keantusiasan yang dimiliki Laras.
"Fatan, gue buatin sarapan buat lo. Nanti makannya di taman belakang sekolah ya" lanjutnya sambil duduk di sebelah kursi pengemudi. Fatan tersenyum lalu menutup pintu mobil dan bergegas menuju kursi pengemudi. Perjalanan selama 12 menit terasa hening, Fatan sempat merasa heran dengan diamnya Laras. Saat dia menengok ke arah Laras di parkiran sekolah, dia tidak bisa menahan senyum melihat Laras yang terlelap dalam tidurnya.
YOU ARE READING
Keping-keping Kata oleh Fatan & Laras
Teen FictionKamu akan terus menjadi porosku. Semenyebalkan apapun aku, kumohon jangan menyerah atas diriku-Laras Hadiwijaya- Kamu datang dan hanya kamu yang kuizinkan masuk dalam wilayahku. Sekali datang dan masuk, tidak akan ada jalan apapun untuk pergi dan ke...