Bel istirahat berbunyi. Laras masih senyum-senyum karena bisa bicara berdua dengan Fatan. Sebahagia itu. Hari ini, siswa-siswi di kelas XII-1 nampak sibuk membereskan alat tulis menulis, kecuali Laras. Dia sudah membereskan alat tulisnya sejak diajak berbicara oleh Enggar dan Rio, yang dia lakukan sekarang adalah tersenyum sambil sesekali berbalik memperhatikan kegiatan Fatan.
"Terang-terangan banget lo liatinnya, entar Fatan illfeel sama lo!" ujar Alana memperingatkan Laras.
"Udah Ras, lo deketinnya Marco aja. Ganteng, pintar, baik, mantan ketos, jago basket pula! Fatan mah lewat, nggak ada harapan buat hubungan lo berdua!" Kina menimpali sambil menarik tangan Laras, ia berusaha membawa Laras ke kantin.
"Kalo gitu mah, Fatan juga ganteng, pintar, jago basket, baik? Kadang-kadang sih kan cuek-cuek tapi ya baik kok dia itu" balas Laras yang pasrah saja ditarik Kina. Natalie dan Alana hanya geleng-geleng kepala menyaksikan interaksi itu.
"Ras, lo kan sering chat ke Fatan tapi nggak dibalas-balas. Lo nggak ngerasa aneh gitu? Gue aja mikirnya lo udah gila, mau aja gitu ngejar Fatan yang cueknya minta ditabok" kata Kina saat mereka sudah duduk menunggu pesanan.
"Biarin sih, Laras kan mau usaha. Kali aja, Fatan benar-benar mencair" balas Alana yang diangguki Natalie dengan antusias.
"Orang bahkan selalu bilang kalau berjuang itu bukan bahan candaan, makanya selama ini gue nekat dan bersungguh-sungguh" ujar Laras lalu tersenyum puas.
"Fix, lo gila. Demam Fatan, gila" balas Kina sambil menggelengkan kepala dengan prihatin.
Dua sendok nasi goreng baru selesai dilahap Laras, dia terburu-buru minum air mineral yang ada dihadapannya lalu melambaikan tangan pada dua makhluk yang sedang berjalan menuju kantin. Mereka adalah Fatan dan Septio. Setelah Fatan dan Septio berhasil mendapatkan pesanan mereka, tiba-tiba mereka dipanggil Laras dengan antusias untuk bergabung di meja mereka.
"Fatan! Asep! Sini! Duduk disini aja, meja yang lain full lho" ajak Laras lalu tersenyum senang.
"Nggak ada tempat lain bego, duduk sama Laras aja. Mumpung dia ngajakin" ujar Septio pada Fatan yang hendak berlalu mencari tempat lain, dia dengan tergesa-gesa menarik Fatan sambil terus tersenyum pada Laras.
"Udah dibilangin jangan panggil Asep, nama gue udah bagus masa jadi Asep" kata Septio sewot dihadapan Laras, dia kemudian duduk dan memaksa Fatan untuk ikut duduk.
"Ya kali gue panggil Nugroho? Bagusan Asep juga, syukur gue kasih singkatan istimewa" balas Laras masih tersenyum senang sambil melirik Fatan sesekali yang mulai nampak sibuk dengan makanannya.
"Nama gue Anggara Septio Nugroho, panggil Anggara atau Septio atau Tio kek, masa Asep" balas Septio yang tidak mau menyerah atas namanya.
"Terserah deh, gue mau makan. Lagian ya, untuk ukuran lo panggilan itu terlalu kebagusan. Pokoknya lo cocoknya jadi Asep aja" kata Laras lagi lalu memasukkan sesendok nasi goreng. Teman-temannya hanya menggelengkan kepala.
Septio nampak sebal dengan panggilan itu, bagaimana tidak? Namanya yang dianggap keren sudah berubah jadi bahan lucu-lucuan dalam kelas karena Laras yang terus memanggilnya Asep sejak datang sebagai murid baru alias sejak kelas X. Ada orang bernama Asep yang terkenal disekolah ini. Asep itu nama pacar dari penjual pulsa yang berada di depan sekolahnya, si Asep itu terkenal sebagai orang dengan tingkat kepedean tinggi dan berbagai sikap noraknya. Si Asep bahkan terkenal di sekolah sebagai penyanyi dangdut yang agak gila dengan suaranya yang tidak ada bagusnya. Dan hal yang membuat Septio lebih malu dipanggil Asep adalah karena saat kelas XI ada adek kelas yang menyangkanya sebagai orang gila bahkan sampai dipukuli dengan tas, saat itu dia disangka si Asep yang agak gila dan menyamar sebagai siswa di sekolah ini. Laras saat itu memanggil Septio karena Septio lupa dengan buku cetaknya. Laras berteriak ke arah Septio yang berada di lapangan dengan mengatakan "WOI ASEP!!!" dan dengan bodohnya Septio berbalik ke arah Laras. Kejadian itu disaksikan oleh beberapa siswi baru yang hanya mengenal si Asep dari cerita kakak kelas yang mengatakan bahwa mereka harus berhati-hati terhadap si Asep karena kelakuannya yang agak gila dan serampangan. Beberapa siswi baru yang memang tidak mengenal wajah yang dimaksud sebagai Asep "agak gila" langsung menyerang Septio sambil memukulinya dengan tas. Laras yang melihat kejadian itu langsung menuju lapangan dan menjelaskan pada siswi-siswi baru dengan bangga bahwa nama Asep itu merupakan singkatan dari Anggara Septio yang dia berikan khusus pada teman kelasnya itu. Setelah kejadian itu, Laras memang meminta maaf kepada Septio tetapi tidak pernah berhenti memanggilnya Asep, dia juga menceritakan kejadian itu pada teman sekelasnya. Laras menganggap bahwa dia telah mengukir hal yang menyenangkan dalam kehidupan Septio dengan memanggilnya Asep. Tapi bagi Septio, itu adalah kesialan yang tidak akan dia lupakan.
![](https://img.wattpad.com/cover/135787916-288-k300892.jpg)
YOU ARE READING
Keping-keping Kata oleh Fatan & Laras
Teen FictionKamu akan terus menjadi porosku. Semenyebalkan apapun aku, kumohon jangan menyerah atas diriku-Laras Hadiwijaya- Kamu datang dan hanya kamu yang kuizinkan masuk dalam wilayahku. Sekali datang dan masuk, tidak akan ada jalan apapun untuk pergi dan ke...