10. The Truth

4.7K 803 130
                                    

Selama ia hidup di dunia ini, ia tidak pernah tahu siapa nama ayahnya, ia hanya tahu bahwa ibunya adalah salah seorang gisaeng ternama di salah satu gibang yang ada di hanyang sebelum menjadi seorang gundik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selama ia hidup di dunia ini, ia tidak pernah tahu siapa nama ayahnya, ia hanya tahu bahwa ibunya adalah salah seorang gisaeng ternama di salah satu gibang yang ada di hanyang sebelum menjadi seorang gundik.

Sedari kecil, ia sudah terbiasa menghadapi kerasnya kehidupan, tidak jarang orang suruhan sang istri tua orang yang ibunya sebut sebagai ayahnya itu datang, mengobrak abrik rumah (yang sebenarnya tidak terlalu tepat karena sangking kecil dan buruknya) hingga luluh lantak.

Taehyung di didik dengan keras sedari kecil, ia tidak diperbolehkan berharap karna sesungguhnya rakyat rendahan sepertinya hanya akan berakhir dengan orang yang berkasta sama rendahnya.

Ia pernah memberontak, saat kecil ia pernah memukul anak lelaki bangsawan yang lebih dulu memukul temannya karena tidak terima ia memenangi permainan.

Tapi dunia seolah mencuranginya, anak lelaki itu (karena ayahnya adalah seorang hakim daerah) mengirim budak-budaknya menyuruhnya untuk memukuli Taehyung hingga babak belur. Taehyung kecil tidak menangis, ia hanya akan meringis ketika ibunya menekan luka-lukanya dengan kain basah berbau rempah.

Ibunya adalah sosok berharga yang ia miliki, wanita itu bertubuh ramping. Walaupun pakaian yang digunakannya lusuh ataupun kecantikannya tertutup debu tetapi bagi Taehyung ibunya adalah wanita tercantik yang ada di dunia ini.

Tetapi, hidup Taehyung seolah dijungkir balikkan saat ia bertemu sosok manis didepannya. Seorang dengan senyuman selembut kapas dan semanis gula - gula yang sewaktu kecil jarang sekali ia makan.

"Tuan, kenapa anda melamun?" Taehyung menggeleng melihat Jimin yang memandangnya dengan wajah kebingungan.

"Anniyo, aku tidak apa - apa." Suaranya terdengar kaku, tawa Jimin kembali berderai menertawakan aksen lidahnya yang terdengar seperti dipaksakan.

"Anda masih saja terdengar canggung saat berbicara Tuan, apakah tidak menggunakan honorifik bisa sesusah itu?" Jimin bertanya penasaran, Taehyung hanya menggeleng.

"Aku hanya merasa tidak terbiasa Jimin - ah, apalagi harus berbicara kepadamu dengan tingkatan yang berbeda dan bisakah kau tidak memanggilku Tuan?" Taehyung membalas, ia melepas gat nya membiarkan rambutnya yang biasanya awut - awutan tapi sekarang terikat rapih diatas kepala terlihat.

"Bagaimanapun menurut peringkat, anda sekarang berbeda kasta dengan saya Naeuri." Jimin tersenyum, ia membungkuk kembali mengisi embernya dengan air jernih.

"Kemana saja anda pergi satu minggu kemarin?" Jimin mendudukkan dirinya tak jauh dari Taehyung duduk, mata sipitnya memandang Taehyung penasaran.

"Aku pergi, menemui ayahku." Taehyung bisa memastikan ada raut tidak percaya di wajah Jimin sebelum si mungil kembali tersenyum.

"Sebenarnya saya bisa sedikit menduganya saat melihat penampilan anda." Jimin balas tersenyum, senyumannya masih sama indah dengan yang sebelumnya.

The Concubine : War of FlowersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang