"Jalan-jalan"

396 15 0
                                    

Hari ini Reno, Amel, Ranya dan Aldo sudah siap untuk jalan-jalan hari ini, karena hari ini adalah hari terakhir Reno berada di Indonesia. Dia akan pulang besok pagi ke Australia.

"Kita mau ke mana aja hari ini?" tanya Aldo yang sudah berada di depan mobilnya.

"Emm.. Gimana kalo kita ke kebun Strawberry aja?" ajak Ranya yang sangat menyukai buah itu.

"Boleh, gue pengen petik Strawberry nya langsung" pekik Amel girang.

"Oke-oke kita ke sana, yuk" ucap Reno lalu masuk ke mobil dan duduk di kursi belakang bersama Amel. Yang menyetir adalah Aldo, dan Ranya duduk di sampingnya. Mereka memang hanya menggunakan satu mobil saja biar bisa bersama-sama.

Di dalam mobil mereka tertawa bersama dengan lawakan Aldo dan Reno. Dan yang pastinya, Ranya akan sangat merindukan semua itu kembali.

Sesampainya di kebun Strawberry, mereka langsung berniat untuk memetik Strawberry nya langsung.

Ranya bahkan langsung memetiknya dengan banyak, membuat Aldo terkekeh melihatnya.

"Sayang udah setengah itu" ucap Aldo saat melihat keranjang Strawberry Ranya.

"Nanti Al belum penuh" Ranya terus memetiknya.

"Ranya mah begitu Do, jangan heran, dia hobby banget sama Strawberry padahal kebanyakan yang asem" ucap Reno yang mengilu.

"Hahah baru tau gue" ucap Aldo tertawa kecil.

"Aku jugaa suka Strawberry" ucap Amel yang sudah berada di dekat mereka.

"Iya-iya kamu juga" Reno menghela nafasnya pelan. Sedangkan Aldo terkikik geli.

Setelah dari kebun Strawberry, mereka akan menuju ke taman. Tempat dimana mereka pertama kali pergi ke sana bersama juga.

Ranya dan Aldo duduk di bangku taman dengan pemandangan danau di depannya. Begitu juga Amel dan Reno. Hanya saja mereka sedikit berjarak posisinya.

"Al, apa kamu bakal ninggalin aku nantinya?" tanya Ranya yang tiba-tiba membuat Aldo menatapnya.

"Kok kamu ngomong gitu?" tanya Aldo curiga.

Ranya tersenyum, senyuman yang jarang dia perlihatkan. "Gapapa, cuma nanya aja" jawab Ranya.

Aldo menghela nafasnya. Dan kembali menatap Ranya, "Aku janji gak akan pernah ninggalin kamu Ran" ujar Aldo menatap Ranya serius.

Lagi-lagi Ranya tersenyum, "Apapun yang terjadi, kamu bakal selalu ada kan di sini sama aku?" tanya Ranya lagi.

"Iya, apa pun itu aku bakal selalu bersama kamu" jawab Aldo tersenyum meski pun dia tidak tau maksud pertanyaan Ranya itu.

"Promise?" tanya Ranya sambil mengeluarkan jari kelingkingnya.

"I Promise" jawab Aldo menaitkan jari kelingkingnya di jari kelingking Ranya.

Aku harap, kamu gak mengingkari jawaban kamu itu Al. Batin Ranya lirih.

Berbeda dari Ranya dan Aldo.
Reno dan Amel, kedua pasangan ini dari tadi hanya diam dalam keheningan mereka, saling melirik satu sama lain, lalu kembali bersikap biasa.

"Mel"
"Kak"

Ucap mereka berbarengan. Hening kembali.

"Kamu duluan aja" suruh Amel.

"Kamu kenapa diem aja?" tanya Reno kini menatap kedua mata Amel secara intens.

"Gapapa, bingung mau ngomong apaaan" jawab Amel yang setengah bohong, padahal sebenarnya dia sedang memikirkan sesuatu.

"Ah masa?" tanya Reno sekali lagi.

"Baby, aku mau minta maaf sebelumnya" ucap Amel menatap Reno.

Reno mengernyitkan dahinya, "Maaf? Untuk apa?" tanya Reno bingung.

"Maaf besok aku gak bisa nganter kamu ke bandara, mama aku sakit, setelah pulang dari sini aku harus pulang kerumah" lirih Amel dengan mata yang berkaca-kaca.

Reno terdiam, sebenarnya dia sangat ingin Amel ada saat dia akan pergi nanti. Setidaknya untuk pertemuan terakhirnya sebelum dia berangkat. Reno yakin, dia pasti sangat merindukan kekasihnya ini.

Reno tersenyum tipis. "Gapapa kok, kamu gak perlu minta maaf, kamu jagain mama kamu aja, kita bisa video call kok" ucap Reno sedikit menghibur Amel.

"Gak mau, aku mau ketemu kamu besok untuk yang terakhir kalinya" lirih Amel yang air matanya sudah jatuh di pipinya.

Reno yang melihatnya langsung mengusap air mata Amel, "Sayang, Mama kamu lebih butuh kamu, jadi kamu jagain mama kamu aja ya? Biar Ranya dan Aldo yang nganter aku" ucap Reno lagi.

Amel hanya diam, dia sangat ingin menghantarkan Reno ke bandara besok pagi. Karena dia tau, lumayan lama waktu dan jarak akan memisahkan mereka nantinya.

Tak lama mereka memutuskan untuk pulang kerumah, sebelum Aldo mengantar Reno dan Ranya, Aldo mengantar Amel terlebih dahulu kerumahnya. Ranya dan Aldo sudah tau kalau mama Amel jatuh sakit.

Sesampainya di rumah Amel, Amel kembali meminta maaf kepada Ranya, Reno, dan Aldo.

"Maaf ya, aku besok gak bisa ikut nganter kak Reno" ucap Amel sedih.

"Gapapa Mel, kita ngerti kok" ucap Ranya tersenyum.

"Iya Mel, lo temenin mama lo aja" ucap Aldo menimpali.

Amel mengangguk. Kemudian dia melihat ke arah Reno yang hanya diam.

"Semoga cepat sembuh ya buat mama kamu, bilangin maaf aku gak bisa mampir untuk ngejenguk" ucap Reno yang akhirnya bersuara.

"Iya, sekali lagi maaf ya by" ucap Amel.

"Iya sayang, aku pulang dulu ya" pamit Reno yang dibalas anggukan oleh Amel.

Lalu, Aldo kembali menjalankan mobilnya menuju ke arah rumah Ranya.

Di perjalanan menuju kerumah, Ranya merasakan bagian pinggang dan perutnya sakit, dia melirik ke arah jam yang melingkar ditanggannya. Ranya baru sadar, ternyata dia belum meminum obatnya tadi siang.

Aldo yang menyadari Ranya memegangi perutnya pun bertanya, "Sayang kamu kenapa?" tanyanya khawatir.

Wajah Ranya berubah menjadi pucat karena menahan sakitnya, "Gapapa kok, mungkin mau datang bulan" jawab Ranya bohong.

"Beneran dek?" tanya Reno yang kini ikut melihat ke arah Ranya.

"Iya" jawab Ranya.

"Muka kamu pucet banget loh" ucap Aldo lagi dengan panik.

"Iya biasa gitu" jawab Ranya asal.

Sepertinya Aldo dan Reno percaya dengan ucapan Ranya. Ranya menghela nafas lega.

Sesampainya di rumah Ranya, Aldo tidak mampir lagi karena dia ada kuliah. Lalu setelah Aldo pergi, Ranya masuk ke rumahnya dan mengambil obatnya lalu meminum obatnya agar rasa sakitnya hilang.

"Loh Ranya, kamu kenapa? Kok pucet banget" tanya mamanya yang ternyata sudah pulang.

"Gapapa ma, kecapekan aja kali" jawab Ranya berbohong untuk sekian kalinya.

"Bener? Ya udah kamu istirahat aja sana, besok pagi kita akan menghantar kakak kamu ke bandara" ucap mama nya.

Ranya mengangguk dan pamit untuk ke kamarnya.
"Sampai kapan gue bergantung pada obat-obat ini" lirih Ranya dalam kamarnya.

Menurut Ranya, dia harus semangat meski dia tau penyakitnya itu parah. Dia tidak ingin melihat orang-orang yang dia sayangi khawatir melihat kondisi dia yang lemah. Ranya tidak suka jika di bilang dia lemah. Dia yakin, dia kuat menghadapinya sendiri. Karena dia yakin, ada Tuhan yang selalu memberinya kekuatan dan jalan yang terbaik.

******

Hallo, jangan lupa vote :)
Segini dulu yaa, di sini sinyal nya susah hehe :D

Sebuah CINTA yang terpendamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang