4

85 10 0
                                    

🍀🍀🍀

30 menit sudah Lumna menunggu Pak Bon di depan gerbang sekolah. Yang ditunggu tak juga muncul, dirasa Pak Bon lupa menjemput Lumna pukul 3 ini. Dan kenyataan yang harus diterima Lumna adalah langit sedang bersiap menumpahkan tangisnya ke bumi.

" Lo ngapain? Gak pulang?"

Darka datang dengan sepeda motornya.

" Lagi nunggu supir" Jawab Lumna singkat tanpa melihat Darka sedikitpun.

" Sampe kapan lo nunggu? Sampe turun hujan? Mending lo ikut gue, gue antar lo sampe rumah " Ucap Darka.

" Mungkin Pak Bon lagi di jalan."

" Tapi nyatanya supir lo itu gak pernah telat jemput lo kan? Bahkan dia selalu datang lebih awal sebelum jam pulang sekolah."

Dan hal bodoh yang baru disadari Lumna adalah Pak Bon gak akan menjemputnya jika tidak ditelpon.

" Yaudah, gue tungguin lo sampe dijemput--"

" Gak akan dijemput" Potong Lumna, " Hp ku ketinggalan"

" Terus gimana? Mau ikut gue?" Tanya Darka.

Lumna diam sejenak memandangi Darka.

" Lo mau sampe kapan ngeliatin gue mulu?" Ucapan Darka barusan berhasil membuat Lumna melepaskan tatapannya.

Darka bergerak memberikan helm kepada Lumna. Lumna mengambilnya perlahan.

🍀🍀🍀

Tik.. Tik.. Tik..

Hujan sudah mulai turun semakin deras setelah motor Darka berhasil keluar dari macetnya Ibukota barusan.

Darka menghentikan motornya di sebuah halte bus yang juga menjadi tempat berteduh beberapa orang.

Lumna langsung berlari ke arah halte setelah Darka menurunkan standar motornya. Lumna duduk dan segera menggosokkan kedua tangannya, kemudia menaruhnya di depan wajahnya. Perasaannya menjadi tenang, mungkin hangat dirasa.

Darka menghampirinya, " Lo gak pa-pa kan pulangnya agak lama? Gue rasa hujannya bakalan lama" Ucapnya.

Lumna hanya mengangguk pelan sambil terus meniup-niup tangannya.

" Nih." Ucap Darka sambil menyodorkan jaketnya.

Lumna menoleh dan melihat ke arah Darka sejenak, sedangkan Darka masih sibuk mengedarkan pandangannya ke langit.

" Bohong bakalan bikin lo susah sendiri." Tandas Darka.

Dia tau, Lumna akan menolak jaket yang ia berikan, tapi Darka juga tau Lumna sudah terlalu kedinginan.

Lumna hanya memandangi jaket Darka, dia belum bergerak untuk mengambilnya. Darka sadar kalau Lumna sama sekali belum bergerak untuk mengambil jaketnya, " Tunggu dipakein dulu apa?" Ucap Darka lagi.

Lumna langsung mengambil jaket itu, " Gak perlu." Jawab Lumna lalu mengenakan jaket Darka.

Hujan masih belum reda juga dan membuat Lumna semakin kedinginan.

" Kapan berhentinya nih hujan? Ribetin aja." Seru Darka setelah sejak tadi tak bersuara.

" Ngapain sih, ngeluh? Gak akan ada gunanya. Lagian hujan turun karena emang takdirnya." Sahut Lumna.

Darka menoleh, " Tapi gara-gara hujan kita jadi harus nunggu sampe reda dulu." Oceh Darka.

" Namanya juga sudah rencana Tuhan. Mungkin aja di luar sana banyak orang yang lagi kekurangan air. Tuhan sedang bermurah hati, tapi kamu malah mengeluh." Jawab Lumna sambil terkekeh kecil.

Everything [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang