Part 12

373 18 2
                                    

Dita sudah berada di parkiran kampus memarkirkan motornya kemudian menuju ke kelasnya. Langkah demi langkah ia lewati melewati koridor kelas. Tak terasa akhirnya ia sampai di kelasnya. Ia duduk di bangkunya. Seperti biasa suasana masih sepi, sunyi.

Ia melihat sekelilingnya. Hatinya mulai tenang sekarang. Tak ada sosok Giral yang begis lagi di kelas ini. Ia sempat berpikir kenapa ia dulu bisa menyukai Giral, tapi entahlah, namanya juga perasaan tak pernah ada yang tahu akan jatuh cinta pada siapa ia akan berlabuh.
Apa teman-temannya sudah tahu masalah Giral yang di penjara? Kalau mereka tahu, hal itu akan membuat viral dan mungkin nama kampusnya akan di cap jelek karena ada seorang pembunuh.

Tiba-tiba ada seseorang yang memasuki kelas dan ternyata orang itu Fira, teman Dita.

Ia langsung menghampiri Dita.
"Hay, Dit," sapanya.

Dita tersenyum. "Hay juga, Fir."

"Tadi aku lihat berita di tv. Giral masuk penjara, kan. Gara-gara dia mau celakain Rita."

Dita terbelalak kaget. Ia tidak tahu kalau berita tentang Giral bisa masuk tv. Ia tak tahu sama sekali soal itu. Pasti semua orang tahu dan mencap kampusnya jelek.

Dita hanya terdiam, mematung. Ia tak bisa berkata apa-apa. Karena ia juga ada di saat kejadian itu. Jujur, hal yang di alamainya bersama Rendi dan Rita masih membuatnya sedikit shock.

"Giral udah di keluarkan dari kampus ini, Dit," ucap Fira kemudian.

"Ya, mau gimana lagi. Dia kan terbukti salah," gumam Dita sambil menggeleng.

Fira hanya mengangguk. "Kampus kita jadi terkenal, dong?"

Dita menganggukkan kepalanya. "Iya, terkenal karena kasus ini. Aku nggak tahu, kenapa Giral ngelakuin ini," ucap Dita masih belum percaya.

Fira mendehem. "Yang aku denger sih, Giral bersikap kaya gitu soalnya dia dapat tekanan dari orang tuanya dulu, disiksa habis-habisan. Bisa aja dia kaya gitu gara-gara kebawa ingatan masa kecilnya yang kelam, kan?"

"Iya sih. Kamu tahu darimana?"

"Saudaranya. Dia kuliah di sini juga."

"Bisa bantu aku buat ketemu sama saudaranya Giral, Fir?" tanya Dita kemudian. Ia berharap dengan adanya info dari saudaranya, ia bisa menguak faktor dari semua ini.

"Ayo." Fira menggandeng tangan Dita menemui saudara Giral.

Akhirnya mereka telah sampai di kelas jurusan Akuntansi. Mereka berada di balik pintu. Sampai-sampai ada yang menghampiri mereka.

"Cari siapa, ya?" tanya salah seorang laki-laki berbaju kotak-kotak.

"Gitanya ada?" tanya Fira.

"Gita nggak masuk. Mungkin malu saudaranya kena kasus," ucap orang itu.

"Tahu alamat rumahnya nggak?" tanya Fira lagi.

"Blok M no. 156. Deket kok dari kampus," ujarnya.

Fira mengangguk mengerti. "Thanks, ya."

Laki-laki itu hanya mengangguk. Setelah itu ia kembali ke dalam kelas.

"Mau nggak mau, kita harus ke rumah Gita, Fir," ujar Dita. Tekat nya sudah bulat. Apa pun akan ia lakukan untuk menguak kasus ini. Setelah ia tahu info tersebut, ia akan memberitahukannya kepada Rendi.

"Semangat banget, sih. Oke, nanti pulang kuliah aja, ya? Buruan yuk ke kelas, udah jam masuk kuliah," ucap Fira sambil melihat jam tangannya yang menunjukkan jam delapan. Mereka memasuki kelas dan duduk di bangku mereka.

Dita duduk sendiri. Entah hari ini Rita tidak masuk kuliah. Apa ia masih trauma kejadian yang barusan ia alami kemarin?
Dita termenung. Tak ada teman ngobrol batinnya.

Dosen memasuki kelas dan perkuliahan dimulai. Di tengah pelajaran, Fira menegok ke belakang. Ia baru sadar kalau Rita tidak masuk kuliah.

"Sebelahmu kemana, Dit?"

"Nggak masuk. Mungkin masih trauma. Kamu tahu nggak, aku juga ada di TKP. Jujur aku juga masih trauma sama kejadian itu," ucap Dita lirik.

"Jadii....?!"

Dita mengangguk pelan. Lagi, lagi kejadian itu terbayang lagi dalam otaknya. Gambaran kejadian yang dialaminya sangat melekat di pikirannya.

"Gimana ceritanya?"

"Kepo, ya?" Dita menaikkan sebelah alisnya.

"Iya lah. Kepo itu penting. Mati kalau nggak kepo." Fira tertawa kecil.

Mereka saling mengobrol satu sama lain menceritakan kejadian yang semalam ia alami bersama Rendi dan Rita. Sampai mereka tidak mendengarkan saat dosen menjelaskan. Sekali-kali lah, biasanya juga fokus kalau dosen menjelaskan mata kuliah. Apalagi topik yang di bicarakan sangat mencengangkan.

Sesekali Fira melototkan matanya karena tindakan yang dilakukan Giral sangatlah kejam. Ia masih tak menyangka, sosok Giral yang terkesan diam melakukan semua itu. Ya, memang ada beberapa sikapnya yang terkesan angkuh.

Tanpa terasa satu setengah jam berlalu. Perkuliahan selesai. Dosen meninggalkan ruangan.

"Lihat, deh. Rita baru jadi saksi di kantor polisi," ucap salah satu temannya.

Dita yang mendengar perkataan langsung menghampiri temannya, untuk mencari tahu informasi terbaru kasus Giral diikuti Fira.

"Tahu informasi darimana?" tanya Dita sesudah sampai di bangku temannya.

"Rita update story di ig," ucap temannya bernama Jihan sambil memperlihatkan layar ponselnya.

"Kamu nanti juga bakal jadi saksi dong, Dit?" Fira menyambar pembicaraan.

Dita mengangkat bahu. "Entahlah. Nggak cuma aku aja saksinya. Tapi ada satu lagi."

"Saksi satu lagi? Siapa?! tanya keduanya kompak.

"Rendi. Teman aku. Pas kejadian juga ada di sana. Dia yang udah nolongin Rita," gumam Dita.

Keduanya mengangguk. "Oh."

"Terus...terus yang panggil polisi siapa tadi malam?" Jihan terus bertanya. Ia sangat kepo dengan kejadian yang dialami temannya. Di lain sisi ia juga kasihan, ia tak menyangka temannya menjadi korban kekerasan Giral. Apalagi cowok itu memang terkenal sadis. Teringat saat jam istirahat Jihan melihat Giral mendorong Dita sampai jatuh lalu memaki-makinya. Ia itu lelaki macam apa, beraninya sama cewek, pikirnya saat itu.

"Apa motifnya dia mau celakain kalian?" tanya Jihan lagi.

"Karena dia tahu, kalau aku tahu yang bunuh Tyo itu Giral."

Mata Jihan melotot. "What?"

Dita menghela napas panjang. "Iya. Di ponsel Giral ada kok videonya. Video itu isinya pas Tyo gantung diri. Ngeri lah pokoknya." Seketika Dita merinding sendiri saat mengingat apa yang di ceritakan Rendi saat itu.

Fira semakin tak mengerti dengan ucapan Dita. Ia rasa hal yang ganjil. Setelah diam sesaat Fira akhirnya angkat bicara. "Aku nggak ngerti. Maksudnya gimana, sih?"

Dita akhirnya menceritakan semuanya. Mulai saat Rendi mengendap-endap sampai melihat video yang ada di ponsel Giral.

"Psikopat!"

"Iya. Lebih ngeri lagi pas Rita di sekap. Giral mau bacok Rita tepat di jantungnya. Kan gila?"

Kedua temannya itu langsung menggelengkan kepala. "Kejiwaan tuh Giral!"

"Makanya itu nanti habis kuliah kita pergi ke rumah saudaranya Giral. Aku tadi di kasih tahu sama Fira. Giral punya saudara, saudara kandung atau sepupu, Fir?"

"Saudara sepupu," balas Fira cepat.

"Aku ikut deh." Jihan rasanya tertantang dengan kasus ini. Ia akan ikut dalam kasus ini.

Dita mengangguk sambil tersenyum.

Raga Sukma(Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang