Part 16

273 16 0
                                    

Tok
Tok
Tok

Dita mengetuk pintu setelah sampai rumahnya. Dua menit kemudian, Ibunya membuka pintu dengan perlahan.

"Bu, Dita pulang," ucap Dita sambil menjabat tangan Ibunya.

Ibunya hanya mengangguk, "Itu siapa, Dit?" tanya Ibunya yang kaget dengan kedatangan laki-laki yang datang bersama Dita.

Rendi maju satu langkah dan menjabat tangan Ibu Dita, "Saya Rendi. Cucu dari Kakek Aryo. Tante masih ingat?"

Mata Ibu Dita langsung berkaca-kaca. Ia tak menyangka akan bertemu dengan cucu Kakek Aryo.

"Oh, kamu cucu Kakek Aryo. Silahkan masuk. Kita ngobrol di dalam saja, Nak."
Ibu Dita mempersilahkan Dita dan Rendi masuk.

Rendi dan Dita duduk di sofa bersebelahan. Ibu Dita duduk di sebelah kiri Dita.

"Nak, jujur sampai sekarang Tante masih merasa bersalah atas kematian Kakek kamu," ucap Ibu Dita memulai pembicaraan. Rasa bersalah pun kembali bersarang pada dirinya.

Rendi hanya tersenyum sambil menggeleng, " Nggak apa Tante. Itu sudah takdir. Rendi bangga sama Kakek karena telah banyak menolong orang. Tante, Rendi bisa minta tolong untuk menerjemahkan buku kuno peninggalan Kakek?"

Dengan cepat, Ibu Dita langsung mengangguk. Rendi kemudian mengambil buku kunonya dan memberikannya kepada Ibu Dita.

Perlahan Ibu Dita membuka lembaran buku kuno itu dan membaca halaman demi halamannya.

"Buku ini cuma buku biasa. Nggak ada apa-apanya, isinya cuma cerita kuno beraksara Jawa. Ini benar buku peninggalan Kakek kamu?" tanya Ibu Dita kemudian.

Rendi mengangguk, "Setahu saya, Tante. Buku itu disimpan di gudang rumah saya oleh orangtua saya. Tante tahu orangtua saya dari kecil merahasiakan semuanya tentang Kakek."

Ibu Dita mengangguk paham," Mungkin orangtua kamu nggak mau kamu bernasib sama seperti Kakekmu,"gumamnya berusaha memberi pengertian pada Rendi.

"Tapi Tante, Rendi juga ingin tahu tentang kematian Kakek yang sebenarnya dan peninggalan dari Kakek." Rendi mengacak rambutnya frustrasi. Ia merasa usahanya untuk menguak semuanya sia-sia.

Ibu Dita menghela napas panjang,"Iya, Tante paham. Kenapa kamu tidak berusaha bicara baik-baik sama orangtua kamu? Ini bukunya," ucap Ibu Dita memberikannya pada Rendi lagi dan langsung dimasukkan Rendi ke dalam tasnya.

"Percuma. Mereka nggak bakal ngasih tahu," ucap Rendi dengan nada sedikit tinggi.

"Semua akan ada waktunya, Ren." Dita menyahut pembicaraan yang langsung diterima anggukan oleh Rendi.

"Tante, Dita. Saya pamit." Rendi berdiri lalu menjabat tangan Ibu Dita dan Dita.

Rendi melangkahkan kaki keluar dari rumah Dita.

Dengan kecepatan sedang, ia melajukan motornya kembali ke rumahnya.

***
Malam harinya, Dita tak bisa tidur. Ia merasa kasihan pada Rendi yang terus menerus ingin tahu tentang Kakeknya. Ya, pasti Rendi sangat kecewa saat tahu buku yang ia bawa bukan buku yang menguak misteri apa-apa.

"Pasti buku itu disimpan sama orangtuanya. Aku yakin,"gumam Dita pelan.

Di lain tempat, Rendi sedang mengerjakan tugas kuliahnya. Rasa kecewa masih menyelimuti hatinya. Bagaimana tidak? Buku yang ia duga adalah buku kuno yang akan menguak semuanya, ternyata bukan. Hanya buku cerita biasa beraksara Jawa.

"Pokoknya aku nggak boleh nyerah. Aku harus cari tahu," gumam Rendi semangat. Ia akhirnya melangkahkan kaki menuju ke kamar orangtuanya. Ya, orangtua Rendi sedang keluar kota untuk urusan bisnis. Walaupun begitu Rendi tetap mendapat kasih sayang dari orangtuanya. Sesampainya di dalam kamar orangtuanya, Rendi membuka almari. Tapi, nihil, ia tak menemukan apa-apa. Ia berkacak pinggang, ia melangkah kan satu kaki ke arah tempat tidur orangtuanya. Tanpa sengaja, Rendi menendang sesuatu di bawah kolong. Ia berjongkok dan merogoh apa yang ia tendang. Ternyata sebuah kotak kuno berwarna cokelat keemasan. Karena penasaran Rendi langsung membukanya dan isinya sebuah kalung yang sama seperti yang ia pakai.

"Kalungnya sama kayak yang aku pakai. Ini maksudnya apa lagi?" Rendi menggaruk tenguknya yang tidak gatal. Ia semakin bingung dengan semua ini. Ia mengerjap, dan ia melihat sebuah kertas lusuh. Perlahan ia membuka kertas itu lalu membacanya dan sialnya Rendi tak mengerti bahasa tersebut karena menggunakan Bahasa Jawa.

"Besok aku tanya Dita. Pasti Dita bisa. Ini bukan Aksara Jawa," ucap Rendi tambah bersemangat.

Akhirnya Rendi mengambil kotak itu dan membawanya ke dalam kamarnya.

"Cepat atau lambat, aku akan tahu maksud barang peninggalan Kakek."

Raga Sukma(Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang