Part 22

195 13 0
                                    

Rendi memakai kalung dari kakeknya untuk beraga sukma. Dia fokus dan raganya sudah keluar dari badannya. Sekarang yang harus dilakukan Rendi adalah memanggil arwah kakeknya. Tak perlu waktu lama, arwah kakek Aryo datang dan Rendi menceritakan kesulitan dalam menemukan botol itu.

"Kek, Rendi belum menemukan botol yang kakek maksud. Kemarin Rendi cari, tapi belum ketemu. Dan Rendi bingung bagaimana memasukkan makhluk itu ke dalam botol."

"Botol itu berada di dekat kandang ayam, untuk memasukkan makhluk itu dalam botol cukup kamu bacakan ayat kursi dan pukulkan dengan daun kelor." Setelah berucap kakek Aryo pergi. Rendi yang mengerti langsung kembali semula ke tubuhnya.

"Jadi... botol itu ada di sana," kata Rendi. "Gue besok harus ke rumah Dita lagi."

Rendi segera mengembalikan kalung pemberian kakeknya ke dalam kotak berwarna cokelat dan meletakkan di bawah kolong kasur.

****
Pagi-pagi sekali Rendi sudah berada di rumah Dita tanpa sepengetahuan Dita. Rendi takut jika makhluk itu tahu kedatangan Rendi, dia akan mencelakai Dita. Rendi segera mempersiapkan botol dan daun kelor yang sudah di bawa dari rumah. Rendi mengetuk pintu rumah Dita dan  Nuri--ibu Dita yang membuka.

"Nak Rendi, bagaimana sudah menemukan caranya?" tanya Nuri.

Rendi mengangguk. "Sudah, Bu."

Rendi masuk ke dalam rumah diikuti Nuri di belakangnya. Rendi mengernyit heran karena tak ada tanda-tanda keberadaan Dita.

"Dita di mana, Bu?" tanya Rendi.

"Sejak tadi malam Dita di kamar, nggak mau keluar kamar, Nak."

"Kalau gitu mari kita ke kamar Dita untuk memasukkan makhluk itu ke dalam botol ini, Bu,"kata Rendi terhenti. "Nanti saya minta tolong pukulkan daun kelor ini di badan Dita, Bu."

Nuri mengangguk, paham.

Rendi dan Nuri memasuki kamar Dita yang memang tak pernah dikunci oleh Dita. Terlihat keadaan Dita semakin parah. Rambutnya berantakan, wajahnya pucat dan tatapan gadis itu kosong.

Rendi segera ke kasur Dita dengan membawa botol itu dan membacakan ayat kursi, tetapi makhluk yang merasuki Dita malah menyerang Rendi. Ya, Rendi dicekik. Tak ada yang bisa Rendi perbuat selain tetap melantunkan ayat kursi. Semakin Rendi melantunkan ayat kursi makhluk itu malah semakin erat mencekik Rendi.

"Bu, tolong pukulkan daun kelor itu pada tubuh Dita," perintah Rendi pada Nuri.

Nuri segera maju beberapa langkah dan memukulkan daun kelor yang dibawanya. Alhasil, sama saja, malah makhluk itu menyerang Nuri sampai Nuri tersungkur di bawah lantai.

"Ibu, nggak apa?" tanya Rendi, masih berusaha melepaskan cekikan makhluk itu.

Nuri mengangguk. "Apa yang bisa ibu perbuat, Nak?" Nuri jadi bingung sendiri apa yang harus diperbuatnya. Dia juga tak tega melihat kondisi Rendi yang masih tercekik oleh makhluk yang merasuki anaknya.

"Lepasin gue!" Rendi terus berusaha melepaskan cekikan itu.

"Aku akan melepaskan gadis ini, tetapi ada syaratnya," kata makhluk itu.

"Apa?" tanya Rendi.

"Kamu harus mati, sama seperti kakekmu!" Makhluk itu lantas tertawa terbahak-bahan. Kini pilihan ada di tangan Rendi.

"Baik," ucap Rendi setelah berpikir panjang.

"Jangan, Nak, pasti ada cara lain!" Nuri bangkit dan menarik tubuh Rendi supaya terlepas dari cengkraman makhluk itu. Akhirnya, Rendi terlepas dari cengkraman makhluk itu setelah Nuri berusaha dengan keras.

"Manusia laknat! Aku akan bawa dia ke alamku." Entah apa yang terjadi, Dita pingsan dan tak sadarkan diri.

"Dita!" teriak Nuri menghampiri anaknya yang tak sadarkan diri. Nuri menggoyang-goyangkan tubuh Dita, tetapi tak ada respons sama sekali. Rendi yang mengetahui kondisi Dita langsung turut menghampiri gadis itu dan memegang tangan Dita yang masih berdenyut nadinya.

"Bu, Dita dibawa sama makhluk itu," kata Rendi. Dia merasa bersalah karena usahanya gagal dan belum berhasil.

"Apa Dita masih bisa diselamatkan?" Nuri meneteskan air mata, dia tak menyangka kejadiannya akan serumit ini. Nuri hanya khawatir dengan keadaan anak semata wayangnya.

"Pasti bisa, Bu." Rendi menepuk bahu Nuri, berusaha menenangkan Nuri. Rendi tahu  Nuri sangat terpukul dengan kejadian ini.

Rendi kemudian mengangkat tubuh Dita di kasur. Rendi ikut merasa terpukul dengan keadaan Dita yang tak sadarkan diri. Rendi harus berusaha menyelamatkan Dita, apapun risikonya.

"Bu, Rendi pamit dulu, besok Rendi ke sini lagi buat menyelamatkan Dita. Rendi janji." Rendi menyalami Nuri dan kemudian keluar dari rumah Dita dengan rasa bersalah yanh amat dalam.

"Pokonya gue harus bisa nolongin Dita!" Rendi berkata dengan percaya diri.
***

Raga Sukma(Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang