Pagi datang, sang bulan sudah bersembunyi. Kini matahari yang muncul menyinari bumi. Rendi sedang berjalan menuju rumah Dita. Ya, waktu menunjukkan jam 6 pagi, dia melebarkan langkah kaki supaya cepat sampai ke rumah gadis itu.
Sepuluh menit kemudian, Rendi sudah sampai ke rumah Dita. Rendi segera mengetuk pintu dan pintu terbuka. Ternyata yang membuka pintu Nuri--ibu Dita.
"Ada apa pagi-pagi ke sini, Nak? tanya Nuri.
"Bu, kita harus bicara." Rendi menarik lengan Nuri di dekat samping rumah.
"Ada apa, Nak?"
"Bu, Dita baru dirasuki sosok gaib." Hanya itu yang bisa diucapkan Rendi saat ini.
Nuri menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Dia bingung apa yang dimaksud Rendi.
"Maksudnya?" Nuri mengedikkan bahu.
"Jadi gini, Bu ... Dita sekarang sedang sedang dikuasi oleh makhluk halus. Makhluk halus itu dendam karena salah satu keluarganya dimusnakan oleh kakek Aryo," jelas Rendi.
Nuri hanya mengangguk. "Lalu apa yang bisa kita lakukan, Nak?"
"Kita harus menemukan botol yang dulu dikubur oleh keluarga ibu," kata Rendi. "Ibu masih ingat?"
Nuri berpikir sejenak, dan mengingat di mana dia dulu menguburkan botol yang dimaksud Rendi.
"Ibu ingat, Nak." Nuri segera menuntun Rendi menuju belakang rumah yang terdapat beberapa pepohonan pisang tumbuh di sana.
Nuri langsung mencari botol itu dekat pohon pisang dan menggalinya menggunakan sekop yang tergeletak di sana. Setelah Nuri menggali lebih dalam lagi, ternyata hasilnya nihil. Tidak ada botol yang dulu dikuburnya. Padahal Nuri ingat betul di mana dia menguburkan botol itu.
"Kok nggak ada, ya, Nak?" Nuri merasa bingung sendiri. Rendi mengais-ngais tumpukan dedaunan dari pohon pisang, tetapi Rendi juga tidak menemukan botol itu.
"Apa botolnya udah ada yang buang, Bu?" Rendi berargument.
"Nggak mungkin, warga sini nggak ada kok yang suka asal masuk ke kebun ini," sangkal Nuri.
Rendi jadi bingung sendiri. Kalau botol itu tidak ketemu tandanya dia tak bisa menyelamatkan Dita dari pengaruh makhluk gaib yang ada di dalam tubuh Dita.
"Terus ini gimana, Bu?"
"Ibu juga nggak tahu, Nak,"kata Nuri. "Apa nggak ada cara lain?"
Rendi mengedikkan bahu. "Saya kurang tahu. Tadi malam kakek mendatangi saya, dia memberikan interuksi untuk membakar botol itu setelah memasukkan makhluk itu ke dalam botol. Dan sekarang saya bingung sendiri bagaimana cara memasukkan makhluk itu dalam botol, karena tidak mungkin akan semudah itu melakukannya."
Hanya ada satu cara yang bisa Rendi lakukan. Ya, dengan raga sukma. Katanya dengan raga sukma kita bisa bertemu orang yang sudah meninggal.
"Nanti saya pikirkan, Bu," kata Rendi mencoba menenangkan. "Gelagat Dita ada yang aneh tidak?"
Nuri hanya mengangguk. "Akhir-akhir ini dia semakin pendiam dan jarang mau makan."
"Itu pengaruh dari makhluk yang ada dalam diri Dita. Saya takut dia akan mencelakai Dita, maka dari itu kita harus bertindak cepat."
"Saya semua pasrahkan semua ke kamu, Nak." Nuri menepuk bahu Rendi. "Tapi apa ini tidak terlalu beresiko buat kamu?" Nuri merasa khawatir, dia takut kejadian kakek Aryo akan terulang kembali pada Rendi.
Rendi mengulas senyum. "Saya ikhlas kalau memang sudah takdirnya, Bu."
"Jangan bilang seperti itu, Nak."
"Nggak, Bu,"kata Rendi. "Insya Allah semua akan baik-baik saja."
"Ibu percaya kamu pasti bisa, Nak."
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Raga Sukma(Tamat)
HorrorCover by @garnettaliya Mempunyai kelebihan melebihi manusia rata-rata membuat Rendi sedikit terganggu dengan apa yang ia miliki. Apalagi ditambah misteri buku kuno peninggalan Kakeknya yang banyak mengundang tanya. Apakah akhirnya Rendi bisa menguak...