#1 Memulai

84 15 6
                                    

Seorang anak laki laki tampan tengah bermain di atas hamparan rumput hijau yang sangat luas dengan seorang anak perempuan yang cantik rupawan, mereka berkejar-kejaran satu sama lain dan kadang pula mereka istirahat untuk mengambil minuman yang telah disajikan oleh ayah dan ibundanya, yang sedang beristirahat di bawah pohon rindang dan sesekali melihat kedua anaknya yang saling berkejar kejaran.

"Kakak istirahat dulu, aku capek," kata gadis kecil sambil terengah-engah.

"Happ..akhirnya kena juga, hahaha," tawa anak laki laki itu.

"Aran..Liza.. ," suara laki laki dan perempuan yang memberikan kode berupa lambaian tangan kepada anak yang bernama Aran dan Liza tersebut, untuk mendatangi mereka.
Tanpa pikir panjang Aran dan Liza langsung berlari ke tempat dimana kedua orang tuanya berada.

Terlihat lebih banyak makanan dan minuman yang orang tuanya siapkan.
"Wahh..makanannya pasti enak," Liza sambil memandangi semua makanan yang berada tepat di depannya.

Ibunya Clarissa pun terkekeh melihat putrinya.
"seperti baru melihat makanan banyak saja,memangnya Liza belum pernah makan seperti ini?"tanyanya sambil mengelus pucuk rambut hitam pekat Liza.

"Hehe, udah pernah sih ibu, tapi berhubung perut Liza kelaparan jadi gitu deh ngeliatnya,"

Semuanya tertawa mendengar ucapan Liza.

Hampir seluruh percakapan mereka penuh canda tawa dan kegembiraan,
Sampai salah satu pengawal kerajaan menghampiri mereka, sang pengawal pun membungkukkan badannya dengan hormat kepada mereka berempat, bersamaan dengan itu Carlos lalu berdiri dan mulai berjalan diikuti pengawal pribadinya, Cherl.

"Maaf yang mulia, yang mulia ada berita penting yang harus saya sampaikan,"

"Berita penting? berita apa?"

Dalam percakapan pengawal dan raja itu hanya bisikan bisikan yang tidak bisa didengar oleh Liza, Aran, maupun Clarissa.
"Bu, ayah bicara apa sama paman Cherl?"

"Mungkin kerja penting yang harus ayah lakukan," jawab Clarissa dengan senyuman agar Liza dan Aran tidak dapat melihat kekhawatirannya yang ia rasakan saat ini, sebenarnya Clarissa juga tidak tahu menahu tentang apa yang dibicarakan mereka.

Sampai akhirnya Carlos menghampiri mereka bertiga.

"Ayo kita masuk ke istana," ucap Carlos dengan nada tenang bercampur tegas yang membuat mereka tidak bisa menjawab sepatah kata pun untuk menanyakan ini itu, mereka hanya mengikuti intruksi raja.

Setelah sudah berada di istana tepatnya di kamar raja dan ratu, Carlos pun berbicara kepada Clarissa, Liza dan Aran hanya bisa menunggu karena menurut mereka itu adalah sesuatu yang sangat serius sehingga anak anak tidak diperbolehkan ikut mendengar, setelah percakapan samar itu selesai Carlos menitipkan sesuatu kepada Clarissa, dan mengahampiri mereka berdua.

"Aran,tolong jaga ibu dan adikmu," ucap Carlos sambil mengusap pucuk kepala mereka berdua seakan akan ayahnya akan pergi begitu saja dan meninggalkan mereka bertiga.
Setelah itu sang raja langsung melesat pergi keluar dari kamar dan menutup pintu, yang meyisakan mereka bertiga di dalam kamar.

Clarissa mematung setelah apa yang dibicarakan raja dengan raut wajah yang terlihat khawatir, lantas Aran berlari ke arah ibunya yang disusul oleh Liza, Aran lalu memegang pundak ibunya, begitupun dengan Liza,

"Bu, tadi ayah bilang apa sama ibu?" tanya Aran dengan hati hati, Clarissa tidak menjawab pertanyaan Aran, lalu Clarissa membalikkan badannya menghadap Aran dan Liza, dan memakaikan kalung berwarna putih dan biru,seperti bentuk bulan dan tetesan air yang menyatu kepada Liza dan Aran, yang membuat kalung itu hanya bersinar sesaat, saat Clarissa mengalungkan kalung itu di leher mereka.

"Aran, tolong jaga adikmu Liza!" ucap Clarissa dengan nada tegas dan diikuti air mata yang sudah mengalir di pipinya, dan mengecup dahi Liza dan Aran, Clarissa langsung berlari menutup pintu kamar.

Terdengar teriakan dan tangisan dari luar kamar.
Didalam kamar hanya ada Liza dan Aran dengan keheningan yang disambut air mata Aran.

"Ayah..ibu.." ucap Aran terbata bata.
Dengan wajah polosnya Liza pun bertanya.

"Ayah dan ibu kenapa kk?"
Aran lalu menatap mata Liza dan memegangi wajah Liza dengan kedua tangannya.

"Liza..ayah dan ibu----"
Perkataan Aran terpotong karena pintu kamar terbuka, seketika Aran memeluk Liza dan mecari tempat bersembunyi yang aman dan mengatakan kepada Liza,

"Jaga kalung itu, dan ingat, aku akan selalu ada di sampingmu dimanapun dan kapanpun,"

Seketika itu persembunyian mereka diketahui seseorang berpakaian serba hitam melepas paksakan pelukan mereka dan menarik tangan Liza dengan kasar.

"Aww..sakit, kak Aran jangan tinggalin Liza," dengan air mata bercucuran karena kakaknya dibawa keluar dari kamar secara paksa, dan kalung yang Liza pakai dirampas oleh pria berbaju hitam tersebut, Liza tidak dapat menyerangnya karena dia masih kecil dan tenaganya tidak sebanding pria itu.

Dan di kamar ini hanya Liza dan pria tersebut, kemudian pria itu berbicara samar kepada Liza,

"hai, Xiolin," ucap pria itu dengan senyum khas kemenangannya.

------

Mata Liza terbuka lebar dan terlonjak kaget dari mimpi menyeramkan yang dialaminya itu.

"Mim..pi..yang..sama..lagi? tapi kenapa harus ada yang bernama Liza seperti namaku? padahal aku bukan keluarga bangsawan, lalu kenapa ada Aran, raja, ratu dan si Cherl itu? aneh sungguh aneh, kenapa tidak mimpi yang lain sih? emang cuma mimpi ini aja?"

Seketika itu pintu kamar Liza terbuka dan memperlihatkan ibunya yang berlari ke arah Liza dengan raut wajah khawatir.

"Liza, kamu kenapa? kok kamu keringetan? kamu demam?" seraya menempelkan punggung tangannya ke dahi Liza.

'Keringetan?'

"Liza gak apa apa bu, cuma kepanasan aja," Liza ingin menghukum dirinya sendiri, karena telah berbohong kepada ibunya.

'Oh, shit'.

"Beneran? kok kepanasan sampe matanya bengkak?"

Pertanyaan ibunya membuat Liza terdiam seribu bahasa, percuma dia memberi tahu kan mimpinya kepada ibunya, pasti ibunya tidak percaya.

"Oh ya, besok kamu harus siap siap, tadi Disa kesini bilang,kalau kamu mau daftar ke universitas dia mau berangkat bareng sama kamu Liza,"

'Oh iya, Disa kemarin menyuruhku untuk kerumahnya,' batin liza.

"Hmm, Kalau begitu Liza mau siap siap dulu bu," Liza tersenyum yang dibalas kembali dengan senyuman ibunya, ibunya keluar dari kamar Liza untuk melanjutkan kegiatannya.

Setelah sudah merasa siap ke rumah Disa, Liza membereskan tempat tidurnya, saat ia mengambil bantal, Liza merasakan ada sesuatu dibawah bantal, padahal seingatnya tadi ia tidak menaruh apapun dibawah bantalnya, setelah Liza mengambil nya betapa terkejutnya Liza mendapati sebuah kalung yang sama persis di mimpinya.

"Biru bulan dan putih air, ini sama seperti di mimpi, tapi setahuku ini dirampas pria itu di mimpi tadi, kenapa ada disini?"

Dan ada secarik kertas, lalu Liza membacanya,

"TOLONG PAKAI KALUNG INI"

Tanpa pikir panjang Liza lalu memakai kalung itu, entah mengapa kalung itu bersinar,

"Ini kalung apa sih? kalau ibu tau ini ada cahaya, bisa bisa aku dikira penyihir," Liza lalu melepas kalungnya, lalu Liza mengambil tas polkadot hitam putih di kursi belajarnya dan memasukkan kalung itu, setelah itu pergi ke rumah Disa, kadang Liza pergi kerumah Disa hanya untuk membahas pr atau hanya sekedar bermain, mereka (Liza dan Disa) memang teman dari kecil sampai saat ini, wajah mereka hampir sama sehingga hampir seluruh sekolah menyebut mereka KEMBAR.

Suchreousty ( HIATUS )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang