#3 Keberangkatan

51 8 6
                                    

Bruk!!

Buku jurnal Liza terjatuh dari rak buku nya.

"Jatuh? lagi? hufft, tadi koper sekarang jurnal.. Yang buat rak sama lemari ini siapa sih? tinggi banget yakk," Liza mengoceh tentang ketinggian lemari dan rak buku yang sangat tinggi melebihi batas normal.

Tiba-tiba seseorang menepuk bahu Liza, refleks Liza pun teriak sambil menutup matanya dengan penuh ketakutan.

"AAAAAAAAA....."

"Liza, ada apa kamu teriak malam-malam begini?"

'Suara Ibu?' batin Liza.

Dengan ragu-ragu, Liza perlahan melepas kedua telapak tangan yang menutup wajahnya itu.
Setelah terbuka sempurna, Liza menghela napas lega, bahwa yang berada di depan nya adalah ibu nya yang benar-benar asli, ibu Liza benar bahwa senyuman bisa membuat orang lain tersenyum, termasuk Liza.
Liza seakan tersihir oleh senyuman manis dari ibunya yang menyuruhnya untuk ikut tersenyum.

"Hmm, bu maafin Liza udah menuduh ibu," ucap Liza dengan raut wajah menyesal.

"Sudahlah tak apa, oh ya Liza, ibu ingin memberikan ini kepadamu," jawab ibu Liza dengan memberi buku yang dipegangnya kepada Liza.

Dengan semangat, Liza merentangkan tangan kepada ibunya untuk mengambil buku yang akan diberikan kepadanya. Liza mulai membaca buku tersebut. Liza mulai kebingungan, bagaimana ia bisa membaca isi buku ini, kalau setiap lembaran kertas di dalam buku tersebut tidak ada sama sekali tulisan, ia kembali membaca judul buku tersebut.

"7 knight? Ini buku apa bu? Kenapa setiap lembaran kertas tidak ada tulisan, kata per kata pun tak ada?" tanya liza kepada ibunya.

"Hmm, i..itu bisa ditulis seperti jurnal, jadi ibu memberikan nya kepada kamu deh, kamu kan suka menulis," jawab ibunya dengan gugup.

"Hehehe, iya.makasih ibu," ucap Liza dengan senyuman yang menawan yang dibalas senyuman manis dari ibunya.

"Kalau udah selesai beres-beres nya, liza tidur ya! kan besok mau berangkat," ucap ibunya dengan lembut, dan dibalas anggukan dari liza.

"Selamat malam, bu,"

"Selamat malam,"

Ctek...

Seketika kamar Liza menjadi gelap tanpa penerangan, hanya ada sinar rembulan yang memasuki kamarnya melalui jendela, sinar itu sangat menawan untuk dilihat.

Dan....

Cahaya itu bersinar kembali dengan sangat amat terang.

------------------------------------

ESOKNYA......

Liza terburu-buru untuk mengemasi semua perlengkapannya mulai dari koper, buku, dan yang lainnya yang harus ia bawa. Saat semua barangnya sudah siap di ambang pintu, terdengar klakson bis dari depan pagar rumahnya.

Tiin... tiin..

"Liza!!!," terdengar suara wanita yang begitu ia kenali, dengan cepat Liza menoleh dan berlari ke arah bis sebelum waktunya terlambat, terlambat 1 menit saja mungkin cita-cita nya akan pupus dalam waktu yang singkat.

Saat sudah menaiki dan memasuki bis, terlihat anak-anak seusianya sangat bergembira untuk merayakan keberhasilan mereka di Inggris, dan tentunya dengan cara mereka masing-masing.

Liza pun terfokus ke 1 tempat duduk yang belum terisi oleh seseorang, lantas ia duduk di sana tepat disamping Disa.
Liza menghela napas panjang sambil menyandarkan punggungnya ke punggung kursi yang empuk tersebut.

Bis melaju meninggalkan kota dengan cepat, menuju bandara.
Keheningan menyelimuti mereka berdua,sampai akhirnya Disa membuka mulut.

"Liz.."

"Hmm..."

"Bolehkah aku meminjam kalungmu?" Izin Disa hati-hati dengan kata per kata yang keluar dari mulutnya agar Liza tidak salah paham terhadapnya.

"Hmm, boleh," Liza melepaskan kalung dari lehernya.

Tiba-tiba mata Liza terbelalak kaget dengan apa yang baru saja ia pegang yang niat nya ingin ia berikan kepada Disa pun terhenti. Liza melamun sambil memikirkan kalung itu, Disa yang bingung melihat sahabat nya melamun tidak jelas secara tiba-tiba, akhirnya menepuk pundak Liza.

"Liz..kamu kenapa?"

Ketika sudah sadar dari lamunannya tadi, Liza pun langsung memakai kembali kalung tersebut, dan seperti dugaannya kalung itu bersinar walau sesaat, mata Liza langsung menyusuri orang-orang yang berada di dalam bis.
Liza pun menghela napas lega dan dilihatnya Disa sedang menatap keluar jendela dengan muka masam, Liza pun terkekeh melihat sahabatnya yang begitu pintar akrobat dan pintar di segala bidang berperang-perang ternyata bisa merajuk dengan memasang muka yang begitu lucu.

Tapi ia bingung, menurutnya kalung ini ia simpan di tas sewaktu pulang dari rumah Disa, dan mengapa bisa kalung ini terpasang di leher nya?, namun pikiran itu ia tepis dan kembali pada kenyataan hidup yang sebenarnya ia jalani saat ini.

Bis pun sampai di tempat tujuan yaitu bandara, dengan sigap seluruh penumpang bis turun dengan semangat termasuk Liza, ia kembali terkekeh dengan melihat wajah masam Disa yang begitu menggemaskan. Liza sudah tidak bisa menahan kesabarannya, langsung mencubit pipi Disa dengan sangat gemas, alhasil pipi Disa berwarna merah muda. Disa tidak tahan lagi dengan sikap sahabatnya, langsung mengejar Liza ke dalam bandara, dengan kekuatan yang seadanya Liza lari terbirit-birit agar tidak tertangkap 'sang raja hutan'.

Mereka pun saling kejar-mengejar satu sama lain yang diselingi gelak tawa oleh keduanya...

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Maaf slow update,semoga ceritanya bisa kalian nikmati ya..

Salam elf...

Suchreousty ( HIATUS )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang