7

41 5 0
                                    

" hoamm " kata Rain sambil menutup mulutnya.

Terik matahari kini mulai menyapa kaca jendela Rain. Perlahan-lahan Rain membuka kaca jendelanya. Gadis itu memejamkan mata sejenak merasakan sejuknya udara di pagi hari, mendengarkan kicauan burung-burung merdu dan merasakan tetesan embun pagi.

Setelah mendapatkan seluruh nyawanya, gadis itu bangkit dari tempat tidur dan memasuki kamar mandi.

Perlahan pintu kamar mandi mulai terbuka menampakkan tubuh Rain yang sudah mengenakan kaos polos berwarna merah dengan celana training nya. Tak lupa ia menyisir rambutnya yang sedikit berantakan lalu mengikatnya menjadi satu.

Ia melangkahkan kakinya mendekati pintu kamar. Sebelum mengunci pintu kamar tak lupa ia mengambil handuk yang disampirkan di lehernya dan sebotol air minum untuk menemaninya lari pagi.

Saat ia menuruni anak tangganya ia melihat papanya yang sedang fokus dengan sarapannya dan secangkir kopi.

Papa Rain menoleh dan melihat Rain yang sedang berjalan menuruni anak tangga mengenakan pakaian olahraga. Ia tersenyum dan mengisyaratkan Rain untuk mendekat.

" wah anak papa pagi-pagi udah cantik banget, mau kemana? " tanya Doni dengan senyumnya.

" mau cari udara seger pa, hehe " jawab Rain dengan membalas senyuman Doni

" kalo gitu makan dulu, biar nanti larinya kuat " sahut  Doni memperingatkan

" siapp boss " kata Rain dengan gaya hormat kepada papanya.

Rain segera mengambil nasi goreng yang telah disediakan bibinya dan meneguk segelas susu putih.

" oh iya pa, abang mana? " tanya Rain sambil celingak celinguk mencari abangnya.

" abang tadi pamit katanya ada les tambahan " jelas Doni

Setelah sepiring nasi gorengnya habis, Rain segera berdiri dari kursinya dan berpamitan dengan papanya.

" kalo gitu Rain berangkat dulu ya pa "
Sambil menyalami tangan Doni

" Assalamualaikum " kata Rain sambil beranjak keluar rumah.

~

Sambil bersenandung riang gadis itu terus berlari-lari kecil. Rambut yang diikat ekor kuda mengikuti gerak-gerik Rain sedang berlari.

Baru beberapa menit berlari, gadis itu mulai mengeluarkan keringat bercucuran dari wajahnya. Ia merutuki dirinya sendiri karena sangat jarang berolahraga jadi merasakan fisiknya yang mulai lelah.

Saat menoleh ke kanan dan ke kiri, Rain melihat taman yang sudah sangat ramai oleh pengunjung. Rain berusaha mencari bangku kosong, namun nihil semua bangku sudah ada yang menempati.

Dengan seluruh tenaga yang ia punya, Rain melanjutkan langkah kakinya untuk mencari tempat istirahat. Namun, baru beberapa langkah kakinya benar-benar sudah sakit dan mulai memerah. Tanpa ia sadari seorang anak kecil dengan temannya sedang bermain kejar-kejaran dan tanpa sengaja menabrak Rain.

Rain yang sudah tidak punya tenaga terjatuh dan kakinya mengenai aspal, sehingga menimbulkan darah keluar dari kakinya.

Anak kecil itu menyadari telah menabrak seseorang, karena merasa ketakutan anak itu berlari dan meninggalkan Rain yang sedang berusaha berdiri.

Dasar anak kecil. Batin Rain

Rain mencoba bangkit dan melangkahkan kakinya dan melihat sebuah pohon beringin yang sudah dangat besar dan tua. Rain mendaratkan pantatnya di bawah pohon itu dan merasakan hembusan angin yang terasa sejuk menerpa wajahnya. Kini tangan Rain berusaha memijit pelan kakinya yang terasa sakit itu.

BitterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang