6

26 6 0
                                    

" mbak, pesen milkshake nya satu sama ice blend nya satu ya " pelayan kafe tersebut segera mencatat pesanan Rain dan pergi meninggalkan meja mereka berdua.

Kini mereka berdua memilih duduk di bangku pojok dekat jendela agar dapat melihat pemandangan kota Jakarta saat malam hari. Lampu jalan yang bersinar warna-warni dan sesekali terdengar alunan musik di kafe itu.

Karena, teman-teman abang Rain yang belajar kelompok di rumahnya dan membuat mereka tidak nyaman jadi mereka memutuskan untuk pergi ke kafe terdekat agar lebih leluasa untuk bercerita.

" nah jadi gimana ceritanya nih? "
Tanya Rere pada Rain sambil menyeruput ice blend nya.

Rain menghembuskan nafas kasar. Ia memejamkan matanya sambil merangkai berbagai macam kalimat yang tepat untuk diceritakan kepada sahabatnya Rere.

" lo inget gak waktu gue dibekap sama dua orang yang gak gue kenal? " Tanya Rain

Rere hanya berdeham mengerti dan membiarkan Rain melanjutkan ceritanya.

" nah ternyata itu anak buah Gilang " sambung Rain

" habis itu ternyata gue ditolongin sama Rama, pulangnya dianterin, eehhh tadi pagi gue telat terus ketemu dia lagi dan gue ditolongin lagii, akhhhhh gilaaa " Rain membayangkan kejadian tadi pagi tanpa sadar ia senyum senyum sendiri.

" what?? Serius lo?? "

" iyaa, ya gitu deh gue juga gatau kenapa " kata Rain

" kemajuan besar " kata Rere sambil mengetuk-ngetukkan tangannya di meja sambil berfikir

" kemajuan apa? " dahi Rain pun menyerngit bingung.

" ya setau gue Rama itu orangnya tuh gak pernah deket sama cewe, boro-boro deket ngomong aja ogah-ogahan " jelas Rere panjang lebar

Rain menganggukan kepalanya tanda dia mengerti

" bisa jadi Rama mungkin suka sama lo " kata Rere semangat.

" eh-hh mana mungkin kita kan baru kenal "

" tapi lo ngarep kan? " kata Rere dengan menaikkan turunkan alisnya

" apaan sihh " pipi Rain mulai memanas, Rain memalingkan mukanya menahan malu.

" ciee blushing " goda Rere sambil tersenyum jahil

" udaaah ah pulang aja udah malem. " Rain mengalihkan topik sambil menggembungkan pipinya sebal.

" iyaiya yuk, lagian gue udah dijemput duluan ya, bye " Rere berlari kearah luar sambil melambaikan tangan kepada Rain.

Rain membalas lambaian tangan Rain dan segera bangkit dari kursinya.

~

Bulan yang terlihat di antara bintang-bintang, dingin yang mulai menusuk kulit, dan gelapnya gulita yang semakin gelap, kini gadis itu terus berjalan dengan menatap aspal.

Setelah meninggalkan kafe, Rain berniat untuk mampir ke minimarket, mengingat persediaan di rumahnya yang sudah habis dan juga untuk membeli beberapa cemilan yang biasanya untuk menemaninya menonton drakor.

BitterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang