8

22 5 2
                                    

Senin sore. Hari dimana anak-anak memilih kegaiatan ekatrakurikuler pilihannya. Begitu juga dengan Rain yang baru saja keluar dari ruangan seni musik. Rain merogoh sakunya hendak mencari ponselnya, namun kegiatannya tertunda saat ada suara yang memanggilnya.

" rain "

Rain menoleh ke arah sumber suara dan melihat Bu Hera sedang berjalan ke arahnya.

" kamu yakin dengan pilihanmu ingin mengikuti ekstra musik ini? " tanya Bu Hera saat telah sampai di hadapan Rain

" yakin bu, emangnya ada apa ya? " tanya Rain sambil menautkan kedua alisnya tanda ia tak mengerti

Bu Hera mendadak menjadi salah tingkah. Bukan karena ada cowok cakep yang lewat, melainkan ia menjadi tidak enak hati telah mengatakan itu terhadap anak didiknya

" ya.. Bukan gitu Rain tapi setau saya kamu itu hebat di bidang teater loh "
Kata Bu Hera mencoba meyakinkan

" musik itu hobi saya bu " jawab Rain sambil tersenyum. Ia sekarang paham yah walaupun suara Rain tidak terlalu bagus seperti kriteria penyanyi namun suaranya tidak juga cempreng seperti gesekan roda kereta api dengan relnya atau bisa dibilang suara Rain pas-pas an. Namun, disisi lain Rain bisa memainkan alat musik piano dan biola, itulah salah satu alasan Rain memilih ekstra seni musik.

" yaudah kalo begitu saya permisi, kamu pulangnya hati-hati ya nak" Kata Bu Hera sambil meninggalkan rain yang masih berdiri di depan ruang musik, yang dijawab anggukan oleh Rain.

~

Disinilah Rain sekarang berada. Duduk manis di halte bis dengan tangan yang sedari tadi mengenggam ponselnya. Matanya fokus tertuju pada ponselnya sesekali melirik ke arah jalanan untuk mencari seseorang. Rain benar-benar kesal. Bagaimana tidak? Hampir setengah jam ia menunggu tetapi orang yang ditunggu tidak kunjung datang dan tidak mengabarinya sama sekali. Ditelepon? Udah, tapi gak diangkat. Di chat? Udah di spam malah, boro-boro dijawab di read  aja kagak.

Akhirnya dengan penuh kekesalan Rain beranjak dari tempatnya dan memutuskan untuk pulang sendirian.
Namun, baru selangkah ia mengurungkan niatnya mengingat terakhir kali ia ingin pulang sendirian berakhir tragis dengan dirinya yang diculik oleh anak sekolah sebelah yang ia tidak ketahui namanya. Menyedihkan. Bodoamatlah yang penting sekarang selamat.

Segera Rain mendaratkan pantatnya di kursi. Kali ini mood gadis itu benar-benar hancur. Mungkin hari ini memang membutuhkan kesabaran super untuk menghadapi abangnya, ralat bukan hari ini saja tapi hampir tiap hari.

Saat Rain hendak menelepon abangnya lagi tiba-tiba ia melihat mobil yang sangat ia kenal melaju ke arah dirinya.

" abang "

Rain tersenyum saat mobil itu sudah berada di hadapannya. Perlahan sang pengemudi membuka kaca jendelannya menampilkan sosok lelaki berpenampilan seragam sma namun berbeda almanater dengan seragam Rain. Lelaki yang msmpunyai wajah yang tampan, hidung mancung, namun sorot mata menandakan bahwa ia sedang kelelahan.

" lama? Maaf ya habisnya tadi tugas  abang banyak banget terus ponsel abang baterai nya lowbet. "
Jelas Rino panjang lebar, ia berharap adik kecilnya ini tidak marah.

Rain tersenyum dan mengangguk sebagai jawaban. Seketika itu juga membuat abangnya tersenyun.

" eitss.. Jangan seneng dulu tapi ada syaratnya " kata Rain. Lelaki yang berada di hadapannya hanya menaikkan satu alisnya seolah-olah ia berkata 'apa'

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 18, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BitterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang