WARNING!
!
TYPO BERTEBARAN.
HARAP KRITIK DAN SARANNYA.
😘😘😘
.
.Aditya sengaja bangun cepat untuk menjemput Sari di rumah cewek itu. Pedekate nya kemarin gagal gara-gara Arwan, anak kelas satu yang entah mengapa selalu jadi sorotan perhatian Sari. Dengan mengendarai Sedan hitamnya ia melesat cepat ke sebuah komplek perumahan elit. Tepat di sebuah rumah yang jadi tujuannya itu, baru saja keluar Kijang Silver yang tidak dikenalinya. Kijang itu melaju dengan cepat, melesat ke arah yang berlawanan dengannya. Saat mobil itu melintas sempat dilihatnya seseorang yang mengemudikannya dan sesorang yang duduk di sampingnya. Mengenali pengendara itu, Aditya mengerem mendadak. Ia menggeleng tak percaya. Nggak mungkin! Desisnya. Ia segera membanting setir lalu mengejar mobil itu.
Arwan yang mengemudikan mobil sesekali melirik kaca spion. Ia mengerutkan kening saat mendapati sebuah mobil Sedan hitam mengikutinya sejak keluar dari rumah Sari. Awalnya dia mengira kalau Sedan itu hanya kebetulan punya tujuan yang sama. Saat ia memberi jalan agar mobil di belakangnya jalan duluan, tapi Sedan hitam itu sama sekali tidak berniat mendahului ia jadi heran dan penasaran. Ia menarik kesimpulan kalau mobil itu mengikutinya.
"Kak?"
Sari yang sejak tadi sedang sibuk chatingan mengangkat wajahnya lalu menoleh pada Arwan. "Apa?"
"Lo kenal sama mobil di belakang?"
Sari mengerutkan kening lalu melihat kaca spion di sampingnya. Sedan hitam itu terus mengikuti mereka. "Kayaknya gue kenal deh mobil itu," gumamnya pelan tapi masih bisa di dengar oleh Arwan.
"Lo kenal?" tanyanya sekali lagi.
"Itu kayaknya mobilnya Aditya."
Arwan mengeraskan rahangnya. Sudah dia duga. Siapa lagi cowok yang berani mengikuti mereka selain cowok berandalan itu.
Arwan mengangguk lalu tiba-tiba di injaknya rem mendadak. Sari yang untungnya memakai seatbelt akhirnya tidak jadi kejedot dashboart. "Apaan sih, Wan!"
Sama seperti Sari yang terkejut, Aditya juga sama terkejutnya. Untungnya mobilnya tidak dalam kecepatan tinggi, ia bisa menghentikan mobilnya sebelum Sedannya mencium bodi belakang Kijang Arwan. Belum cukup keterkejutan Aditya, Kijang itu kembali melaju dengan kecepatan tinggi. Keluar dari jalan komplek menuju jalan raya.
"Astaga, Wan! Lo mau bikin kita mati apa?" Arwan sama sekali tidak menggubris omelan Sari. Dia tetap diam walau Sari tetap berkicau. Sampai di sekolah Sari langsung keluar dan membanting pintu mobil. Hingga menimbulkan bunyi yang berdengung. Sari tidak peduli kalau misalnya mobil itu rusak atau apalah itu.
Setelah memarkir mobilnya, Arwan mengejar Sari. Sari yang tahu kalau Arwan mengejarnya, mempercepat langkahnya menuju kelasnya. Berpapasan dengan Takdir, ketua kelasnya, ia memberi pesan yang membuat cowok itu tidak bisa membantah.
"Jaga pintu. Jangan biarin anak kelas satu masuk. Ini pesan Aditya."
Setelah mengatakan itu. Sari segera ke mejanya yang terletak di pojok kelas. Tempat paling aman untuk tidur atau membaca novel sendiri. Memasukkan tas sekolahnya lalu mengeluarkan Hp nya dan menghubungi Aditya.
"Dit? Lo gak papa, kan?"
***
Nita sedang mengerjakan atau lebih tepatnya menyalin PR Fisika Mila, teman sebangkunya
Saat mendapati Aril masuk dengan wajah lesuhnya. Nita mengerutkan kening melihat tampang Aril yang kusut. Andai saja ia dan Aril dekat sudah pasti ia akan menanyakan sebab kekusutan wajah satu kelasnya itu.