11. Ini kencan?

69 9 4
                                    

Btw, ini adalah part terpanjang dalam sejarahku menulis AK2

Happy reading...

Setelah bel pelajaran terakhir berbunyi dan ibu Soleha sudah meninggalkan kelas, buru-buru Hera keluar dari kelas tanpa menghiraukan teguran dan ledekan dari teman-teman sekelasnya. Tadi selesai membaca puisi, dia dan Yayat menjadi bahan ledekan di kelas. Malu? Sudah pasti. Sekarang dia berjalan–lebih tepatnya jalan cepat–menuruni tangga dengan wajah memerah.

Seruan dan ledekan teman-temannya masih terdengar bahkan saat dia sudah mencapai lantai kelas XI.

"Hera!"

Duh! Kenapa sih, mereka gak berhenti ngeledikin aku? Gerutunya dalam hati.

Masih setengah jalan cepatnya, Hera sudah sampai di lantai dasar, kelas XII. Tanpa melirik ataupun mengangkat wajah, ia menyusuri halaman sekolah menuju ke tempat parkir di mana motornya berada.

"Hera!"

Apaan sih? Kenapa mereka gak ditelan bumi aja?

"Hera!"

"Apaan, sih? Udah deh, ngeledeknya! Jangan kekanak-kanakan!" bentak Hera tanpa menoleh pada seseorang yang sejak tadi memanggilnya.

"Oh .... Jadi lo udah berani nih, ngebentak senior?"

Pertanyaan itu membuat Hera menoleh dengan cepat dan seketika membeku. Sekarang di hadapannya berdiri Aditya. Seragamnya sudah tidak lagi diselipkan di celana. Dasinya sudah lenyap entah ke mana. Kedua tangannya dimasukkan ke saku celana abu-abunya.

Meneguk ludah, Hera bertanya, "ada apa, kak?"

"Ck! Dari tadi gue panggil-panggil kenapa lo gak respon?"

"Eh, itu ... anu ... aku ..."

"Anu, anu. Anu apaan? Ngomong yang jelas dong." Hera menciut mendengar suara bariton milik Aditya.

"Kenapa lo gak respon panggilan gue tadi?" tanyanya sekali lagi.

Hera meringis, menggaruk pelipisnya yang sebenarnya tidak gatal. Dia tidak tahu mau jawab apa. Masa iya, dia bilang tadi dia kesal karna diledekin teman-temannya gara-gara baca puisi dan si Yayat –yang notebene-nya adalah salah satu antek-antek Aditya– jadi kecantol dengan puisinya –menurut teman-temannya. Karna tak kunjung mendapat jawaban, Aditya to the point aja.

"Lo tadi jemput Sari kan? Nah, siapa cowok yang tadi pagi ada di rumah Sari?"

"Hah? Cowok?" Hera bingung.

"Iya, cowok. Lo kenal?"

"Duh, gini kak. Kakak ngomongin siapa, sih? Cowok di rumah Kak Sari? Aku gak tau, kak. Hmm ... " Hera mencoba mengingat-ngingat. "Mungkin kak Imran, kak. Cuman dia cowok yang ada di rumah Kak Sari. Kalau dia sih, kakaknya kak Sari, Kak."

Aditya menggeleng, "Bukan! Kalau kak Imran sih, gue kenal."

"Trus?"

"Jadi lo gak tau siapa tuh cowok?" Hera menggeleng.

Kak Aditya ngomongin siapa, sih?

"Oke. Kalau lo gak tau, gak apa-apa." setelah mengatakan itu Aditya langsung pergi meninggalkan Hera dengan kening berlipat.

Cowok? Siapa, ya?

***


Sore ini Hera menemani Sari ke Super Market untuk membeli cemilan.


"Kak Sari!"

Sari menoleh, "Apa?"


Hera mendorong troli sambil sesekali memasukkan beberapa cemilan yang disukainya. "Tadi kak Aditya nyamperin aku," jawabnya.

Aku, Kamu adalah KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang