8. SEPUPU

50 9 2
                                    

.
.
.

WARNING!

TYPO BERTEBARAN.

HARAP KRITIK DAN SARANNYA.

😘😘😘

Setelah mengantar Amel dan Hera masing-masing ke rumahnya, Nita mampir dulu di rumah sepupunya, Helda. Sebelum ke sana ia mampir dulu di toko kue untuk diberikannya kepada kakak sepupunya itu.

Keluar dari toko kue, ia melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul 15:32.
Nita melajukan mobilnya kembali menuju rumah Helda. Saat BMW hitamnya muncul, buru-buru satpam yang berjaga di sana membukakan gerbang untuknya.

"Kak Helda, ada?"

Pak satpam yang bernama Udin itu mengangguk.

Nita memarkirkan mobilnya di sebelah motor ninja sport merah. Dia mengernyitkan kening. Menebak-nebak siapa pemilik motor sport itu.

Kebetulan pintu rumah itu terbuka dengan lebar. Nita langsuk masuk ke dalam setelah mengucapkan beberapa kali salam yang sama seki tidak mendapat respon.

"Kak Helda?!" teriaknya menggema di penjuru ruang tamu. Orang yang dipanggil sama sekali tidak muncul. Malah yang keluar adalah seorang cowok yang masih mengenakan seragam batik SMA. Cowok itu menghampiri Nita dengan kedua tangan berada di dalam saku celananya.

"Tumben lo datang? Minta sumbangan, ya?"

"Ck! Apaan sih lo! Gak ada urusan gue sama lo." ketus Nita. Dia mendadak jengkel dengan cowok yang ternyata adalah Afdal, adik sepupunya. Afdal setahun lebih muda dibanding Nita. Dia seumuran dengan Hera dan Henry, saudara kembar Hera.

Afdal terkekeh lalu melompat ke arah sofa dan lansung duduk di sana. "Bawa apaan lo? Kue? Bagi dong!" tiba-tiba raut wajah Afdal mendadak jadi imut kayak bayi. Nita tau sifat Afdal. Afdal itu walau tingkat kesombongan dan kegengsiannya tinggi, ia akan menjadi cowok penurut jika melihat kue.

"Ogah gue ngasih lo!"

"Ya, Nit, pelit lo! Adik sendiri dipelit-pelitin?"

"Sorry, Dal. Gue sebenarnya mau ngasih lo kue ini. Sayangnya, di dalam kue ini ada bom nya!"

"Bohong! Bilang aja lo gak mau bagi. Dasar pelit!" sungut Afdal. Nita tertawa lalu mengacak rambut Afdal yang kontan saja membuat cowok itu mengerang jengkel..

"Hehe. Ntar gue bagi. Kalau gue udah ketemu sama kak Helda. Ini kue kan, buat dia."

Afdal mendengus. "Yee baiknya cuman di kakak gue doang? Gue nya ditindas!"

"Nggak usah lebay. Gue mau ke atas dulu, bye!"

Nita menaiki tangga menuju kamar Helda berada. Diketuknya pintu yang terbuat dari kayu itu. Beberapa saat kemudian wajah bantal menyambutnya.

"Astaghfirullah!" Nita mengucapkan kata istighfar berulang kali sambil mengelus dadanya. Di depannya, Helda berdiri dengan baju loreng-loreng yang mirip pakaian tentara itu yang dipenuhi tanah yang menempel di bajunya. Wajahnya juga sangat kusut. Disekitar matanya terdapat lingkaran hitam yang sudah pasti menandakan bahwa dia kurang tidur. Juga rambutnya yang biasa disisir rapi mendadak menjadi sarang burung.

Nita geleng-geleng kepala saat masuk ke dalam kamar Helda. Helda, setelah mempersilahkan Nita masuk segera mengunci pintu.

"Kenapa dikunci, kak?"

"Aku butuh tidur! Seminggu ini aku gak bisa tidur nyenyaaak."

Seusai menjawab pertanyaan Nita, Helda langsung merebahkan dirinya di lantai. "Lho, kak. Kok tidur di bawah sih?"

Aku, Kamu adalah KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang