9. Sehari dengan Kak Imran

59 9 4
                                    

WARNING!

TYPO BERTEBARAN.

HARAP KRITIK DAN SARANNYA.

😘😘😘

Happy reading guys.

Vote and comentnya ditunggu yak!

.

.
.
.
.
.
.

"Hay!"

Sapaan itu membuat Amel menoleh. Dia mendapati Imran, kakak Sari sudah berdiri di sampingnya. Amel baru saja keluar dari mobilnya dan tidak sengaja bertemu kakak sahabatnya itu.

"Kak Imran? Kakak ngapain di sini?" tanya Amel heran.

Imran tertawa. "Kamu ini. Ya jelaslah saya ke sini untuk jengukin adek saya yang ngeselin itu."

Amel manggut-manggut dan bergumam 'oh' dengan panjang. Imran mengajak Amel ke dalam Rumah Sakit menuju kamar Sari dirawat. Sepanjang perjalanan suasana didominasi oleh pertanyaan dari Imran yang sepertinya penasaran dengan kehidupan Amel, sahabat adiknya ini. Amel, yang walaupun sebenarnya kesal dengan berbagai pertanyaan dari Imran tetap menjawabnya dan sesekali memberi senyum.

Mereka sampai di kamar Sari. Imran membukakan pintu untuk Amel. Mereka berdua masuk ke dalam. Ternyata di dalam ada tamu. Arwan yang masih memakai seragam SMA terlihat sedang menyuapi bubur untuk Sari.

"Ekhm!"

Deheman Imran membuat kedua orang yang tampaknya sangat mesra itu menoleh dan salah tingkah. Arwan meletakkan mangkuk bubur di atas nakas sedangkan Sari menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal.

"Sore, Sar!" sapa Amel dan menghampiri sahabatnya itu. Arwan bangkit mempersilahkan Amel duduk di tempatnya. Lalu duduk di sebuah sofa di pojok ruangan.

"Cieee yang disuapin berondong!" ledek Amel dengan pelan takut kalau Arwan mendengarnya. Sari mendelik tajam padanya. "Apaan, sih?"

"Nggak usah malu-malu kali, Sar. Kita juga udah tau kali, kalo lo suka sama tuh berondong!"

Perkataan Imran yang suaranya murip toa itu membuat Arwan mengangkat wajahnya dari layar ponselnya. "Ada apa, kak?" tanyanya pada Imran. Sari menggeleng. Imran malah menghampiri Arwan, dia duduk di sebelah cowok itu.

"Lo suka sama adek gue?" tanyanya to the point yang kontan saja membuat Sari melempar kakaknya dengan bantal.

"Apaan sih, Kak?  Nggak usah dijawab, Wan. Kakak gue emang rada ngawur."

"Ngawur apaan, Sar. Gue kan, cuman nanya. Masa nanya aja lo bilang ngawur, sih?"

"Ah! Pokoknya gak usah dijawab, Wan."

"Ap...."

"Iya." potong Arwan. Ketiga orang yang ada dalam ruangan itu seketika diam.

"Apa, Wan?" tanya Amel mewakili pertanyaan Sari.

Arwan menghela nafas lalu berujar dengan mantap. "Ya. Saya suka dengan kak Sari."

Aku, Kamu adalah KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang