2. Amelisa Bahtiar

132 28 14
                                    

WARNING!

TYPO BERTEBARAN.

HARAP KRITIK DAN SARANNYA.

😘😘😘

Hay .... Happy reading yak.

Amel memasukkan peralatan sekolahnya ke dalam tas saat bel tanda istirahat berbunyi nyaring. Setelah selesai ia segera keluar kelas saat ruangan itu sudah sepi. Ia berniat menuju kelas Sari yang berada di lantai bawah.

Sekolahnya memang memiliki tiga lantai. Lantai teratas dihuni oleh anak kelas X. Di lantai dua, kelas XI---yang sekarang ditempatinya dan lantai bawah dihuni oleh kelas XII. Di setiap lantai tersedia tujuh ruangan. Tiga ruang kelas IPA dan Empat ruang kelas IPS. Gedung itu memiliki tangga penghubung di dua sisi. Kanan dan kiri. Serta kantin di masing-masing lantai.

Ruang guru, staf, kepala sekolah, UKS dan juga BK, berada di sebelah timur yang biasa disebut dengan gedung B. Juga terdapat sebuah gedung yang memang tidak bertingkat tapi lumayan luas. Di sana adalah aula. Di SMA Semesta juga terdapat lapangan khusus upacara, voli, basket juga sepak bola. SMA Semesta memang termasuk sekolah elite di Jakarta.

Walau di setiap lantai terdapat kantin, Amel dan ketiga sahabatnya lebih suka makan di kantin bawah---kantin kelas XII. Meskipun sebagai adik kelas, Amel, Hera dan Nita tidak pernah diganggu oleh senior-seniornya atau boleh dibilang mereka tidak pernah mendapat perlakuan unjuk senioritas. Itu karena mereka berteman baik dengan Sari Purnama, kakak kelas sekaligus sahabatnya.

Sari memang terbilang friendly, dia sangat suka bergaul. Juga pemegang sabuk merah Tae Kwondo. Ditambah Sari adalah salah satu gadis yang ditaksir Aditya---cowok populer dan paling ditakuti oleh seantero SMA Semesta.

Amel mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Hera. Bunyi NSP seberapa pantas dari G.A.C menemaninya.

"Halo, Kak, ada apa?"

"Jadi kan, di kantin bawah?" tanya Amel sembari menuju kelas Anita yang berada paling ujung. Di kelas XI IPS 4.

"Jelas dong, Kak. Wait, yak!"

"Oke. Gue tunggu di bawah."

Sampai di tempat tujuannya, Amel tidak langsung masuk seperti biasa, itu karena Anita sudah memberi tahunya lewat WA tadi, kalau jam kedua yang mengajar di kelasnya adalah Bu Jamharia, guru matematika yang terkenal killer. Tidak hanya killer, dia juga guru yang selalu tepat waktu datang mengajar dan paling lambat keluar dari kelas. Alhasil para siswanya merasa mau mati saja.

Setelah menunggu empat menit, Bu Jamharia akhirnya keluar juga. Tidak hanya penghuni kelas XI IPS 4 yang mengembuskan napas lega, Amel juga melakukan hal yang sama.

"Lama banget sih tuh, Bu Jamjam. Kalau semua guru kek gitu, yang ada gue bakal berhenti sekolah!" Anita mengomel dengan nada kesal. Amel hanya tersenyum menanggapinya.

Mereka beranjak ke lantai bawah dengan Amel yang bernapas lega karena akan segera makan dan Anita dengan wajah memerah menahan rasa kesal terhadap guru matematika itu.

Sesampainya di kantin kelas XII, Nita dan Amel sudah disambut oleh Sari yang duduk di pojok kantin, tempat favorit mereka.

"Lama banget, sih?"

"Sorry, Jim, tadi ada sedikit masalah dengan Nita," jawab Amel. Nita mendengkus.

"Btw, lo berdua mau pesan apa?"

"Gue pesan siomay aja deh. Gue mau diet," jawab Amel.

"Lo udah kurus kali, kenapa mau diet lagi?" celetuk Nita.

Aku, Kamu adalah KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang