on schedule 2

92 1 0
                                    

Author POV

Renata masih tidur saat mama dan adiknya membangunkannya untuk sholat subuh.Tubuhnya berasa lemah karena acara semalam selesai jam 2 dini hari, diteruskan perjalanan pulang ke rumah orang tuanya di daerah Bekasi.Pun ketika papa membangunkannya dengan mata setengah terpejam masuk ke kamar mandi.

Renata POV
"Ada apaan sih Nit,berasa penting banget"
"Awww,sakit tau"
"Makanya kak lihat sekitarmu,nikmati alam jangan berkutat sama target,kertas dan apaan yang enggak penting itu.Nihh adek satu satunya juga urusin.Insya allah aku mo nikah"
"What" aku tersedak mengeluarkan beberapa butir nasi yang sempat dikulum.Kutatap Ranita adikku satu satunya.
"Kau masih muda 27 tahun,yakin mo nikah"
"26" papa menyela
"Insya allah yakin,makanya aku kirim cv ke ustad buat cari jodoh he he he"
"Apaan kirim CV macam ngelamar kerja aja,ntar yang mau juga keluarga ntu ustad"
"Huss" mama mengibaskan tangannya.
"Ini namanya taaruf nak,kita yang menyeleksi sendiri seperti apa calon suami yang tepat untuk Ranita."
"Iya tapi gimana,mo datengin dan interview rumah santri ustad Sholeh satu satu"
"Niih" papa meletakkan setumpuk proposal di depanku.
"Papa minta bantuanmu sesuai layar belakang pekerjaan dan kuliahmu untuk menyeleksi setiap proposal yang diajukan buat adekmu"
"Taaruf apaan sih kok aneh"
"Udah deh kak ikutin aja kenapa sih,jarang2 khan aq minta tolong bantuan"
"Iye iye,trus aq harus ngapain"
"Buka proposalnya,baca latar belakangnya sekalian nonton vidionya"
"Lha ngirim vidio singkat segala"
"Udah deh papa siap nyatet ini"
Jujur buatku ini proses yang aneh.Bukannya seperti milih kucing dalam karung? Bagaimana bisa langgeng sebuah pernikahan jika ketika menikah tidak mengenal calon suaminya?Emang hanya dari CV dan proposal "siap untuk menikahi" cukup untuk mengenal calon suaminya? Ah aku beneran bingung sendiri,pertanyaan demi pernyataan terus muncul di kepalaku.Ataukah aku sudah cemburu ,iri atau apalah kepada adikku sendiri.Dulu di umur yang sama aku seakan tak punya keberanian untuk menyatakan siap menikah.Apa karena aku memutuskan untuk mengikuti jejak Dara?Bisa jadi juga.Keluargaku termasuk harmonis,lurus-lurus aja,lumayan update informasi juga.Bahkan mereka tidak marah ketika ku utarakan orientasiku,hanya tersenyum memelukku.Berasa aneh dan bersalah juga sih sebenarnya,tapi aku merasa berat banget buat "normal"seperti mereka.
" Renata kamu enggak papa nak?" mata teduh mama menatapku,khawatir."kamu melamun terus nak dari tadi ,tuh kertas2 proposalnya jatuh semua"
"Maaf ma"
Mama tiba-tiba memelukku,mengusap rambutku.Kurasakan damai dalam dekapnya."mama juga enggak berhenti berdoa untukmu nak,semoga dilancarkan jodoh,pekerjaan dan hidayah.Doa yang sama dan diucapkan oleh setiap mama yang melahirkan anaknya.Mama dan papa bertanggung jawab penuh atas dirimu nak hingga pada saatnya nanti."
"Mama jadi enggak suka aku butchy?kenapa enggak marahin atau pukulin aku saja ma" seketika aku melepaskan pelukan mama kemudian menatapnya.
Mama hanya tersenyum "Mama sayang kamu nak.Dulu sebelum kamu ada mama gak lelah berdoa minta anak secantik dan sepintar kamu Rena. Wajar saja mama merasa bertanggung jawab atas dikabulkannya doa mama dengan berusaha menjagamu tetap pada fitrah,perempuan.Menolak orientasimu toh tidak perlu selalu marah2 atau pukul memukul to"
Aku terdiam. Memang mama dan papa tidak marah ketika aku berusaha jujur mengenai hubunganku dan Dara. Tapi aku sering mendengar ratapan keputusasaan mereka dalam setiap sholat.
"Tenang kakakkku yang chantikk,adekmu yang shaleh ini juga enggak berhenti berdoa kok agar cepat dipertemukan jodoh dan kembali ke fitrah." tiba-tiba adikku ikut memelukku.
"Kamu juga enggak mendukungku"

"Kita semua enggak mendukung orientasi kakak,tapi bukan berarti harus selalu marah2,mukul mukul ataupun meracau tidak jelas khan.Kami masih percaya Allah Yang Maha Segala.Kami semua mencintai dan menyayangimu kak. Bagaimanapun adanya dirimu."

Ucapan Ranita membuatku baper.

"Udah deh dramanya.Dari tadi juga.Nih Nit papa insya allah minat sama yang namanya Fathir kebetulan daerah Bekasi juga.Yaa besok mo cari alamatnya pulang kerja. Mama mau ikut?"

"insya allah pa"

"okeh kalo gitu,besok kembalikan ya sisa proposalnya ke Ustad."

Aku beranjak pergi,mandi .Tiba-tiba papa menahan ku.

"nduk duduk sini"

"kamu jangan baper ya,insya allah kalau masih dikarunia sehat papa akan berlaku sama kepada calon suamimu"

"ihh papa apaan sih orang lakinya juga enggak ada"

"ni anak kalo di bilangin yaa,inget kunfayakan sapa tau kamu mo berangkat kerja eh ketemu laki yang bisa jadi suamimu bisa jadi khan?Apapun itu bentuknya papa tetap akan mastiin calon suamimu harus bersih,harus...."

"hummm,udah deh ah papa nih.Besok2 aja dilanjutin,Renata mau siap2 nih ke Bandung.Hampir seminggu tour 4 kota di jawa bali.Renata harus mastiin staf2 kantor cabang & investor lokal ngerti dan tertarik " Aku melepaskan tangan papa,meninggalkannya sendirian di atas kursi keluarga.Sore ini harus berangkat ke Bandung sebagai kota kedua dari rangkaian tour.Aku dan tim harus berangkat lebih awal untuk memastikan semuanya berjalan sesuai rencana.Setelah mandi nanti akan aku siapkan semuanya.Mungkin 2 minggu ke depan aku juga enggak muncul lagi dirumah ini.Minggu depan?akh hampir lupa rengekan Citra nonton konser Bruno Mars Jumat malam minggu depan dan promo masih berlanjut di car free day minggu paginya.
"Cling"
"Beib"
Emoticon nangis ku kirim tapi belum ada balasan WA dari Citra.Baper lagi dah.

May be i love youWhere stories live. Discover now