Open mind (3)

5 0 0
                                    

Yoga

"gila nih, Racunn mahh. Huhh haahh!!, " aku tersenyum mendengar komentar Ipeh. Mulut kecilnya masih terus mengulum sepotong tulang paha Ayam betutu.

"mantap jiwaa!!!!, udah sikat aja, jarang-jarang elo nemu perempuan kaya gini." Dito tanpa sadar kembali ke frasa "elo-gue", mungkin karena efek pedas. Aku enggan menanggapi. Sebaliknya sibuk menyeka peluh yang berjejer di dahi, sambil komat kamit merasakan sensasi pedas.

"maap-maap deh bos, saran saya nih mendingan bos baikan aja ama ceweknya ini. Ssssshhh!!," kata Mang Diman sambil menyeruput sekotak susu dingin. Aku memang mengundangnya untuk makan bersama kami karena yakin meskipun dikeroyok 4 orang Ayam "special" Renata ini tidak cepat habis.

"kalau boss masih tahan aja seperti ini ya silahkan. Tapi kalau saya nih, punya bini yang marahnya sampe bikin ayam jadi sepedas ini ampun boss!!. Enggak kuat!!!.Huh huh huh, dalam menikah itu bini emang selalu benar. Kalau enggak bener takutnya ya seperti ini boss, sekali-sekali sih gak papa tapi kalau tiap hari dihukum makan seperti ini belum lagi jatah tidur potong. Mati dahh!!!," Dito, Fathir dan Ipeh tertawa keras, aku merasa tatapan mata pegawai lain tertuju pada meja kami.

"Sssttt," tanpa sadar jari telunjuk kananku yang masih penuh dengan rempah plecing kangkung dan sisa kuah ayam betutu menyentuh bibirku. Sebenarnya sih reflek pingin nyuruh diam anak-anak tapi kondisi tangan yang masih 'berbumbu' sekarang membuat bibirku seperti terbakar.Huuhh hahh!!.

"masih ada susu dinginnya bang!! gila ni cewek!!, lalapan kangkung aja masih pedes ", sekotak susu segera pindah masuk tenggorokanku.

"mana ada lalapan kangkung?!!," aku meletakkan sejumput kangkung di piring Ipeh.

"ha ha ha ha ini mah plecing kangkung shayyy!!,"

"terserah buat aku sama aja, srroott!!," kataku sambil menyeka hidung. Buatku secara fisik bedanya hanya pada butiran isi cabai, sedangkan secara aroma segar terasi dan jeruk purut mendominasi berbeda dengan lalapan kangkung yang tanpa aroma apapun. Tadinya aku berpikir dengan memakannya mengurangi "sedikit" pedasnya, ternyata sebaliknya.

  Setelah hampir 30 menit berlalu kami ahirnya harus menyerah,satu paket ayam "istimewa" betutu buatan Renata masih menyisakan beberapa potongan kepala dan "ceker". Aku tersenyum senang melihat "teman seperjuangan" terengah-engah menahan pedas, kalian memang luar biasyah!!.  

"elo enggak ngajakin anak baru gabung? lumayan khan bantuin kita ngabisin ini," Aku menggeleng lemah sambil menghabiskan sekotak susu. Gilaa!! wajah merah menahan pedas ternyata masih kalah dengan mulut pedas Ipeh yang masih aja betah tanya ini itu.

"sshhh!! enggak, mereka lagi ada... Ups!!",Dito sepertinya menendang kakiku dan mendelik ke arahku. Arkhh!! baru sadar hampir keceplosan, gimanapun juga aku harus menjaga rahasia perusahaan. 

"iya yah, khan lumayan tuh bagi-bagi makanan," sebuah pertanyaan yang meluncur dari mulut Ipeh dan Mang Diman membawaku kembali ke realita. Sebagai seorang atasan aku harus melindungi dan menutupi "aib" perusahaan.

"mereka masih ada keperluan mendadak tadi, makanya aku ngajakin kalian. Oh ya malam ini aku temenin lembur bikin laporan ya Dito," aku coba mengalihkan perhatian mereka.

"Busyet dah, bos besar tiap hari kerjanya lembur terus sekalian nginep di kantor aja biar gak usah pulang." Aku mencoba tertawa. Garing.

"maunya sih gitu, tapi khan saya punya keluarga. Maaf mungkin 1 atau 2 jam saya hanya bisa menemani," aku melihat wajah Dito memelas.

"elu mah enggak bakal bingung, khan belum punya anak bini. Mo tiap hari lembur oke aja. Eh gimana kalo gue cariin elo pasangan yaa kaya ngecomblangin githu, biar enggak bulukan di kantor. Oke khan!!,"

May be i love youWhere stories live. Discover now