7. Rasa Bersalah

2.1K 136 4
                                    

Selamat membaca

Hari dimana acara maulid nabi pun tiba. Meera yang sedang gelisah karena ia akan membacakan surah Ar-Rahman nanti didepan semua santri. Bahkan, ustadz juga ustadzah di Pondok Pesantren Ar-Rahman. Apalagi ia termasuk ke santriwati baru otomatis masih asing baginya dalam berinteraksi. Meera terus saja melafalkan lafadz Allah dalam setiap nafasnya karena bila ia sedang gelisah itulah yang akan dilakukannya.

Ya Allah, lancarkanlah semua kegiatan diacara ini juga berikan berkah kepada kami dengan perantara acara maulid nabi ini, batin Meera.

Asyila yang melihat Meera sedang gelisah dan mencoba menghampirinya untuk menenangkan sahabatnya itu.

"Udah Meer kamu jangan kaya kepikiran gitu, lagian bacaan kamu bagus kok apalagi itu diberikan oleh Allah sebagai anugerah untukkmu." Asyila menyemangati Meera.

"Iya makasih ya Syil tapi tetep aja hati aku tak tau kenapa, apalagi aku santriwati baru jadi rasanya gimana gitu kalo harus memperlihatkan bagaimana bacaan Al-Qur'an ku nanti di depan mereka," ungkap Meera atas perasaannya yang sedang ia rasakan.

"Kamu harus percaya diri dong Meer, mana Meera yang selalu menanggapi semuanya dengan hati yang tenang," ucap Asyila pada Meera.

"Baiklah bismillaahirrahmaanirrahiim."

Pukul 04.50 pm. Para santri sudah menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk acara setelah maghrib nanti. Meera masih saja terus berdzikir namun, ditengah dzikirnya Faizah mendatanginya dan memberitahu bahwa ia sudah dipanggil untuk persiapan nanti oleh ustadzah Ami.

"Meer kamu disuruh menghampiri ustadzah Ami, katanya ada yang mau dibicarakan," ucap Faizah.

"Oh iya Fai makasih infonya, Syil Fai aku pergi dulu ya, assalamualaikum."

"Wa'alaikumussalaam warahmatullahi wabarakatuh."

Diperjalanan menemui ustadzah Ami Meera terus saja memikirkan bagaimana bacaan ia nanti, juga pertanyaan timbul dalam benaknya. Mengapa ustadzah Ami memanggilnya, apakah ia melakukan kesalahan? Meera sampai diruangan dimana ustadzah Ami berada. Namun, disana ustadzah tidak sendirian disana juga ada ustadz Ali dan seorang laki-laki yang tidak terlihat wajahnya karena posisi laki-laki tersebut sedang memunggunginya. Kenapa ia mengetahui didalam juga ada orang lain selain ustadzah Ami, karena pintu ruangan itu dibiarkan terbuka.Kemudian ia memberanikan diri untuk mengetuk pintunya walaupun tidak tertutup tak lupa juga ia mengucapkan salam dengan tidak terlalu keras.

"Assalamualaikum," salam Meera setelah ia mengetuk pintunya dan berhasil membuat orang didalam ruagan tersebut berhenti sejenak dari kegiatannya tadi.

"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh." ustadzah Ami ustadz Ali juga laki-laki yang ia maksud menjawab salam yang tadi ia ucapkan, namun laki-laki tadi masih saja memunggunginya.

"Alhamdulillah kamu sudah datang, ayo sini masuk," ucap ustadzah Ami pada Meera dengan senyuman diwajahnya.

"Ia ustadzah."

"Ayo duduk Meera, jadi begini maksud ustadzah memanggilmu itu untuk menanyakan bagaimana kesiapan kamu juga ingin memberikan gamis yang akan kamu pakai nanti, dengan santri yang ustadzah maksud ini," jelas ustadzah pada Meera, setelah sekian lama akhirnya laki-laki tadi memperlihatkan wajahnya sontak saat itu membuat Meera sangat terkejut, karena laki-laki tersebut adalah...

"Assalamualaikum Meera." Arfan menyapa Meera dengan salamnya membuat Meera semakin tidak bisa menahan rasa yang sampai saat ini masih belum dia sadari atau mungkin coba ia sangkal, karena ia selalu ingat akan perkataan Abinya jika Allah itu Maha pencemburu kepada hambanya.

Amanah TerindahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang