"Kalau gue suka sama lo gimana?"
"Lo suka sama gue? " Abi kaget dengar pernyataan sekaligus pertanyaan yang dituturkan seorang cewek yang mana merupakan musuhnya dan juga orang yang gak pengen Abi berada di dekatnya.
"Nggak sih," Jawab Naya yang sekarang duduk bersandar di kursinya sambil mainin pulpennya.
"Terus buat apa lo bilang kayak tadi? " Abi bingung karena baru kali ini dia dapat cewek yang langsung ngomong gituan di depannya.
"Gue cuma tes aja entar kalau gue naksir cowok trus cowok itu gak peka gue aja yang nembak dia." Jawab Naya yang kini mandang Abi seperti meremehkan sesuatu.
"Iyain dah," Abi be like aja ye kan.
Dan yang Naya nggak tahu sekarang adalah saat dia mengatakan itu Abi deg degan.
***
"Baiklah anak-anak kumpul semua buku tugas kalian. Laki laki kalian ambil buku tugas perempuan dan perempuan ambil tugas laki-laki."
"Bagi yang salah periksa tugas temannya maka nilainya terancam hilang meskipun itu berada di atas rata rata."
Ancaman yang luarrrbiazzaa
Itulah kebiasaan guru kimia saat memeriksa buku siswanya.
Setelah selesai Ibu Arna keluar karena jamnya sudah habis. masing-masing buku di kembalikan kepada sang pemilik termasuk buku yang di periksa oleh Naya yaitu milik temannya yang cerewet.
"Eh!! Lo salah periksa Queenaya!! Ini benar kenapa lo salahin? Ini sudah jelas benar!!". Cowok itu bernama Fahkrul. Ya bisa dibilang dia itu teman dekatnya dengan Naya cuman gak terlalu deket.
"Lah?? Disitu salah Fahkrul!" masih dengan pendiriannya Naya karena takut nilainya hilang dan juga menurutnya di bagian situ yang salah. "Ini udah benar. Liat aja punyanya Handoko!"
Deg
Deg
Deg
"Nilai gue seharusnya tinggi! Tapi karena kelalaian lo nilai gue cuman 80?". Semua teman kelas Naya mendekat untuk menyaksikan perdebatan ini termasuk Abi.
'Emang lo maunya berapa hah? Udah baek 80 gue kasih, lo mau dapet 67?'
Syaland gue aja cuman dapet 85. Itu
tinggi yah? Lumayan lah.
"Jadi lo maunya gimana?" keadaan hening. Satu sisi Naya takut nilainya kosong di sisi lain dia harus bertanggung jawab.
"Gue mau lo ganti nilai gue dan nilai lo yang kosong!". Air mata Naya udah di ujung pelupuk matanya. Naya bukanlah orang yang cengeng tapi kali ini dia merasa sangat sakit hati jadi dia merasa ingin nangis.
"O-oke. Gue ganti sekarang!". Keadaan mulai ribut. Naya pergi tapi di halang oleh teman temannya.
"Eh Fahkrul lo terima aja lah. Kasian entar Naya di ceramahin terus nilainya kosong" kata salah seorang temannya.
"Lo jangan begitu sama teman lo dong. Udah bagus 80 itu terima aja lah"
"Udah! Biarin dia urus"
"Mana kata kebersamaan yang selama ini kita junjung? Hanya karena nilai, lo hilangin kata kebersamaan? Kita ini sodara semua. Lo jangan egois. Pikirin juga nantinya Naya bagaimana jika nilainya kosong" kali ini sahabat Naya yang nyahut.
"Biarin aja. Toh nilai dia yang kosong bukan kalian" kata Fakhrul santai.
Sahabat Naya semuanya greget banget ingin melempar Fakhrul.
Saat ingin menerobos pintu, semua temannya berlari ke arah pintu untuk menghalang jalan Naya. Fahkrul di mana? Dia udah santai duduk di tempatnya. Jahat emang. "Kalian minggir gue mau lewat. Gue mau ke ruang guru urus ni nilai. Kalau ada guru gue izin,"
"Gak! Gue gak ngebiarin lo ke ruang guru gara-gara nilai dia. Biarin aja begitu. Udah bagus 80 daripada 30? Dia mau?"
Dan tanpa mereka sadari sedari tadi, karena melarang Naya keluar dan mereka sibuk dengan kegiatan desak desakan padahal nggak ada Naya di sana karena dia lagi nenangin diri di samping papan pengumuman kelas, ada seseorang yang membuat Naya kaget plus lega karena di saat itu dia yang Naya butuhkan. Bukan teman yang hanya datang bila butuh kepadanya dan juga bukan teman yang selalu ada tapi nggak mengerti kondisinya sekarang bagaimana.
***
Selamat membaca!
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone
Teen FictionKau hanya menyentuh hatiku tapi tak menggenggamnya I love you but don't know what to do