7.

60 6 6
                                    

Saat ini Naya hanya melamun di kamarnya sambil sesekali menyanyikan lagu yang dia dengar. Beberapa hari ini pun dia hanya murung tak ceria seperti biasanya.

Pintu kemudian di ketuk. Masuklah seorang perempuan paruh baya yang merupakan bunda Naya.

"Naya, makan dulu nak."

"Bunda... " Naya berbalik dan melepaskan headsed yang dikenakannya. Dia berjalan menuju bundanya yang berada di pintu kamarnya.

"Bunda," Tangisannya pecah. Saat ini dia hanya bisa menangis. Bundanya kemudian menyimpan nampan yang berisi piring dan segelas air di meja.

"Kamu kenapa menangis hmm?" Bundanya kemudian memeluk dan mengelus pelan punggung Naya sambil beberapa kali bertanya apa yang terjadi pada anaknya sampai-sampai anaknya menangis.

"Bunda, apakah.... Apakah aku berbuat salah?"

"Kamu kenapa sayang?" Kini bunda dan Naya duduk di kasur Naya.

"Bunda aku.. Aku..  Hueeeee."

"Bundaaa" kini tangisannya semakin menjadi membuat bundanya semakin mempererat pelukan untuk menenangkan anaknya ini."

"Sudahlah kau tidak melakukan kesalahan apapun. Mungkin mereka hanya salah paham. Jangan didengerin apa yang mereka katakan jika kau tidak melakukannya, oke?"

"Tapi aku tidak kuat mendengar  itu bunda"

"Berusaha seolah baik-baik saja oke?"

"Iya."

"Ini bunda bawain Naya makan siang. Makan ya nak."

"Iya bunda, makasih bunda."

"Sama-sama sayang."

***

Pagi ini Naya berangkat kesekolah dia antar oleh kakaknya. Keadaannya masih murung berkat berita hoax yang menyebar. Babarapa kali pun dia diajak berbicara hanya ada satu atau dua jawaban saja yang dia jawab selebihnya dia tidak mendengar apapun karena terus melamun.

"Nggak usah dipikirin nanti kakak yang yang cari siapa pelaku penyebarannya padahal itu hanya lelucon saja."

"Nggak usah kak. Nanti ngaku sendiri tuh orang. Aku juga malas bahas itu lagi. Aku nggak perduli lagi. Terserah kata orang gimana. Bener kata bunda nggak perlu dengerin perkataan orang kalau yang kita lakukan itu nggak sama dengan yang mereka omongin." Naya kini menghadap ke kakaknya yang sedang menyetir mobil sambil mengangkat satu tangannya menandakan bahwa dia semangat hadapi semuanya.

"Nah gitu dong. Adekku yang terterr"

"Terterr itu maksudnya apa?"

"Terterr manja sama kakak. Bahkan Maira aja cemburu sama kamu."

"Kak Maira cemburu? Lah? Kok pacar kakak cemburu?

"Karena kamu manja. Tanya aja sendiri sama Maira kalau dia mampir ke rumah sebentar."

"Masa? Berarti gue cantik dong, kan Kak Maira cemburu sama aku. Jadi gue cantik! Hahaha."

"Cantik dari mana lo? Tidur aja lo buat pulau dibilang cantik idihh kepedean. Cantikan juga Maira."

"Biarin yang penting gue cantik, buktinya Kak Maira cemburu. Bwleeee" Naya menjulurkan lidahnya kepada kakaknya dan merasa bahwa dirinya menang. Dia kemudian memperbaiki posisi duduknya yang sebelumnya menghadap ke kakaknya kini sudah menghadap ke depan sambil sesekali melihat ke arah jendela.

"Gitu dong cerewet, jangan murung terus nggak baik." Kata kakaknya sambil mengacak rambut adiknya yang sudah tertata rapi.

"Kakak!!! Rambutku berantakan."

"Hahahahahaha."

***

Naya kini sudah berada di area sekolahnya. Dia berjalan di koridor sendiri. Ya emang dia sendiri.

"Hai Naya!!!" Suara itu berasal dari belakang Naya. Dia adalah sahabat Naya yang sudah Naya kenal selama satu tahun ini. Andin kemudian berlari kecil menghampiri Naya dan menyamakan langkah Naya dengan langkah dirinya.

"Halo juga Andin."

"Tumben jalan sendiri biasanya sama orang lain jalannya."

"Jalan sama siapa elah. Gua mah stay alone. Tapi gak jones."

"Iyain. Eh btw rumor lo tentang lo nembak Abi itu udah gak ada?" Andin kini berada sangat dekat bahkan saat menanyakan hal itu kepada Naya dia sedikit berbisik takut orang yang berlalu lalang mendengarnya.

"tau tuh. Intinya sih gua mau cari tahu siapa yang nyebar rumor yang nggak nggak ngerusakin nama cetar gua aja." Kini Naya tertawa karena menganggap dirinya cetar.

"Cetar pantatmu! Hooek mau muntah gua." Kini Andin meragain orang muntah

"Gue bercanda kali. Mana mungkin cetar. Gue biasa aja."

"Emang lo biasa aja. Cantik aja nggak. Nggak kaya gue. Gue mah cantik banget liat aja adek kelas cowo aja liatin gue jalan di samping lo."

"Makasih pujiannya Andinku sayang. Tapi mbaak nggak usah terlalu pede ya. Pede boleh, tapi jangan kelewatan. Mbak coba buka mata deh bukan mbaak yang diliatin tapi Kak Tari. Hahahahahahahahahahahahaahahahahahahahahahhahahahaha."

Naya berjalan lebih dulu meninggalkan Andin karena terlalu pede. Dia berjalan cepat menuju kelasnya karena masih banyak siswa yang melihat ke arahnya sambil sesekali berbisik kepada teman-temannya. Ya Naya nggak suka dilihat. Karena dia tidak pede dan juga di bukan artis yang ingin menjadi bahan tontonan.

"Emang gue artis apa diliatin mulu" - Naya.

****

Halo!
Maaf ya baru bisa pub lagi soalnya belakangan ini ku sibuk.
Semoga part ini bagus ya!
Ini lebih panjang sedikit cuma 763 kata. Oh iya mohon maaf kalau part kemarin itu pendek banget. Sekali lagi maaf ya!
Dan
Marhaban ya ramadhan semoga semangat menjalankan ibadah puasa bagi yang menjalankannya.
Makasih

Happy reading!

FriendzoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang