Naya sangat bersyukur karena sudah mengetahui siapa pelaku penyebaran gosip tersebut walaupun Naya juga kecewa karena pelaku itu adalah sahabatnya sendiri. Tapi Naya percaya sahabat-sahabatnya takkan berbohong padanya. Karena hubungan jika sudah teracuni dengan kebohongan akan tercerai berai.***
Naya sudah berada di kamarnya sejak tadi. Dia sudah mandi dan mengganti pakaian sekolahnya menjadi piyama tidur kesukaannya. Saat ini yang Naya lakukan mengerjakan tugasnya. Naya bukan orang yang rajin tapi juga bukan orang yang malas jadi dia berada di antara rajin dan malas. Saat rajin semua tugas sekolahnya selesai dalam 1 atau 2 hari. Tapi jika Naya malas tugas sekolahnya akan dia kerja sehari sebelum pengumpulan tugas atau saat di sekolah, mencontek pekerjaan teman kelasnya yang lain.
Waktu sudah menunjukkan pukul 19.20 malam. Saatnya makan malam untuk Naya.
"Bunda,"
"Iya sayang." teriak Bunda Naya di dapur. Dia sedang membantu bibi untuk menyiapkan makan malam.
"Bunda di mana?" teriak Naya sambil menuruni tangga.
"Di dapur nak."
"Aku tunggu makanannya di meja makan ya bunda." Naya sudah duduk rapih di kursi makan keluarganya. Sambil sesekali mengetuk pelan meja dengan sendok.
"Yest' yest' yest'yest'." Kini Naya mengetuk sendoknya ke meja sambil mengikuti apa yang di katakan Masha ketika meminta makan kepada sang beruang.
"Kamu panggil kakak sama appa di teras suruh masuk untuk makan malam."
"Oke bunda."
Naya berjalan dengan santai menuju teras rumahnya. Naya melihat dua orang yang menjadi tujuannya ke teras.
"Appa, kakak masuk dipanggil bunda makan malam."
"Makan malamnya sudah siap?" kini ayah Naya berjalan ke arah Naya sambil merangkul anak bungsunya untuk masuk.
"Iya appa."
"Bunda masak apa cerewet?"
"Lo manggil gue apa? Cerewet? Lo tuh yang cerewet."
"Sudahlah. Ayo duduk terus makan."
"Manja." Kini kakaknya menjulurkan lidahnya ke Naya
"Appa."
"Tirta. Jangan bertengkar si depan makanan, nggak baik"
"Dia yang duluan,"
"Lo tuh ya. Lo duluan yang manggil gue cerewet."
"Emang kenyataan kan, lo cerewet. Cerewet cerewet cerewet."
"Tirta, sudah. Makan saja."
"Iya bund."
Malam ini Naya menghabiskan malamnya bersama keluarganya. Dia sempat mengatakan kepada bunda dan ayahnya kalau dia sudah mengetahui pelaku penyebar gosip yang tidak benar. Naya juga tidak lupa memberitahukan kepada kakaknya kalau dia sudah mengetahui pelaku tersebut.
***
Pagi yang cerah. Naya sudah bangun dan sedang sarapan bersama kakaknya. Hari ini dia berangkat lebih awal karena kakaknya ada kelas pagi.
"Ayo kak. Aku sudah siap."
"Sabar dikit napa sih."
"Iya bawel. Ngomel mulu. Kayak bunda lo."
"Apa? Bunda Naya bilang bunda sering marah-marah." Tirta berteriak dari teras.
"Udah ah malas gue berdebat sama kakak. Kuy lah ke sekolah."
"Yuk!" Mereka berjalan menuju mobil kakaknya.
***
"Makasih kak. Oh iya nggak usah jemput kalau pulang, gue harus kerja kelompok. Pulangnya paling jam 5. Udah aku beritahu bunda tadi." Kini Naya berbalik dan berjalan menuju gerbang utama sekolahnya.
"Jadi nggak jemput nih!" Tirta berteriak dari dalam mobilnya agar adiknya bisa mendengarnya.
"Iya." Naya pun demikian. Dia berteriak sambil melambaikan tangannya ke atas.Naya bergegas menuju ke kelasnya karena dia melihat seseorang datang dengan motor berwarna merah hitam.
"Astaga tumben amat tuh orang datang cepat." Naya memperbesar langkahnya guna cepat sampai ke kelasnya. Karena dia tidak ingin bertemu apalagi berjalan bersama orang tersebut walaupun mereka sekelas.
"Untung—" belum sempat Naya menyelesaikan pembicaraannya dengan dirinya sendiri, dia di buat terkejut oleh sahabatnya.
"Naya! Lantainya udah gue pel! Kenapa lo injak?" Sahabatnya kini sedang berdecak pinggang di depan kelasnya sambil memarahi Naya karena menginjak lantai yang sudah dia pel.
"Hah? Oh astaga maaf, hadoh sini gue pel ulang, astaga maaf ya, maaf ya, lo cantik deh kalau maafin gue, maaf ya."
"Woy enak aja lo main masuk aja pake acara nginjak pel lagi. Woy pel ulang woy." Naya meneriaki Abi yang drngan santainya masuk ke dalam lelas sambil menginjak lantai yang Naya pel dan juga kain pel yang ia injak.
"Lo aja yang pel sekalian."
"Gue nggak mau. Pel ulang tuh lantai. Gue capek." Naya berjalan ke arah Abi sambil membawa pel.
"Lo aja ya."
"Nggak!"
"Lo aja ya, oke? Lo aja. Lo cantik deh pagi ini kalau ngepel."
"Gue nggak cantik. Lo pel ulang kalau nggak gue yang pel."
"Yaudah lo aja gue nggak mau."
"Tolol. Maksud gue lo pel tuh lantai yang lo injak."
"Gue nggak mau. Gue mau keluar."
"Yaudah sekalian aja bego. Lo keluar sambil pel tuh lantai."
"Lo aja napa sih."
"Gue nggak mau Abi. Nggak mau. Gue capek."
"Kalau capek ya istirahat lah."
Naya membuang ke lantai pel yang ia pegang sedari tadi. Dia kesel se kesel keselnya orang kesel. Naya langsung menunu tempat duduknya sambil mengambil buku catatan dan pulpennya kemuadian dia tenggelamkan wajahnya di atas buku catatannya dan pulpennya iya pegang dengan kuat.
Abi mengambil pel yang di lempar Naya ke lantai kemudian menuju ke bangku Naya. Dia berdiri tepat di samping Naya. Abi hanya diam sesaat kemudian nerbicara ke Naya.
"Idih ngambek." Abi kini berlutut di samping bangku Naya. Naya tidak menjawab. Dia hanya terus menenggelamkan wajahnya dan menggenggam erat pulpennya.
"Gue yang pel deh. Jangan ngambek. Nggak baik tauk."
"Biarin." Naya hanya mengatakan itu kemudian dia kembali menenggelamkan wajahnya di atas buku catatannya.
Sahabat dan juga beberapa teman sekelas Naya yang baru datang menyaksikan drama pagi kelas yang setiap hari pasti ada peetengkaran di antara Naya dan Abi. Beberapa teman dan sahabat Naya tersenyum beberapa juga ada yang nggak perduli dan memutuskan masuk dan duduk di bangku masing-masing.
Nggak ada kata maaf ataupun kata terima kasih di antara Naya dan Abi.
***
Haii
Maaf baru bisa publis lagi. Lagi malas nulis soalnya 😅😅
Ini pendek nggak papa kan?
Gitu aja dulu
Bayyy
Happy reading
Dadahh
😉😉winkwinkwinkwinkboomerang
Im not a super hero
Apanman panman panmanYang di atas nggak nyambung
Atau gue yang nggak nyambung?
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone
Teen FictionKau hanya menyentuh hatiku tapi tak menggenggamnya I love you but don't know what to do