villa unyil

30 3 0
                                    

"dep ini tuh kebanyakan berasnya, ntar ga matang" kataku sambil melihat beras didalam magic com. "enggak tek, biasanya juga aku gini" kata Devi yakin. Aku nurut saja masak nasi sebanyak itu, aku juga tidak pernah masak nasi, jadi mungkin defi benar meskipun terlihat tidak masuk akal.

"uda yok kita keatas"
Aku mengikuti defi dari belakang tanpa berkomentar, karena kefikiran kalo nasinya g matang, nanti gimana temen2ku kalo sampek mau makan apa. "positive thingking aja" kataku dalam hati.

Setelah satu jam menunggu, kami pun turun ke dapur untuk melihat nasi apakah sudah matang atau belum. Lalu ku buka deh tutup magic comnya dan taraaaaa "ga matang ini mah, gimana dong".
"yaudah ambil.bawahnya aja yang matang. Nanti kita masak lagi"
"lha trus gimana dep, emang enak ini nasi. Takutnya malah bikin kembung"
"halah, kita taun lalu juga gitu drrr santai aja hahaha"
"oh iya, drpd g makan" Kami pun masak nasi lagi, rencananya nasi yg pertama mau dicampur sama nasi yang kedua. Soalnya kalo kita masak lagi 2x takutnya malah kelamaan.
.
.
Pukul 16.30 peserta diklat dan beberapa panitia pun sampai. Ada rombongan pramuka dari villa sebelah yang sedang melakukan upacara pembukaan. Terpaksa teman2 menunggu sampai selesai upacara untuk bisa masuk ke villa dan melakukan kegiatan, itu semua karena rombongan pramuka upacaranya di tengah2 jalan.

Setelah menunggu 10 menit, teman2 pun masuk. Aku melihat ada orang yang berjalan ke arah villa yang dipakai diklat tahun lalu. Memakai baju hitam celana hitam. "liat itu ndak si ? Laki2 pakek baju hitam di sana sedang jalan ?" tanyaku pada mas adib yang berdiri di sampingku.
"novel itu" katanya. Akupun menghembuskan nafas lega. "ku kira apaan" batinku dalam hati.

Memasuki waktu menjelang maghrib, suasana menjadi sangat2 tidak enak. Aku masih mengabaikan perasaan itu dan tetap sibuk di dapur untuk makan malam peserta diklat dan panitia. Maklum waktu itu aku menjabat sebagai koordinator konsumsi. Jadi aku yg mengurus makan minum mereka meskipun pada dasarnya aku sama sekali ndak bisa masak selain masak mie instan, Tahu dan tempe goreng.

Waktu itu aku sendirian di dapur, karena teman2ku ada tugas yg lain. Aku tetap menyibukkan diri. Sesekali ku lihat jendela samping dapur yg mengarah ke halaman belakang villa. "waduh, tetap tenang atiki" batinku dalam hati. Aku berkali2 menarik nafas dalam2 dan menghembuskannya supaya aku sedikit tenang. Ada sesuatu yg mengintip dari luar jendela. Tidak terlihat jelas bentuknya dan jenisnya tp dia pakai baju putih. Aku pura2 aja ndak liat sambil baca doa2. Sampai akhirnya aku merasa tidak kuat. Jantungku berdebar, ku lihat tanganku sudah mulai pucat dan dingin bergetar, serta punggung yg tiba2 panas. Aku pun keluar dengan tampang yg baik2 saja. Aku tidak bole menceritakan ketakutanku pada teman2, aku takut teman2ku menjauh karena merasa "serem" dekat aku.

Tidak lama kemudian, "asstaghfirullah fitraa fitraaaa" teriak Maman yang turun dari lantai 2 dengan panik dan ketakutan. Maman ini adalah satu2nya temanku disini yg sama sepertiku, gampangannya indigo lah. Dialah yg membuat aku merasa tidak terlalu takut, karena aku fikir bukan aku saja😂.

Maman langsung duduk di dekat tangga dengan wajah pucat. Aku, Fitra dan esti pun menghampirinya

"kenapaa teriak2" tanya fitra dengan tenang.
"ya Allah fitt"
"seng tenang man, ada apa ? Tarik nafas dulu baru cerita"
"aku tadi kan keluar dari kamar atas di, lah pintu kamar pojok itulo kebuka sendiri pelan krieeeekkk, padal ga ada angin ga ada ujaan asstaghfirullah" kata maman yg masih ketakutan. .
"ha sumpaahhh ?" fitra dan esti pun kaget mendengar cerita maman.
"iyaa seriussss"
"ada ya man, aneh disini. Kamu jangan cerita ke temen2lain nanti takut mereka, cerita ke aku aja. Wes seng tenang." kataku dengan sok pemberani.

Sebenarnya aku ini menguatkan diri sendiri. Sesekali ku lihat tanganku yg semakin pucat dan dingin. Aku merasa nafasku sudah tidak beraturan, sesak di dada. Aku sudah tidak fokus. Akupun duduk di sofa. Baru aja duduk, mata sudah dibuat tidak fokus dengan bayangan putih di kaca villa depan, dan sesosok perempuan didepan villa. Tidak begitu jelas bentuknya. Semakin sesak dan panas hawanya aku tidak kuat menahan, lalu akupun menangis.

"sakiitt. Aku nda kuaattt aku takut mau pulang" teman2ku langsung menghampiriku yang tengah membenamkan kepala pada bibir sofa.
"atikaaa, atikaaaa, ini atikaaa" tanya mas fatta.
"iyaa, aku takut, banyak yg ganggu dimana2. Banyak yg lihat aku. Aku takut mau pulang" kataku sambil menangis.

Semakin lemas, aku sampai tidak kuat berbicara, aku tau ada sesuatu yg mau masuk kedalam tubuhku. Tapi ku mohon jangan. Aku pasti bisa melawan.

Teman2ku lalu mengangkatku dan menidurkan aku di bawah, nafasku sudah tak karu2an, hawanya panas dan aku sangat sumpek berada di situasi saat ini.

"atika pasti bisa tik, lawan lawaannn" mas fattah lalu membacakan ayat kursi di telingaku. Seketika malam ini menjadi malam yang menakutkan. Ini baru hari pertama. Aku pun membaca doa, supaya tubuhku kuat. Tidak kemasukan. Plis ini baru nyampek dan pake ada acara kesurupan, aku ga bisa bayangin gimana paniknya temen2ku gara2 aku g bisa jaga diri baik2. Dan yah aku pingsan. Aku merasa lelah melawan. "sudah biarkan sampai sadar" kata mas fata. Mas fata ini juga indigo. Dan dia bisa sembuhin orang2 yang mau atau sudah kemasukan. Keren kan. Dia juga biss kontrol diri.

Ketika sadar, aku merasa bukan seperti bangun tidur, tapi aku merasa bangun karena kaget. Jadi kayak yang bangun nda ada aba2nya gitu, langsung melek, siapa cobak yg ga kaget.

"asstaghfirullah" kataku sambil menutup mata dengan tangan.
"ini minum dulu" maman memberiku segelas air putih. Tanpa menjawab dan masih bingung aku mengambil gelas di tangannya dengan pelan.
"gila banyak banget disini unyilnya ya" celotehku dengan tatapan kosong.
"yang mau masuk ndak pakek salam, langsung nyeludur" lanjutku.
"jadi pulang ? Kalo iya ayo tak anterin" kata mas novel.
"gamau. Diklat e aja blom kelar"
"katanya mau pulang drrr"
Melihat wajahku yang tadinya menangis ketakutan dan berubah menjadi seperti semula, menjengkelkan (kata teman2ku, tp aku tau sebenernya mereka itu gemes wkwk) teman2ku tertawa. Alhamdulillah aku merasa baik2 saja.

Sedikit cerita aku kenal dengan mas fatta ini sebenernya pas waktu diklat taun kemarin, cuman kenal aja ga akrab. Trus kita ketemu pas kunjungan teater Q. Mas fatta ini anak teater se fakultas ku. Anak teater ini teman baiknya UKM red. Jadi kayak saudara. Lanjut, pas waktu itu kita ngobrol di tengah hutan (maklum ya acara diklatnya di tengah hutan dekat air terjun), dia tanya ssma aku "masi indigo?" trus aku kaget dong, gaada basa basi dia langsung tanya gitu.
"hah ? Siapa mas. Aku"
"iya"
"aku ndak indigo" aku tidak mau menyebut diriku indigo, karena ini itu Rahman dan Rakhim yang Allah berikan kepadaku dari bayi. Ini anugrah, meskipun sedikit serem juga wkwk.
"iya tapi kamu bisa tau. Aku ngerti itu. Disini banyak, jangan sampai ngelamun dan tetep kontrol emosi" aku hanya mengangguk.
"aku dulu juga gitu kok. Cuman uda ga separah dulu, karena uda diilangin. Aku tau kamu pas kamu jadi peserta diklat trus kamu kesurupan. Aku ngerasa kamu ini ya sejenis itulah. Bisa tau yg ndak ditau orang"
"oooo iya iya"
.
Oke lanjut.

Aku pun tersadar dari pingsan dan melihay sekelilingku
"ini siapa?" tanya esti.
"atika, ya Allah. Lha dia ngapain ganggu2aku"
"alhamdulillaah. Jadi pulanh ndak drrr ?"
"ndak ah, ngapain pulang"
"tadi minta pulang, kalo iya ayo"
Akupun tertawa malu. "ya Allah itu tadi saking paniknya aku"
"mangkannya lawan" kata maman kepadaku.

Beruntungnyan kericuhan di lantai dasar tidak mengganggu keseriusan peserta diklat ketika materi di lantai atas.

Ia Dekat tp DimanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang