Hari kedua diklat diisi dengan sedikit materi, games, hiburan, dan di tutup dengan JJM (jalan-jalan malam).
Pagi itu suasana tidak terlalu menakutkan, aku bahkan lupa dengan apa yg telah terjadi semalam, yang ku ingat adalah hari ini harus mempersiapkan sarapan untuk memenuhi kebutuhan lemak dan cacing dalam perut teman2 ku.
Menu makanan pagi ini adalah tumis kangkung, tahu tempe dan kerupuk. Tentunya bukan aku yang masak tumis karena aku ga tau apa2 soal dapur. Yang masak adalah esti. Aku cuman bantu2 kupas bawang, cuci sayur, cuci piring, dan masak nasi.
"tika"
"hmm ?" aku masih fokus pada piring kotor di depanku.
"aku ngerasa aneh aja disini. Oh ya semalem kamun ngapain sebenernya"
"yah ingat lagi deh aku, aku tuh dari tadi uda nahan2"
"ya maaf"
"aku takut cerita nanti temen2 takut sama aku"
Dari balik pintu dapur, ada laki2 yang kerap disapa sengak berjalan menghampiri wanita2 dapur yang sedang ngobrol.
"bahas apa ?" tanyanya.
"ini mas yang semalem" jawab esti
"iya drrr kamu kenapa semalem ? Cerita lah"
"nanti pada kabur dari aku soalnya horror begini" jawabku lemas.
"ya nggak lah. Kalo ada apa2 cerita. Jangan di pendem sendiri biar kita bisa tau harus gimana nantinya, ga ada yang takut berteman sama kamu" aku hanya mengangguk. kali ini aku melihat mas fahmi (sengak) sedikit lebih tegas. Padahal aslie kalo diceritain takut juga dia wkwkwk.
"aku digangguin, kan aku uda pernah cerita kalo aku ini sensitif sama hal2 yg begituan. Gatau kenapa. Ditempat beginian aku harus pintat atur emosi, karena sedikit aja aku bete, itu bisa jadi welcome unyil2"
"hih anjir mrinding akuuu" kata mas fahmi sambil menunjuk bulu tangannya yg berdiri.
"tu kan katanya berani"
"jangan terlalu frontal drrr" jawab esti.
"kamu takut juga es. Hak ela aku sama siapa kalo takut semua"
"maman" jawab esti dan fahmi bersamaan. Aku memberikan muka kesal.
"tu tuuu cendela dapur. Liatin terus sampek dianya muncul"aku lalu pergi keluar dapur dan melihat kegiatan peserta diklat di luar dan yah baru aja sampai depan pintu. Mataku kayak uda otomatis gitu ngarah ke villa putih di depan. Dan benar saja seorang wanita berambut panjang berantakan sedang berdiri di dekat cendela. Tidak terlalu jelas karena mungkin ada tirainya itu. Kira2 kalau digambarkan seperti ini. Cuman kan itu membelakangi jendela, dia hadap ke cendela.
Masih berpura-pura tidak peduli. Aku lalu masuk ke dalam dan mengobrol bersama teman-teman untuk menghilangkan ketakutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ia Dekat tp Dimana
TerrorIni adapah cerpen pertamaku yang terinspirasi dari kisahnyata pengalaman mistisku selama mengikuti kegiatan diklat UKM di daerah pacet mojokerto. Mohon maaf jika mbulet ceritanya. Saran dan kritik sangat saya perlukan dari pembaca. Terimakasih :)