Sebelum membaca cerita ini, saya mau kasih tau sedikit kalau ini cerita pertama yang saya tulis di tahun 2017. Jadi, sudah pasti banyak banget kekurangannya.
Entah itu EYD yang berantakan atau hal-hal teknis lain yang mungkin jadi kurang enak dibaca. Kalau kalian baca cerita-cerita terbaru Shantymilan pasti akan kelihatan banget perbedaannya. Ya, namanya juga berproses ya, tolong dimaklumi, hihihi.
Satu hal lagi, cerita ini akan berbeda dengan versi pertama, karena saya merasa banyak adegan-adegan tidak pantas pada usia tokohnya. Dari sini, saya jadi banyak belajar.
Terakhir, semoga kalian tetep enjoy baca karya pertama Shantymilan ini yang menjadi tombak awal mula karir kepenulisan Shantymilan.
Luv sekebon.
***
Duk! Duk! duk!
"Arlettaaaaaa, bangun!"
Duk! Duk! Duk!
"Woiiii Arlettaaaaaa. Kebo banget sih lo!"
Arletta menggeliat. Dia mengerjapkan matanya yang masih terasa lengket untuk sekedar melirik jam digital mungil yang lagi duduk manis di atas nakasnya.
06:51:39
Melihat barisan angka itu, mata Arletta terbelalak lebar. Otaknya langsung bekerja dengan cepat. Dia belum amnesia, jelas dia tau kalau ini adalah hari senin. No, bukan itu topik terpenting pagi ini. Tapi... Ini adalah hari pertama dia sekolah di The One, salah satu sekolah paling bergengsi di Jakarta. Sebenarnya Arletta sudah kelas dua, tetapi karena setiap murid baru sekalipun itu pindahan, tetap wajib mengikuti Masa Orientasi Siswa.
DUK! DUK! DUK!
Suara gebrakan pintu di luar sana makin terdengar gila di telinga Arletta. Dia langsung menyambar pintu untuk membukanya, sebelum si penggedor membuat pintu itu terlepas dari engselnya. Dengan kepala bersandar di kusen pintu Arletta menguap.
"Wah parah lo. Jam berapa ini?" seorang pemuda berdiri sambil berkacak pinggang. Dia adalah Karel, Kakak kandung Arletta.
Arletta yang masih mengumpulkan nyawa, hanya mematung di depan pintu. Dia mengacungkan lima jarinya sebagai pertanda kalo kakaknya itu harus menunggunya. Lima menit saja.
"Lebih dari lima menit, gue tinggal lo!" ancam Karel. Arletta bisa mendengar kalo kakaknya itu menggerutu sambil berjalan meninggalkannya.
Arletta kembali menutup pintu kamarnya. Dia menyambar handuk yang tersampir di atas kursi meja rias. Lalu masuk ke kamar mandi.
ฅ'ω'ฅ
Arletta terlambat 30 menit datang ke sekolah. Padahal ini adalah hari pertama MOS, belum apa-apa dia sudah melanggar tata tertib.
"Masuk sendiri. Gue nggak bantu," Kata Karel sambil meninggalkan adiknya itu di depan gerbang sekolah yang dijaga ketat oleh para anggota OSIS.
"Kakak macam apa lo," rutuk Arletta. Dia melangkahkan kakinya untuk masuk ke halaman sekolah.
"Mau kemana lo?"
Sebuah suara menghentikan langkah Arletta. Dia berbalik untuk melihat siapa orang itu. Tampak olehnya, seorang gadis bertubuh sedang dengan rambut lurus sebahu. gadis itu mengenakan pita merah di pergelangan tangannya. Pertanda bahwa dia adalah salah satu dari anggota OSIS. Badge name yang tertempel di kaus putihnya bertuliskan, Rossalia Tamara.
"Mau masuk," jawab Arletta seadanya.
"Masuk kata lo?" Rossa menaikkan kedua alisnya. Tatapannya sinis. Suaranya terdengar datar. "Coba lo liat ini jam berapa?" Dia menunjukkan arloji yang terpasang di pergelangan tangan kanannya ke depan wajah Arletta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Rasa #Seri Ke-1
RomanceArletta memergoki sepasang murid tengah bermesraan di Sekolah, yang ternyata adalah Sang Ketua OSIS, Elang Aldrich Altar. Gara-gara kejadian itu, Elang malah terus mengganggu hidupnya. Mulai dari menyiksanya selama masa MOS, hingga berulangkali menc...