3. Hari Kedua

127K 6.3K 87
                                    

"Seragam udah. Papan nama udah. Bando kelinci udah. Sepatu dan kaus kaki beda warna udah. Tas karung beras udah. Apalagi ya?"

Arletta memeras otak. Dia bertekad tidak akan bangun kesiangan besok. Dia akan datang lebih awal dan memakai semua atribut MOS dengan sangat lengkap. Dengan itu, dia tidak akan jadi bulan-bulanan senior lagi, terutama Zarra and the geng.

"Ah!" Arletta berlari menuju laci nakasnya. Dia mengeluarkan kalung berliontin empeng bayi dari sana. "Nah ini dia. Lengkap deh."

Cklek!

Pintu kamar Arletta terbuka tanpa izin. Karel berdiri di ambang pintu.

"Gue mau keluar. Lo baik-baik ya di rumah," katanya pada sang adik.

"Mau kemana lo malem-malem gini?" tanya Arletta.

"Ngelakuin hal yang biasa dilakuin oleh cowok."

Arletta berdecih. "Kayak lo cowok aja," ejeknya.

"Eh!" Karel berkacak pinggang. Tapi lalu dia memilih mengabaikan adiknya itu. Akan sangat panjang kalo diladeni. Dia melirik jam di tangan, dan bergegas pergi setelah lebih dulu menutup pintu kamar Arletta.

ฅ'ω'ฅ

Arletta berjalan santai memasuki pintu gerbang The One High School. Dia sangat percaya diri kali ini. Iyalah, datang aja lebih awal.

"Hai Arletta."

Arletta menoleh. Dia hanya memberikan senyum tipis pada cowok yang sama sekali tidak dikenalnya itu.

"Eh, lo bener adeknya Karel, ya?" tanya cowok yang lainnya.

Arletta mengangguk. Sepertinya Karel cukup terkenal di sekolah ini.

"Duluan ya," kata Arletta sambil meneruskan langkah. Dia tidak mau diinterogasi dengan pertanyaan yang lebih banyak. Paling nanti ujung-ujungnya ngajak kenalan.

Brukk!

Tubuh Arletta terhuyung ke belakang. Dia menabrak seseorang yang sepertinya sedang terburu-buru. Begitu mengangkat wajah, Arletta langsung memasang wajah datar, Elang ternyata.

"Jalan tuh liat ke depan, bukan ke bawah," kata Elang menuding.

Arletta dongkol dibuatnya. Pagi-pagi Elang sudah membuat mood-nya jelek. "Lo tuh ya. Bukannya minta maaf udah nabrak gue," gerutunya.

"Kalo lo jalan pakek mata, kita nggak akan tabrakan. Jadi bukan sepenuhnya salah gue."

"Terserah lo deh." Arletta langsung pergi. Malas meladeni makhluk yang satu itu.

Elang menatap punggung Arletta yang kian menjauh, entah apa maksud dari ekspresinya itu.

ฅ'ω'ฅ

"Let, udah denger gosip hari ini belum?" tanya Kinara dengan mata berbinar.

Arletta sebenernya tidak berminat. Tapi dia harus menghargai Kinara. Dengan mimik dibuat penasaran, dia bertanya, "apaan emang?"

"Hari terakhir kita MOS nanti, kita bakalan diajak nginep di sekolah ini. Katanya sih bakalan ada acara penutupan MOS gitu. Ada api unggun dan macem-macem hiburan lain. Seru kan?" Kinara begitu senangnya. Dia memang sangat menyukai hal-hal yang menyenangkan.

Tentang Rasa #Seri Ke-1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang