8. TRIK ISTIMEWA

852 42 0
                                    


Bismillaah, segala puji bagi-Nya.
Bisa sampai chapter 8 aja rasanya senang sekali. Artinya.. aku masih bisa Istiqomah perharinya walau sempet sendat sehari karena sakit Hehehe... Tp besoknya langsung 2 chapter.

Dipojok ruang tamu, aku duduk sambil memegangi buku sholawat. Disampingku, mbak Siti sibuk dengan pulpen dan bukunya.
Dia sedang menyalin lagu untuk dibawakan bersamaku.
Sambil berdzikir ria, ku pejamkan mataku sampai terdengar suara pulpen yang beradu dengan tutupnya.

"Sudah selesai!" Katanya sambil merenggangkan buku-buku jarinya.
Aku mengintip hasil tulisanya kemudian membulatkan mataku.

"Wah.. rapihnya.."
Ku ambil buku mbak Siti kasar.

"Pelan-pelan Haeda, ntar robek loh".
Katanya hawatir.

"Hehehe...Abis,  rapih banget mbak. Suer!"
Aku bergumam-gumam senang. mbak Siti hanya senyum-senyum saja.

"Ya udah. Sini, jangan dipandangi terus. Mbak mo ke kamar dulu yah. Makasih buat hari ini".

"Iya, mbak. Semangat yah. Kalahkan rasa malumu mbak. Haeda yakin mbak Siti bisa melewatinya" mbak Siti tersenyum.
Ku rapihkan buku-bukuku kembali. Sari muncul tiba-tiba dengan raut wajah ingin bertanya.
Aku tersenyum tipis menanggapi ekspresi wajahnya.

"Mbak Siti beneran ikut, da?"

"He'em" gumamku. Senyumku melebar.

"Wiehh.. dirayu pake apaan tuh anak?"
Wajah sari sungguh-sungguh ingin tahu dilihat dari matanya yang terus menatapku.

"Duh,, segitu penasarannya kah temenku ini."
Tanganku menepuk-nepuk lantai disampingku.

"Sini duduk".

Sari bergegas duduk disampingku dengan buru-buru sampai membuat ku oleng.

Kami tertawa.

"Waktu itu, aku duduk ditangga. Dan bla-bla-bla..."

Yah.. aku tak sia-sia memutar otakku saat itu.

Aku mengajaknya bertemu diruang tempat menerima tamu agar terhindar dari mata santri lain yang kemungkinan bisa membuat ciut nyali mbak Siti.
Aku mencoba mengajaknya terbuka tanpa bermaksud menyinggungnya.
Dan mbak Siti meresponnya dengan baik. Ia berkata kalau dirinya memang kurang pede dan teman-temannya kurang mau menerima kehadirannya.

Setelah aku tahu kalau ia tak bisa mengikuti lagu-lagu baru yang diajarkan staf pendidikan kepadanya. Aku putuskan untuk melagukan sholawat lama yang familiar ditelinganya agar ia bisa cepat paham.
Dan aku tawarkan padanya kalau tidak mampu menyentuh Refflay, biar aku yang lantunkan. Mbak Siti yang bagian backing saja itu pun bareng sama aku.
Mbak Siti lalu menyetujui dengan syarat saat latihan aku janji tidak akan menertawakannya.

"Wuiihh. Bisa dapet rekor MURI nieh." Kata sari menepuk pundakku.

"Yah, mungkin dia punya trauma. Dan sebagai partner, aku harus jeli dengan masalahnya dulu kan?".

Sari mengacungkan kedua jempolnya kebadapanku. Lalu Kami saling menyandarkan kepala.

Yang sudah membaca part ini, saya ucapkan terimakasih ne. 😄
Sampai jumpa di chapter selanjutnya.

MAHA SANTRI [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang