Ohayou minnaaaaa... 😘😘😘
Senang berjumpa dengan kalian.
Selamat menikmati ceritaku ya dan jangan lupa komentarnya.
"Da, bangun".
Sebuah suara tertangkap ditelingaku." Ngg...nghh". Ku paksakan mata ini untuk sadar. Sambil mengerjapkan mata, aku duduk senormal mungkin.
" Da, kau sudah bangun?".
Suara itu seperti mbak Siti."Ada apa mbak Siti?". Tanyaku sambil mengusap kasar wajahku. Mbak Siti menangkap tanganku dan menggenggamnya. Ia melarangku mengulang hal tadi.
"Dipanggil pendidikan".
Mendengar nama pendidikan aku langsung tersadar sepenuhnya."Dipanggil pendidikan, mbak?".
"Haeda?". Ulangku memastikan.
Kulihat jam menunjukan Pukul 01.32"Mbak Siti juga?".
"Ga, kebetulan malam ini tugasku jaga". Katanya menerangkan.
"Oh.. makasih yah mbak. Udah bangunin haeda.".
Aku beranjak dari tempat tidurku kemudian berjalan menuju lemari sambil menguncir rambut panjangku serapih mungkin.
"Mau ditemani ga?". Tawarnya.
"Ga, mbak, makasih. Mbak lanjut jaga aja". Tolakku sambil menyambar kerudungku dan pergi meninggalkan kamar juga mbak Siti.
Berjalan pelan melewati tangga sembari membetulkan posisi kerudung bukan hal yang mudah. Aku sering kali hampir terpeleset karena kesadaran ku memang belum pulih benar.
"Haeda, sini cepat". Mbak Kurnia melambaikan tangannya. Ia menungguku di ujung anak tangga.
#sie pendidikan 2016#
Sesampainya di ruang pendidikan, aku dipersilahkan duduk. Ku salami anggota pendidikan satu persatu sembari berjalan dengan lututku.
Apa aku telah melakukan kesalahan? Tapi, apa??
Dengan agak berdebar ku dudukkan pantatku dan merapat ke tembok."Haeda tau kenapa di panggil kemari?"
Tanya mbak suci sambil meletakkan air mineral dihadapan ku."Ehm.. ga tau mbak. Kenapa yah?".
Mbak Kurnia selaku ketua pendidikan duduk berhadapan denganku.
"Ini masalah kemaren malem. Tentang mbak siti." Terangnya.
Ada apa dengan mbak Siti? Apa waktu mbak Siti menghilang itu? Memang apa yang terjadi?
"Gara-garanya kamu jadi dipanggil kemari. Haeda bisa jelaskan semuanya? Mulai dari gimana kamu ajak mbak Siti yah".
Aku tertegun. Pelan-pelan kuceritakan semuanya dengan hati-hati karena memang tidak mau kalau sampai penduduk Qomariyah Firdaosi mengetahui masalah mbak Siti.
Setelah kuceritakan semuanya, mbak Kurnia mengangguk. Pun semua yang ada di ruangan ini. Sambil menggenggam tanganku yang nengepal dingin karena grogi, mbak Kurnia meminta maaf.
" Maaf yah Haeda. ini sudah menjadi keputusan kami. Kami tau Haeda sudah berhasil mengatasi masalah kami, tapi...".
Mbak Kurnia memotong kalimatnya. Membiarkan rasa penasaranku yang menjadi.
Ku lirik mbak Hasanah yang membuang muka menahan senyumnya. Kurasakan juga anggota lain pun seperti menahan sesuatu."Tapi?". Tanyaku. Kusadari suaraku tertahan dan sedikit bergetar.
Oh tidak, apakah aku terlihat menyedihkan sekarang?
"Sekali lagi maafin yah, Haeda. Mulai besok...".
Lagi-lagi mbak Kurnia memotong kalimatnya. Membuatku semakin gelisah.
Buru-buru ku katupkan kedua telapak tangan ku dihadapan mereka."Maafin Haeda mbak. Klo Haeda ada salah. Haeda minta maaf.. Haeda bersedia melakukan apapun".
Ku ucapkan kalimat itu dalam sekali hembusan nafas.
Pikiranku mendadak kalut membayangkan kelanjutan kalimat dari mbak kurnia. Aku berusaha setenang mungkin dan meminta maaf kembali.
Tapi, reaksi dari kakak kelasku lain. Mereka tertawa terbahak-bahak. Mbak Hasanah sampai terjungkal sambil memukul-mukul lantai.Aku seperti orang bodoh karena semua hal yang membingungkan ini.
"Udah lah, nia. Ga tahan saya liat muka imut Haeda".
Kata mbak Hasanah pada mbak Kurnia."Okeh, okeh. Sorry yah Da". Mbak Kurnia senyum-senyum.
Merasa dipermainkan aku mengubah posisi dudukku dengan kasar.
"Jadi masalah Haeda apa toh mbak?".
Aku memasang wajah memelas. Meminta mereka menyudahi semua ini."Masalahnya adalah... Kamu bisa mengatasi masalah kami dan mulai besok, kamu bagian dari kami".
Terang mbak Kurnia cepat.Ku kerjapkan mataku berkali-kali. Sedikit kaget karena kalimat itu terasa cepat sekali.
"Ya ampun!... Ia imut sekali!".
Mbak Hasanah mengikut lengan mbak Kurnia.Melihatku yang belum merespon kalimatnya, mbak Kurnia mengulanginya lagi dengan diperjelas.
"Suaramu bagus, kamu disiplin, dan kamu punya bakat. Jadi, selamat datang di pendidikan mbak Haedarah binti abu Hanifah".
"......".
Kedua pipi ku panas seketika.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAHA SANTRI [COMPLETE]
RomanceKeikhlasan Haeda dalam menjalin pertemanannya membuat semua penghuni Qomariyah firdosi menyayanginya. Tapi takdir memang tak selamanya berjalan mulus.