SISI LAIN TIKA

1.1K 37 0
                                    

Di pinggir jalan tika melambaikan tangannya menandakan bahwa dirinya ingin menaiki angkot yang lewat.

Kaki kanan tika pun melangkah masuk kedalam angkot 06 berwarna biru jurusan Pasar Rebo-Kampung Melayu.

******

El pun bergegas mengendarai motornya, berusaha untuk mengikuti angkot yang dinaiki tika.

"yahh.. mana nih angkotnya? tika naek angkot yang mana ya? (ucap el dengan kegelisahan)"

Sepanjang perjalanan El selalu memperhatikan angkot yang lewat disamping motornya maupun didepan motornya untuk melihat ada tika atau engga didalam angkotnya, dan diapun juga memperhatikan pinggiran jalan yang ia lewati. el berpikir siapa tau tika sudah turun dari angkot yang dia naiki.

"pergi kemana ya dia?" (ucap el sambil mengendarai motor hitam kesayangannya)

******

Tika pun tiba ditempat tujuannya. bukan rumah yang ia tuju melainkan kolong jembatan pasar rebo. tika selalu mengunjungi teman-temannya dikolong jembatan kadang seminggu 1 kali atau kalo tika punya waktu lebih banyak bahkan seminggu bisa 3 atau 4 kali.

Ya. Ini adalah sisi lain tika yang orang lain ga tau, bahkan jeji pun yang udah sahabatan dengan tika cukup lama pun gak tau.
Semua orang yang kenal dengan tika menganggap tika selalu buruk, bahkan kalopun dia berbuat 1 kebaikan yang diketahui orang, mungkin gak ada yang percaya juga.

Tapi tika tak ambil pusing soal hal itu, menurutnya berbuat baik adalah satu kewajiban untuknya tanpa harus diketahui orang lain.

"kakak cantiiikkkkk" (panggil salah satu pengamen kecil sambil berlari menghampiri tika)

"woyy tik lu kemana aja? kok baru nongol? (tanya abang-abang pengamen)

"Hai semua.. sorry ya gue baru bisa dateng sekarang, gue sibuk nih gara-gara MOS disekolah baru." (Jawab tika mewakili semua pertanyaan-pertanyaan dari teman-teman jalanannya)

"Belajar yang bener lu. udah SMA. lu harus jadi kebanggan orangtua lu, mumpung masih punya orangtua." (ucap bang barong berusaha menasehati tika)

"ah percuma bang gue punya orangtua. orangtua gue aja boro-boro perduli sama gue. dia cuma mentingin kemauannya aja, tanpa mentingin maunya gue." (ucap tika)

"iya abang ngerti kok. tapi lu mau sampe kapan jadi brandal gini de? lo udah dewasa lo juga harus mikirin masa depan lu nantinya mau jadi apa. apa lu mau cuma jadi pengamen doang kayak kita gini?" (ucap bang barong)

"gapapa bang.. mending gue jadi pengamen tapi hidup gue bahagia kayak kalian daripada gue harus dikekang gini terus sama keluarga gue."

"menurut lu kita bahagia? engga tik. ga sama sekali. justru kita pengen punya keluarga kayak lu. punya tempat berlindung." 

"kok lu jadi ceramah gini bang? udah lah gue males. ternyata disini sama aja udah ga asik kayak dulu. gue pikir kalo gue kesini gue bisa seneng dan ngilangin stress gue. tapi ternyata dugaan gue salah." (tika pun marah, ia menaruh makanan untuk teman-teman nya dan langsung berlari menuju jalan raya untuk naik angkot jurusan rumahnya)

"tik tik bukan gitu maksud abang. maafin abang tik" (bang barong dan anak-anak lainnya berusaha mengejar tika tapi dicegah oleh seorang laki-laki)

Ternyata laki-laki itu adalah el. dari tadi El memperhatikan mereka berbicara setelah el tau tika ada dibawah kolong jembatan bersama pengamen jalanan.

"udah bang biarin aja jangan dikejar, dia pasti perlu waktu sendiri buat tenangin pikirannya."(ucap el menenangkan bang barong)

"lo siapa? kenal sama tika? ada hubungan apa lo sama tika?" (ucap bang barong curiga)

"kenalin bang saya el. kakak kelasnya tika disekolahnya yang baru" (el pun menjulurkan tangannya kehadapan bang barong bermaksud untuk kenalan)

"ohh lo kakak kelasnya tika. gue barong, pengamen yang udah dianggap kakak sama tika" (bang barong pun membalas juluran tangan el untuk berkenalan)

Mereka pun akhirnya duduk berdua dibawah terpal biru yang beralaskan kardus-kardus tempat para pengamen jalanan tidur dan berkumpul. el pun segera membuka pembicaraan ke bang barong. ia ingin tau apa penyebab tika marah seperti tadi.

Bang barong pun cerita panjang lebar dengan el. entah apa yang ada dipikiran bang barong saat itu sampai dia percaya untuk membicarakan masalah pribadinya tika kepada el.

"ohh jadi itu sebabnya dia jadi orang yang cuek dan gampang marah" (tanpa sadar el bicara seperti itu)

"hahh? apa lo bilang?" (bang barong menepuk pundak el untuk mengetahui ucapan el tadi)

"eh eenggaa bang" (dengan gugup el menyembunyikan ucapannya tadi dari bang barong)

"yaudah deh bang udah sore nih. saya pulang ya, tapi boleh kan lain kali saya maen kesini lagi?" (ucap el)

"ya boleh lahh.. ini kan tempat umum. ngapain juga gue ngelarang lu maen kesini. yaudah lu hati-hati ya dijalan. jagain ade gue ya disekolah, kalo bisa rubah dia biar jadi cewek yang ceria" (ucap bang barong kepada el sambil berpesan supaya el menjaga tika untuknya)

"siap bang" (el meng iyakan omongan bang barong sambil menaiki motornya)



Bad Girl (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang