III

64 2 0
                                    

Hari ini rasanya lelah sekali, seharian ini aku sibuk dengan tugas-tugas kantor, dan hari ini aku belum ketemu Enzi kangen juga sama itu anak.

Tapi beberapa hari ini Enzi sering tidur dirumah, semenjak lamaran yang berlangsung  minggu kemarin.pernikahanku sama mas Kenzo tingal menghitung hari.

Papa-mama langsung menerima lamaran dari mas Kenzo, seperti dugaanku siapapun yang melihat mas Kenzo pasti akan jatuh hati melihatnya tidak terkecuali orang tuaku, bukan karena orang tuaku matre, papa-mama bukanlah type orang tua yang akan rela menjual anak gadisnya demi uang.

Setelah acara lamaran kemaren aku tidak pernah lagi ketemu mas Kenzo, apakah dia menyesal telah melamarku, apakah dia sekarang lagi cari cara buat membatalkan pernikahan kami, apakah mba Lisa mengetahui kalau kami akan menikah.

Mataku terkantuk dan hendak tidur, tapi bunyi panggilan dari hendphone membuatku tersadar lagi.

Aku melihat disana ada panggilan dari nomor baru. Sebenarnya aku sangat malas untuk mengangkat telponan dari nomor baru kaya gini.

Hallo dengan siapa jawabku.

Ternyata yang telpon adalah mas Kenzo, coba kalian bayangin di dunia ini kayanya cuman aku yang sudah mau menikah beberapa hari lagi tapi tidak menyimpan nomor telepon calon suami sendiri.

Kenapa mas malam-malam nelpon tanya ku khawatir, ternyata mas Kenzo mengabarkan kalo Enzi demam, ya sudah mas aku kerumah sekarang kata ku langsung mematikan sambungan telpon.

Aku segera mengambil jaket dalam lemari, ku lihat jam sudah menunjukan jam setengah dua belas malam.

Ya ampun pantasan tadi aku ngantuk,ternyata dah malam, sambil memikirkan bagaimana aku bisa ke rumah papa, aku berjalan ke arah kamar bang Adit ternyata disana kosong, tumben bang Adit tidur diluar.

Aku pesan taxi ajalah, mau pamit sama papa-mama mereka udah tidur.

Ketika aku keluar dari rumah aku melihat sebuah mobil hitam seperti mobil seseorang yang aku kenal,begitu aku keluar dari gerbang rumah pintu mobil itu terbuka ternyata memang benar itu mobil mas Kenzo.

Mas ngapain kesini tanyaku?

Jemput kamu, sebenarnya tadi mas nelpon kamu sudah ada didepan rumah emang mau jemput kamu,pas mas nyampe sini mas lihat lampu rumah udah dimatiin semua, makanya mas telepon dulu siapa tau kamu belum tidur.

Baru kali ini dia ngomong sepanjang ini.

Oh kata ku, terus gimana keadaan Enzi?

Dia demam manggil mamanya terus, katanya.

Apa enzi kangen sama mamanya ya mas? kadang aku sedih melihat Enzi sekecil itu sudah kehilangan orang tua. Ayo mas katanya mau jemput aku kasian Enzi kalo nggak ada orang yang urus di rumah.

Enzi bukan kangen almarhum mamanya tapi dia kangen sama calon Mamanya.

Tanganku yang hendak membuka mobil menjadi terdiam mendengar ucapan mas Kenzo. Mungkin karena sehari nggak ketemu jawabku lalu melanjutkan aktivitas membuka pintu mobil.

Dalam perjalan ke rumah papa tidak ada satupun dari kami yang memulai pembicaraan.

Tapi kali ini mas Kenzo berinisiatif bertanya duluan.

Bagaimana kabar mu seminggu ini tanyanya

Alhamdulillah mas baik.

Setelah aku menjawab pertanyaan mas Kenzo tadi tidak ada lagi yang memulai pembicaraan.

Mas kataku memulai pembicaraan lagi, apa mas merasa terpaksa melakukan pernikahan ini, mumpung mas belum menjabat tangan papaku mas kamu bisa membatalkannya, dari pada kamu nanti menyesal mending kamu akhiri saat ini.

Future HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang