5

238 88 40
                                    

Selamat datang pada kegalauan malam yang dihiasi rinai hujan. Lagi, aku melakukan dosa karena telah melanggar janji duduk di bibir jendela seraya mengenangnya. Dahulu setelah hatiku merelakannya pergi, secara perlahan pikiran ini menganyam stigma akan hal-hal yang mungkin terjadi setelah kami berpisah.

Dia akan menemui cowok yang lebih tampan, mapan dan pintar dalam menjaga hati. Tidak seperti saat dirinya bersama Reno, cowok sendu yang selalu merasa minder di depan orang-orang.

Berulang kali aku mengayunkan kedua kaki mengikuti irama angin yang dibuat oleh hujan dengan perlahan sementara tanganku masih menggenggam erat foto kenangan bersamanya. Ia nampak ceria di dalam sana seolah mencerminkan kebahagiaan hubungan kami berdua. Jarum-jarum cair menyentuh kulit kakiku menyadarkan dari lamunan yang hangat itu.

Kebahagiaan hanyalah fana setelah kami berpisah.

Walaupun demikian, Delesia adalah perempuan yang paling mengerti diriku hingga lupa dialah alasanku tak bisa tidur nyenyak kala malam menjemput, tersiksa akan kenangan manis yang telah kami lalui.

Aku yakin Delesia sedang bahagia saat ini, melihat diriku yang galau tak bisa merelakan kepergiannya. Lantas, bisa apa aku? Mengadu pada bumi yang tengah menangis karena melihatku sedih.

Sudah Reno, sudah, batinku mencoba untuk menghibur diri sambil mengingat-ingat kejadian tadi pagi bersama si gadis ujung jalan dan mata biru menawannya yang melekat dalam memoriku. Ngomong-ngomong tentang si gadis ujung jalan. Aku ingin sekali menepati janji untuk mengenalnya besok. Sumpah kali ini aku tidak akan minder karena kekurangan yang dimiliki.

Lagipula aku sudah menyiapkan amunisi untuk bertemu dengannya.

Aku tahu ini terdengar klise tetapi rasanya tidak apa jika mengutip kata-kata motivasi yang pernah diutarakan oleh Delesia. "Momen itu bisa dibuat, nggak cuman ditungguin." Ya, dia mengutarakan itu seraya menunjukkan gesture-nya yang anggun.

Pikiranku berpusat pada si gadis ujung jalan sedangkan hatiku masih berharap menanti Delesia.

Reno betapa labilnya kamu, nak.

***

Bibir Jendela (DONE) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang