4. Klien Misterius

39 5 1
                                    

Zaman sekarang hang-out itu jadi kewajiban bagi sebagian orang. Tapi bagi Alya hal itu bukanlah kewajiban utamanya, paling ia melakukannya dua kali seminggu. Menurutnya yang terpenting adalah bagaimana menyiapkan diri untuk menghadapi masa yang akan datang dengan belajar sungguh-sungguh. Tapi boro-boro belajar ia malah lebih sibuk mengurus klien-klien alaynya.

Tuh kan pikiran Alya terkontaminasi lagi, bagaimanapun juga klien adalah mereka yang harus ia nomor satukan, jangan sampai karena ia mengatai kliennya alay organisasinya gulung tikar.

Kalau soal memberi saran Alya tidak begitu pandai, tapi ia selalu berusaha keras memberikan kata-kata yang baik agar kliennya tidak tersinggung, namun terkadang bukannya memberi saran malah terkesan mengejek, aduh Alya.

Sekarang perempuan manis itu membaca surat-surat dihadapannya.

To : Triple Tiga

Gimana ya ngomongnya?

"Ngomong aja, bakal gue dengerin" 

Jadi gini, gue lagi suka sama satu cewek udah lama. Cewek ini cantik banget, gue jadi minder ya meskipun gue juga ganteng banget tapi gue rasa beda aja kalau gue deketin dia, dia kayak gak suka gitu sama gue. Bukan gak suka sih tapi dia kayak ngehindar gitu mungkin karena takut kali ya? Setiap hari gue selalu ngayal lagi nyatain cinta ke dia, sayangnya itu nggak pernah terealisasikan ya karena tadi, gue minder. Oh iya gue butuh saran dari kalian, kalau sarannya bisa gue terima gue bakal temuin kalian. Ok, thanks❤.

From : Gue

Alya tersenyum kecil

"Banci" gumamnya pelan

Tangan kanan Alya membuat penanya menari diatas kertas biru

To : Lo

Kalau suka ya bilang aja, lakuin seperti apa yang selalu lo khayalkan, katanya ganteng, kok minder?. Bukan minder kali tapi takut, takut ditolak ya?. Saran kita, datang kesini kita pengen liat seberapa gantengnya lo. Ok❤

From : Triple Tiga

Bbukk!!

Suara bantingan pintu menggema, ruang ukuran 4×3 yang di isi oleh Alya bergetar seperti sedang terjadi gempa, refleks Alya berdiri dari kursi putarnya

"Lo apaan si?!" Bentaknya tegas, saat seperti ini wujud aslinya Alya akan nampak

"Maaf, maaf gak sengaja juga" Cewek cantik berambut sebahu muncul dari balik pintu, ia menyengir menampilakan giginya yang dihias behel berwarna hitam lalu menutup pintu dengan pelan bahkan tidak menimbulkan suara sedikitpun mungkin karena ia takut dengan yang punya ruangan.

"Ngapain kesini?!" Alya masih setengah kesal terlihat dari raut wajahnya yang tidak bersahabat

"Gue lagi itu, biasa fans gue serem" cewek itu lagi-lagi menyengir ia masih bersandar dipintu

"Cih" Alya memutar bola matanya

"Ishh" cewek itu melangkah pelan menuju sebuah sofa berwarna merah, ia lalu duduk dan memainkan ponselnya

"Lo tau? Tadi si Bagas nembak adik kelas kalau nggak salah namanya Lisa. Dikantin. mana rame. ada guru. Bagasnya culun, nah bayangin tuh gimana malunya si Lisa itu. Tapi menurut gue Bagas oke juga sih, berani lagi gue jamin pas . . . ."

"Berisik banget lo TEMBOK!"

Hening beberapa detik

"Emang tembok bisa ngomong?!" Nina yang kesal karena pembicaraannya terpotong melempar bantal berbentuk hati yang ada dipangkuannya

"Gue lagi sibuk, cerewetnya disimpen dulu, ngerti?" Alya membuang surat yang sudah ia baca tadi ke tempat sampah

"Kayak kenal nih tulisan" Alya menoleh, ia menghela napas bersiap-siap jika Nina mengatakan hal-hal aneh lagi

"Buang nggak suratnya!" Ancam Alya sambil menyodorkan gunting kedepan Nina

"Eh serius, gue beneran kenal nih tulisan"

Alya menurunkan guntingnya, lalu beranjak dari kursi

"Terserah" Alya membanting pintu dan meninggalkan Nina yang masih meneliti tulisan di genggamannya

"Uuu sensi mulu" Teriak Nina dari dalam ruangan

~~

Alya berjalan melewati koridor UKS yang kebetulan berseblahan dengan ruang Triple Tiga, didepan UKS ada bangku taman yang memang sengaja diletakkan untuk kerabat warga sekolah yang sakit. Disana ada dua orang anak cowok memegang pulpen dan selembar kertas, dari lambang kelasnya Alya bisa menebak bahwa mereka kelas sebelas, seangkatan dengan dirinya.

"Eh eh liat Nina nggak?" Alya berhenti, ia rasa pertanyaan itu untuknya

"Kenapa?"

"Uang bendaharanya numpuk" satu kalimat yang bukan untuk Alya tapi Alya yang malu.

"Nina? Nina siapa ya, emang disekolah kita ada yang namanya Nina? Kalaupun ada gue nggak liat, bye" Alya ingin pergi dari sana namun tangannya ditahan

"Jangan pikir lo bisa bohongin gue, lo temennya Nina. Kasih tau gue atau nyawa lo melayang!" Mata Alya mengerjap, ini seperti disinetron kalau ada preman yang menghampiri yang biasa dilakukan adalah berteriak

"Tolong, tolongin gue"

"Teriak aja, nggak ada yang bisa nolongin lo lagian disini nggak ada orang"

"Lepasin" rengek Alya, ia berusaha melepaskan tanganya namun sia-sia

"Pilih, mau mati atau bilang Nina ada dimana, hmm?" Suasana tiba-tiba menegang Alya takut apakah sekarang ia benar-benar akan mati?

Bukk!!

"Entong, drama banget lo" Nina tiba-tiba muncul dari belakang cowok yang menahan tangan Alya.

"Sana nggak!" Usir Nina setelah memberi selembar uang berwarna biru

"Lo juga Al ngapain ikut-ikut drama mereka?"

"Ihh suka-suka gue lah" Alya meninggalkan Nina, lagi.

"Alya tadi gue ambil uang di laci lo" Teriak Nina pelan, Alya mendengarnya, ia ingin marah namun sudah lelah, pikirannya malah melayang kearah surat tadi. Sebenarnya ia tidak ingin ambil pusing tapi entah mengapa ia terus memikirkannya.

Kalau Nina kenal tulisan itu berarti  Nina juga mengenal penulisnya, kalau Nina kenal berarti ada kemungkinan Alya juga mengenalnya. Tunggu, itu bukan hal penting tapi jadi pertanyaan bagi Alya.

***

Jangan lupa, divote kalau bisa dicomment juga.

Bye💋

School Life Pt.1 : Triple Ti9aTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang