NO - 21

184 31 6
                                    

"Hai, Ma... Pa..." sapaku.

"Hai, menantu mama udah dateng." mama langsung meluk aku sambil cium pipiku.

"Gimana kabar kalian?" tanya papa.

"Baik, Pa. Mama sama papa sehat kan?" jawab Jaehwan.

"Sehat kok."

Kami makan sambil sesekali ngobrol. Jaehwan sama papa ngomongin soal bisnis yang aku nggak paham. Aku sama mama ngobrol soal fashion.

"Gimana rencana liburan kalian disini?" tanya Papa.

"Nggak ada rencana khusus, Pa. Paling nanti jalan-jalan..." jawab Jaehwan.

"Lebih baik kalian bawa mobil biar gampang kalo mau jalan. Di rumah ada mobil, pake aja." kata Mama.

"Iya, sopir juga ada kalo mau." sahut Papa.

Jaehwan melihat ke arahku seperti meminta pendapaat. Aku hanya mengangkat bahu. Aku ngikut aja mau dia gimana.

"Mobil aja, Pa. Sopirnya nggak usah. Aku bisa nyetir sendiri kok." jawab Jaehwan.

"Yaudah nanti papa suruh sopir nganter mobil ke hotel kalian. Kamu masih inget jalan disini kan?" tanya Papa.

"Masih kok, Pa."

"Kalian nggak mau mampir ke rumah gitu?" tanya Mama.

"Biarin aja mereka jalan-jalan dulu. Kalian bisa ke rumah sekalian balikin mobil nanti. Gimana?" Papa meminta pertimbanganku dan Jaehwan.

"Aku ngikut Jaehwan gimana aja, Ma, Pa..."

"Mama pengen gendong cucu deh, jangan nunda momongan ya..." kata Mama. Aku dan Jaehwan cuma saling memandang.

"Iya, Ma. Aku sama Chaeyeon nggak nunda kok."

Aku dan Jaehwan selesai makan sama keluarga Jaehwan. Dan kami lagi jalan-jalan. Maksud Jaehwan jalan-jalan adalah beneran jalan.

"Ada tempat yang penge kamu datengin nggak disini, Chae?" tanya Jaehwan. Kami berjalan sambil bergandengan tangan.

"Nggak tau... Duduk disitu yuk!" aku ngajak Jaehwan duduk di kursi Taman.

"Chae..." panggil Jaehwan.

"Hm?" reflek aku melihat ke arahnya. Dia terlihat bahagia.

"Aku pengen punya anak..." jawabnya sambil tersenyum. Aku terdiam, nggak tau harus gimana.

"Kamu mau kan?" tanyanya sambil mengenggam kedua tanganku. Entah dorongan darimana, aku mengangguk.

"Terima kasih, Chae!" Jaehwan memuk dan mencium kepalaku. Berada di pelukan Jaehwan membuatku merasa nyaman.

***

Aku sedang berdiri di balkon kamar hotel, menikmati pemandangan kota London. Hari ini aku dan Jaehwan belum pergi kemana-mana. Rencananya besok baru mau keliling London.

"Chae... Kamu ngapain?" tanya Jaehwan. Dia baru selesai mandi.

"Cuma lagi liat pemandangan aja..." jawabku asal.

"Dingin, pake jaket nih!" Jaehwan memakaikan jaket padaku. Lalu dia berdiri di sampingku.

Kami menikmati keindahan kota London dalam diam. Kami sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Sayang," kata Jaehwan.

"Hm?!" ini pertama kalinya Jaehwan manggil aku 'sayang'. Aku kaget tapi juga seneng.

"Aku pengen manggil kamu gitu, bolehkan?" tanyanya.

"Hm... Boleh."

***

Hari ini kami akan mulai jalan-jalan tapi kami bangun kesiangan karena keasikan ngobrol sampe pagi. Aku bagun dan segera mandi, meninggalkan Jaehwan yang masih tidur.

"Jae bangun..." panggilku dari meja rias. Aku bersiap merias wajahku tetapi Jaehwan belum juga bangun.

"Jaehwan bangun, katanya mau jalan-jalan..." aku menggoyangkan badan Jaehwan tapi dia tidak bergerak. "Sayang..." akhirnya kata itu keluar. Panggilan sayang pertamaku untuk Jaehwan. Entah kenapa itu membuat jantungku berdegup kencang. Dan Jaehwan, dia langsung bangun.

"Chae, kamu tadi manggil aku apa?" tanya Jaehwan.

"Apa? Aku cuma bangunin kamu." jawabku, aku tidak bisa menyembunyikan kegugupanku. "Udah, sana mandi katanya mau jalan-jalan!" lanjutku sambil berdiri menuju meja rias.

Aku mendengar Jaehwan berdiri, mungkin dia mau mandi. Chup! Jaehwan mencium pipiki, membuatku membulatkan mata.

"Morning kiss." katanya sambil tersenyum. Kok ganteng? Padahal baru bangun tidur. Jaehwan lalu masuk ke kamar mandi sebelum aku bergerak.

"Ke Eiffel, yuk! Aku pengen kesana." kata Jaehwan disela-sela kami sarapan.

"Boleh." jawabku.

"Kamu kenapa sih? Diem aja dari tadi..." iya, aku emang cuma diem daritadi. Aku masih malu.

"Aku nggak apa-apa."

"Jangan malu. Aku akan lebih sering nyium kamu deh kayaknya, lucu ngeliat kamu malu kayak gini."

Kata-kata Jaehwan membuatku semakin malu sekaligus senang. Aku tidak menjawab perkataan Jaehwan. Aku hanya tersenyum dan Jaehwan melakukan hal yang sama.

Satu hal yang aku sadari adalah melihat Jaehwan tersenyum membuat hatiku sangat bahagia. Aku tidak merasa kami menikah karena perjodohan, tapi aku merasa kami memang ditakdirkan untuk bersama.

No Other - Chaeyeon & Jaehwan √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang