NO - 14

187 33 3
                                    

"Chaeyeon?" sepertinya Kak Dongho terkejut melihatku. "Kamu ingin bertemu dengan Pak Jaehwan?" lanjutnya.

"Iya." jawabku.

"Soyeon, biarkan dia masuk. Dia adalah istri Pak Jaehwan." kata Kak Dongho.

Aku masuk ke dalam ruangan Jaehwan. Dia terlihat sedang sibuk sampai tidak menyadari kedatanganku.

"Ehem!" aku berdehem untuk mengalihkan perhatiannya.

Berhasil. Dia melihatku dan terlihat kaget.

"Chaeyeon! Ada apa kemari?" tanyanya.

"Aku ingin makan siang denganmu." jawabku.

"Duduklah dulu! Aku akan segera menyelesaikan ini." kata Jaehwan sambil tersenyum.

Aku duduk sambil mengamati ruangan Jaehwan. Bersih dan rapi. Ruangannya tidak terlalu luas tetapi tertata dengan baik.

"Aku senang kamu kesini, Chae." Jaehwan duduk di depanku.

"Ada yang ingin aku bicarakan dan kita tidak ada waktu beberapa hari ini."

"Kamu benar. Aku sedang banyak pekerjaan jadi sering lembur." wajah Jaehwan terlihat lelah. "Mau makan siang dimana?"

"Terserah... Aku tidak begitu tau tempat di sekitar sini."

"Baiklah, ayo ikut denganku." Jaehwan berdiri dan menggandeng tanganku.

***

Aku dan Jaehwan makan di sebuah tempat makan tidak jauh dari kantor Jaehwan. Aku dan Jaehwan menikmati makan siang dalam diam hanya kadang saling melempar senyum.

"Apakah ada hal penting sampai kamu datang ke kantorku?" tanya Jaehwan setelah kami selesai makan.

"Lusa adalah hari ulang tahun Haerim. Mama ngundang kita buat makan malem di rumah." jawabku.

"Lusa ya? Hari Sabtu? Sepertinya aku bisa."

"Baguslah kalo begitu."

"Kamu memikirkan sesuatu?" tanya Jaehwan setelah kami terdiam beberapa lama.

"Ehm... Tentang Kak Dongho.." jawabku ragu.

"Aku sudah berbicara dengannya beberapa hari yang lalu. Dia sudah menceritakan semuanya padaku, kamu tenang aja." jawabnya.

Aku nggak nyangka Jaehwan bakal langsung ngajak Kak Dongho ketemu. Pantesan dia udah nggak marah lagi.

"Dia bilang apa, Jae?" aku penasaran mereka ngomongin apa.

"Aku minta penjelasan sama dia dan dia cerita semuanya. Kenapa kamu nggak cerita kejadian sebenernya dan bikin aku salah paham?"

"Maafin aku, Jae. Sebenernya gara-gara foto ada sama Kak Dongho aku dijauhin temen-temen, cuma Eunbin yang mau deket sama aku. Aku jadi bahan gosip di kampus. Bahkan kadang banyak cowok yang godain aku karena mereka nganggep aku cewek murahan." aku sedih mengingat masa lalu. Tanpa terasa air mataku mulai jatuh.

"Jangan menangis. Tidak usah dilanjutkan, aku tidak mau melihatmu menangis..." entah sejak kapan Jaehwan duduk di sampingku. Dia memeluk pundakku, membuatku sedikit tenang.

"Aku merasa sangat hina, Jae. Sampai-sampai aku tidak punya keberanian untuk menjalin hubungan dengan laki-laki..." aku semakin terisak.

Jaehwan memelukku dan sesekali mengelus kepalaku. Aku sudah mulai tenang. Aku merasa lega sudah menceritakannya pada Jaehwan.

"Aku sudah memberi pelajaran pada Dongho kemaren. Aku marah mendengar ceritanya sampai aku tidak bisa menahan emosi dan memukul dia." kata Jaehwan.

"Kamu memukulnya?" aku tidak menyangka reaksi Jaehwan sampai seperti itu.

"Iya. Aku marasa kamu tidak pantas diperlakukan seperti itu. Sepertinya aku mulai menyukaimu, Chae..."

***

Aku dan Jaehwan dalam perjalanan menuju butik. Jaehwan mengantarku sebelum kembali ke kantornya.

"Jae, sebenarnya Kak Dongho menghubungiku. Sepertinya dia ingin bertemu denganku." kataku memecah keheningan di dalam mobil.

"Temui dia, selesaikan urusan kalian." jawab Jaehwan sambil tersenyum padaku.

"Baiklah..."

"Oh iya, Sabtu besok kita beli kado untuk Haerim ya sebelum ke rumah. Sebaiknya kita beli apa ya?" tanya Jaehwan.

"Aku belum memikirkannya..." sahutku.

"Boneka?"

"Jae, dia sudah kelas 3 SMA. Dan boneka terlalu kekanakan untuknya."

"Apakah dia punya hobi yang sedang dia senangi?"

"Aku tidak tau. Bagaimana kalau jaket musin dingin? Sebentar lagi kan musin dingin. Dan sepatu mungkin?"

"Baiklah. Kita belanja Sabtu besok."

"Sudah sampai." Jaehwan menghentikan mobilnya.

"Terima kasih ya, Jae..." kataku setelah melepas seatbelt.

"Untuk apa?"

"Aku tidak tau tapi aku merasa sangat senang dan ingin beterima kasih padamu. Dan juga untuk pukulanmu pada Kak Dongho. Terima kasih..." Jaehwan menepuk kepalaku pelan.

"Sama-sama... Aku senang kamu sudah mau membagi cerita masa lalumu denganku."

"Aku pergi dulu, sampai jumpa di rumah..."

"Sampai jumpa..." Jaehwan tersenyum.

Aku akan membuka pintu tapi entah kenapa aku mengurungkan niatku. Dan kembali melihat Jaehwan. Jaehwan hanya menaikan kedua alisnya karena heran.

Entah ada dorongan dari mana aku mencium pipi Jaehwan. Hanya sebentar tapi cukup membuatku dan Jaehwan terkejut. Aku segera keluar dari mobil. Aku melampaikan tangan pada Jaehwan dan berlari masuk ke dalam butik.

Aku sangat malu. Tapi aku bahagia. Tanpa sadar aku tersenyum.

No Other - Chaeyeon & Jaehwan √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang