NO - 15

192 34 1
                                    

Hari Sabtu pagi, Jaehwan masih tidur. Dia pasti kecapekan karena lembur beberapa hari belakangan. Aku bangun dan berniat membuat sarapan.

Aku membuat sarapan roti panggan dan telur mata sapi. Jaehwan belum bangun juga padahal udah jam 08.30. Padahal kalo libur biasanya dia ngajak aku olahraga.

"Jae... Bangun!" kataku sambil menggoyangkan tumbuh Jaehwan.

"Hmm..." Jaehwan cuma ngulet tanpa membuka matanya.

Aku memutuskan untuk mandi dan sarapan. Jaehwan keluar dari kamar jam 09.15, aku lagi nonyon TV. Dia duduk di sampingku tapi keliatan masih ngantuk.

"Mandi sana, Jae. Biar nggak ngantuk. Aku juga udah buat sarapan. Tapi udah dingin."

"Aku mager, Chae." Jaehwan tiba-tiba tidur dipangkuanku. Kan aku jadi deg-degan. Apalagi sejak kejadian aku nyium dia waktu itu.

"Kamu lupa ya? Hari ini Haerim ulang tahun dan kita belum beli kado buat dia." kataku mencoba setenang mungkin.

"Oh iya, aku lupa." Jaehwan membuka matanya. "Aku mau mandi dulu deh." dia bangun dari pangkuanku.

"Yang aku bilang waktu itu, aku serius, Chae." tiba-tiba Jaehwan nyium pipiku. Ini kenapa aku sama Jaehwan jadi sering skinship sih?

"Yang mana, Jae?" tanyaku cengo. Tapi aku emang nggak ngerti yang dia maksud apa.

"Aku mau mandi dulu." diapun pergi ninggalin aku. Terserah dia ajalah.

***

"Chae..." panggil Jaehwan. Kami sedang dalam perjalanan untuk nyari kado buat Haerim.

"Hm?" jawabku sambil sibuk main HP.

"Sibuk banget kayaknya, main HP mulu daritadi..." jawab Jaehwan sepertinya dia badmood.

"Ini mama nyuruh kita dateng jam 7 malem. Kenapa?"

"Nggak apa-apa. Jadi mau nyariin Haerim jaket sama sepatu?"

"Iya."

Sampai di mall aku dan Jaehwan muter-muter nyari kado yang cocok buat Haerim. Beberapa kali kami keluar masuk toko.

"Chae, ini gimana? Bagus nggak?" tanya Jaehwan sabil menunjukkan sebuah jaket berwarna merah muda.

"Itu terlalu feminim buat Haerim, Jae. Kenapa kamu selalu memilih warna merah mudah sih?" tanyaku. Sejak tadi Jaehwan selalu memilih warna terang untuk Haerim.

"Haerim tidak terlalu suka warna cerah, Jae."

"Bagaimana kalau ini?" Jaehwan menunjukkan jaket berwarna biru kepadaku.

"Itu lebih cocok daripada yang tadi."

Akhirnya kami membelikan sepatu berwarna abu-abu dan jaket berwarna biru untuk Haerim. Kami keluar dari toko dengan Jaehwan yang membawa barang belanjaan. Dan, sejak tadi dia tidak melepaskan tanganku.

"Chae, makan siang dulu yuk!" ajak Jaehwan karena sudah masuk jam makan siang.

"Boleh. Aku pengen makan seafood."

Akhirnya aku dan Jaehwan makan di salah satu restoran yang ada di mall. Kami duduk di dekat jendela jadi bisa liat pemandangan di luar.

"Ehm... Jae!"

"Kenapa?"

"Soal Kak Dongho. Dia ngajak aku ketemu."

"Yaudah, ketemu aja. Selesaikan urusan kalian..."

"Kamu nggak marah?"

"Enggak."

Aku ngggak nyangka Jaehwan jadi sebaik ini padaku. Kami berdua sibuka makan karena makanan kami sudah datang.

"Chae..." panggil Jaehwan setelah kami selesai makan.

"Ya?" jawabku sambil ngalihin pandangan dari jendela ke Jaehwan.

"Omongan aku waktu itu serius?"

"Omongan yang mana, Jae."

"Aku suka sama kamu, Chae. Entah sejak kapan, aku mulai sayang sama kamu. Aku nggak tau harus ngomong apa karena kita udah nikah." jawab Jaehwan.

Aku nggak ngerti harus ngomong apa sekarang. Aku cukup kaget denger pengakuan Jaehwan yang tiba-tiba.

No Other - Chaeyeon & Jaehwan √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang